Gencarkan Edukasi Gizi, Pj Gubernur dan PKK Kalbar Dorong Peningkatan Pengetahuan Ibu Cegah Stunting

KalbarOnline, Kayong Utara – Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, Harisson bersama Pj Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Windy Prihastari terus menggencarkan upaya peningkatan pengetahuan ibu-ibu untuk mencegah stunting.

Dalam setiap kunjungan kerja (kunker) ke sejumlah kabupaten kota, turun langsung ke pos pelayanan terpadu (posyandu) selalu menjadi agenda wajib Harisson dan Windy. Di sana keduanya memberikan edukasi gizi dan pengolahan Makanan Pendamping ASI (MPASI) tepat gizi.

Pj Gubernur Kalbar, Harisson bersama Pj Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Windy Prihastari disambut dengan ragam tarian dari anak-anak saat berkunjung ke Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Minggu (14/01/20247). (Foto: Jauhari)
Pj Gubernur Kalbar, Harisson bersama Pj Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Windy Prihastari disambut dengan ragam tarian dari anak-anak saat berkunjung ke Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Minggu (14/01/20247). (Foto: Jauhari)

Termasuk saat kunker di Kabupaten Kayong Utara, Pj Gubernur Harisson bersama Pj Ketua TP PKK Windy Prihastari menyambangi ibu-ibu di Posyandu Mawar, Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, pada Minggu (14/01/20247).

Di hadapan ibu-ibu, Pj Gubernur Harisson yang memiliki latar belakang sebagai dokter tersebut mengingatkan tiga komponen penting yang harus terkandung di dalam satu mangkok MPASI.

Pj Gubernur Kalbar, Harisson bersama Pj Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Windy Prihastari menyapa para penari cilik saat berkunjung ke Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Minggu (14/01/20247). (Foto: Jauhari)
Pj Gubernur Kalbar, Harisson bersama Pj Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Windy Prihastari menyapa para penari cilik saat berkunjung ke Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Minggu (14/01/20247). (Foto: Jauhari)

Pertama yakni karbohidrat yang bisa didapatkan dari bubur, lalu kedua protein hewani dari ikan serta ketiga lemak dari minyak makan, minyak sayur, santan dan margarin.

“Prinsip utama dalam penurunan stunting yakni pemenuhan protein hewani bagi anak-anak. Protein hewani dapat diperoleh dari ikan, hati, udang, ayam dan daging sapi,” katanya.

Baca Juga :  Dinkes dan KB Kayong Utara Siagakan 7 Posko Kesehatan di Jalur Mudik

“Protein hewani yang paling penting untuk balita bukan protein nabati karena asam aminonya lebih banyak disitu,” sambung Harisson.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap penurunan angka stunting adalah peningkatan pengetahuan ibu-ibu. Terutama terkait pola asuh, pentingnya imunisasi dan pemberian MPASI tepat gizi.

Maka ia menilai, edukasi terkait menu bergizi yang dapat diberikan ibu-ibu kepada baduta balitanya harus terus digalakkan. Para ibu-ibu menurutnya harus menjadi perhatian untuk diberikan pengetahuan akan makanan penuh gizi yang dapat diberikan kepada anak-anak mereka.

“Ajarkan di posyandu itu demo memasak makanan bergizi kemudian langsung disuapkan ke anak-anak itu makanan yang kita buatkan,” jelasnya.

Ditekankan Pj Gubernur Harisson upaya mencegah stunting bisa dilakukan dengan pemenuhan gizi anak pada fase 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Maka pada fase tersebut harus menjadi perhatian para ibu-ibu untuk memastikan gizi anak mereka tercukupi dengan baik.

“Jika sudah lewat dua tahun, kalau anak sudah stunting, maka kita tidak bisa apa-apa lagi, jadi kesempatan itu di 1000 hari pertama kehidupan. Lewat dari situ kita sudah tidak bisa apa-apa lagi,” katanya.

Baca Juga :  Pj Sekda Kalbar Tinjau Pelayanan Samsat Sambas

Harisson pun berharap adanya upaya serius dari berbagai pihak dalam percepatan penurunan stunting. Lantaran menurutnya stunting akan berdampak pada kemampuan kognitif anak-anak yang berkurang. Akibat stunting, kemampuan anak untuk berpikir lebih komplek dan mengembangkan nalarnya dalam memecahkan masalah akan lebih rendah. Sehingga nanti hal tersebut akan menghambat mereka pada saat menyerap ilmu pengetahuan di sekolah.

“Maka stunting harus dicegah sejak dini mulai dari remaja putri pra konsepsi, konsepsi, ibu hamil, ibu menyusui dan kemudian sampai anak berumur dua tahun,” jelas Harisson.

“Sekarang saatnya kita turun langsung ke ibu-ibu untuk memberikan edukasi gizi yang baik,” tambahnya.

Harisson juga berpesan kepada para ibu untuk mempersiapkan generasi emas dalam menyambut bonus demografi 2045 mendatang, karena pada tahun tersebut Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara maju.

“Maka ketika menjadi negara maju, Indonesia membutuhkan tenaga kerja, maka tugas kita semua mempersiapkan tenaga kerja yang akan bekerja pada 2045,” kata Harisson. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment