Multitalenta dan Rendah Hati: Kamu Perlu Kenal Beatrice Consolata

Multitalenta dan Rendah Hati: Kamu Perlu Kenal Beatrice Consolata

KalbarOnline, Infotainment – Indonesia patut berbangga. Industri musik negara ini sepertinya selalu kaya dengan talenta-talenta baru dalam bermusik. Setiap tahun dari bumi Nusantara ini terus melahirkan anak-anak muda hebat dan berprestasi yang mengharumkan nama Indonesia. Salah satu anak muda berprestasi yang siap terbang melambung jauh adalah Beatrice Consolata.

Seorang anak muda yang umurnya bahkan belum menyentuh 15 tahun ini memiliki segudang prestasi keren di bidang musik. Jika kalian bertanya siapa anak muda ini, kalian bisa melihat prestasi Beatrice yang berjejer, antara lain: First-Winner International Romantic Music Competition 2020 (American Protégé) kategori usia 10-14 tahun; Gold Award First-Prize International Online Contest World Art Games (Fiestalonia Milenio Spanyol) kategori usia 10-12 tahun; First Prize & Exceptional Young Talent Special Prize of 2021 Golden Classical Music Awards International Competition kategori usia 9-12 tahun; First-Winner VI Odin International Music Online Competition 2021 kategori usia 10-14 tahun; dan Gold Award, Vokal Klasik, Festival Indonesiana 2021 (Amadeus Enterprise Indonesia) kategori usia 7-11 tahun, di mana ia membawakan seriosa (art song) Indonesia berjudul Setitik Embun (Mochtar Embut).

Nah pertanyaannya, bagaimana gadis belia ini tertarik menggeluti kegiatan bermusik? Jawabannya ada dalam keseruan yang menyemarak dalam dirinya. Beatrice mengaku menemukan gejolak yang menyenangkan saat mempelajari sebuah lagu baru. Didasari oleh kesukaannya terhadap musik, ada lagu-lagu tersendiri yang punya posisi khusus di hatinya. Semuanya bermula dari keinginannya untuk memainkan dan menyanyikan lagu-lagu yang dirasakan indah atau menarik hati.

Ia memiliki perjalanan belajar bermusik sejak dini. Memulai proses belajar, memainkan dan menyanyikannya. Beatrice Consolata belajar biola dengan pendekatan metode Suzuki sejak usia balita di Community Music Center (CMC) berafiliasi dengan Suzuki Music Association of Indonesia, di bawah asuhan Yasintha Pattiasina dan kemudian 2018-2020 dengan Mellody Arben. Sejak 2021 ia belajar biola dibimbing oleh Giovani Biga.

Beatrice belajar mendetingkan piano sejak 2015 dan sampai 2018 dibimbing oleh Mayangsari di CMC dan kemudian oleh Daniel Alexander Tan (The Resonanz Music Studio). Tarik suara atau instrumen vokal memperoleh posisi khusus di hati Beatrice dalam pembelajaran musik dan kesehariannya. Vokal dan bernyanyi memang menjadi salah satu yang unik, juga mengingat guru biola dan pianonya selalu mengingatkan Beatrice untuk dapat membayangkan dan menyanyikan lagu-lagu yang sedang dipelajari dan yang dipentaskannya. Hal ini mewarnai ketertarikannya belajar olah vokal yang menunjang mempelajari instrumen musik lainnya sekaligus mengembangkan sensitivitas musikalitasnya. Tak heran, ia pun menjajal beragam aktivitas yang sangat menginspirasi dalam menekuni hobi dan passion-nya serta membekali proses belajarnya.

Menurut pengakuannya, salah satu kegiatan internasional yang paling terkenang adalah saat ia berpartisipasi dalam World Orchestra Festival di Wina-Austria bersama delegasi Trust Orchestra Indonesia pada 1-4 Agustus 2019.

Bersama Trust Orchestra, ia dan kawan-kawannya berkolaborasi dalam latihan dan kemudian tampil di Musikverein dan MutH-Concert Hall of the Vienna Boys’ Choir. Selain itu, dalam rangkaian acara World Orchestra Festival 2019 itu, bersama Trust Orchestra Beatrice mengikuti masterclass orkestra oleh Profesor Stefan Hackl di Studio Karl Ohlberger, University of Music and Performing Arts (MdW) Wina, membawakan lagu Rasa Sayange dan Janger. Tentunya, pada usianya 10 tahun saat itu, Beatrice melalui proses persiapan yang cukup panjang sekitar lima bulan sejak lolos audisi untuk mengikuti rombongan Trust Orchestra ke Austria.

Bersama kawan-kawan dalam orkestra yang dipimpin oleh Nathania Karina, mereka mempelajari lagu-lagu daerah sejumlah provinsi di Indonesia. Trust Orchestra menggondol Penghargaan Emas World Orchestra Festival 2019, sebuah penghargaan prestisius untuk Indonesia. Setelah acara penutupan festival, Beatrice ikut dalam flashmob Trust Orchestra di halaman Katedral St. Stephen Wina. Masih kelanjutan dari perjalanan musik di Wina itu, bersama Trust Orchestra, ia ikut tampil dalam Konser Talenta Muda Bhineka yang digelar di Istana Negara pada 24 Agustus 2019 silam.

Baca Juga :  Kolaborasi dengan Ernest Prakasa, IOH Hadirkan Web Series Genre Komedi Romantis

Tur Austria itu memang sungguh berkesan. Ia menikmati perjalanan sebagai turis pelajar di negara yang punya sejarah musik yang sangat kental. Tidak hanya di Kota Wina tetapi juga di Salzburg yang dikenal sebagai Kota Mozart dan menikmati Sound of Music Tour, yang filmnya telah ia nikmati sejak balita. Perjalanan Austria Wina-Salzburg tersebut membuatnya acap kali rindu dengan suasana menyenangkan dan wangi kota yang khas.

Tak hanya menyenangkan saat berlatih untuk persiapan tampil, mengunjungi tempat latihan dan pentas setiap hari, tetapi juga menikmati kuliner ragam internasional, berwisata kota dan suasana pegunungan. Di waktu luang dari acara festival orkestra, orangtuanya memperkenalkan Beatrice pada sesi perkenalan Alexander Technique yang saat itu diberikan oleh Alexandra Mazek di Wina. Tak bosan-bosannya pula, di waktu luangnya, ia mengunjungi Haus der Musik Wina.

Sebelum perjalanan mengikuti World Orchestra Festival ke Austria, Beatrice Consolata berhasil mengikuti proses audisi dan showcase Workshop Indonesia Menuju Broadway pada bulan Februari 2019. Saat ditanya awal mula berminat mengikuti audisi tersebut, ia mengakui “iseng-iseng mencoba” mengingat usianya masih sangat belia ketika itu, baru berusia sembilan tahun. Katanya, coba saja, persiapkan sebisa mungkin karena ada kesempatan di depan mata. Ini menggambarkan kegemarannya terhadap musik dan teater musikal. Workshop ini diselenggarakan oleh Galeri Indonesia Kaya bekerjasama dengan StudentsLive Passport to Broadway New York.

Audisi tersebut dipersiapkan dengan latihan dan bimbingan guru vokalnya. Audisi yang seru dengan penilaian dari kakak-kakak juri ahli yaitu Garin Nugroho, Andrea Miranda, Ufa Sofura, Ari Tulang, dan Renitasari Adrian. Beatrice lolos seleksi 70 Peserta Workshop Indonesia Menuju Broadway 20-24 Februari 2019 setelah ikut audisi bersama 243 peserta hasil seleksi dari 672 yang mendaftar. Siswi kelas tiga Sekolah HighScope Indonesia ini menjalani lima hari workshop intensif, dengan tim pelatih Amy Weinstein, Seth Weinstein, dan Stephen Brotebeck, di Balai Resital Kertanegara Jakarta. Beatrice sangat “enjoy” workshop tersebut, bersemangat, belajar dalam ruang kreatif, ketekunan, fokus, dan perjuangan.

Bicara tentang perjuangan, ia juga mempersiapkan vokalnya untuk proses rekaman studio perdananya yang berlangsung Juli-Oktober 2019 di bawah bimbingan vokal oleh Valentina Nova Aman (The Resonanz Music Studio) dan produser musik Elwin Hendrijanto (Elwin Music). Beatrice juga belajar teori musik dengan King Napoli (The Resonanz Music Studio) dan komposisi yunior dengan Renardi Effendi.

Selain lagu dan musik klasik, Beatrice suka lagu-lagu classical crossover dan suka menyimak genre indie dengan gaya soft, relaxing, dan healing. Seperti diceritakan juga oleh orangtua Beatrice, sejak kecil, ia juga menikmati lagu dan musik The Beatles yang diputar orangtuanya secara rutin di waktu-waktu tertentu selain lagu-lagu anak dalam berbagai bahasa dunia. Ia menikmati musik The Beatles, yang antara lain ditunjukkan dengan kesukaannya memainkan lagu Hey Jude berulang kali dalam dentingan tuts pianonya, “saat itu tahun 2015” kenang orangtuanya, menceritakan kembali kesukaan Beatrice dengan alunan musik lagu tersebut, yang sampai hari ini masih diputar kembali dengan ragam yang lebih banyak, mengalun di ruang-ruang rumah, biasanya di akhir pekan, sejumlah lagu dan musik legendaris dunia.

Baca Juga :  Dapat Asimilasi, Vitalia Sesha Bebas dari Penjara Lebih Cepat

Hal lain yang menandai milestones Beatrice belajar musik dilaluinya di tahun 2020. Kalau 2019 sebagai tahun Recording Studio, 2020 adalah tahun festival internasional. Hal ini memang sudah direncanakan sejak 2019 oleh orangtua bersama Beatrice dan didiskusikan dengan guru musiknya. Untungnya festival internasional sebagian besar dilakukan dengan audisi online atau pengiriman video aplikasi (yang tidak boleh diedit) kepada penyelenggara lomba melalui link YouTube.

Proses mengikuti festival berlangsung online dan offline dengan persiapan yang memerlukan ketekunan tersendiri. Dalam periode Agustus 2020 hingga Januari 2021, ada empat lomba vokal klasik internasional dan satu lomba vokal klasik nasional, dan Beatrice berhasil memperoleh Penghargaan Pertama atau Penghargaan Emas untuk kategori usianya.

Sementara 2021 ini merupakan tahun evaluasi, latihan, dan bersiap untuk tahap selanjutnya, di tengah situasi prokes ketat. Tahun 2022 kiranya ada suatu kejutan yang Beatrice hadirkan untuk para pendengarnya. Sebagai tambahan, selain merilis minialbum nonkomersial berisi lima lagu cover (2019), Beatrice bersyukur dengan pembelajaran musiknya, ia juga bersentuhan dengan cerita dan bahasa dari sejumlah negara selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, juga Bahasa Latin, Italia, Jerman, Perancis, dan Swahili (Afrika).

Hal ini ia alami tidak saja dari belajar vokal solo tetapi juga dari belajar bermusik dan mengikuti paduan suara The Resonanz Children’s Choir (TRCC) sejak 2018. Penampilan pertama Beatrice bersama TRCC adalah dalam Konser Beat It (A Tribute to Michael Jackson) pada Sabtu 1 Desember 2018, di mana TRCC bersama Batavia Madrigal Singers dan Jakarta Concert Orchestra di bawah pimpinan Avip Priatna mempersembahkan konser itu di Teater Jakarta Ismail Marzuki. Beatrice dan kawan-kawan di bawah asuhan Tim Pelatih TRCC (Luciana Oendoen, David Chendra, Rainier Revireino) tentunya semakin mengenal banyak karya komponis dan aranser lagu serta hasil olahannya dalam paduan orkestra oleh direktur musik dan konduktor Avip Priatna.

Dari sini bisa kita bayangkan padat dan berwarnanya aktivitas Beatrice Consolata dalam ruang kreatifnya yang tanpa batas dan waktu yang cukup ketat dengan jadwal kegiatan belajar dan pentas, baik itu di sekolah, studio musik, balai resital, maupun di rumah dengan jam-jam latihan yang banyak. Peluang dan tantangan pasti ada. Begitu juga kekuatan dan kelemahan. Bersyukur hal ini dapat dikelola dengan baik berkolaborasi dengan banyak pihak yang memfasilitasi dan membimbing. Passion dan Grit menjadi bagian dari kata kunci.

Ada pula kabar bahwa Beatrice akan pentas di Weill Recital, Carnegie Hall New York pada akhir 2021 atau awal 2022, sesuai waktu dan kondisi yang ada. Ia akan membawakan tembang puitik berbahasa Jerman berjudul Schwanenlied ciptaan Fanny Mandelssohn-Hensel. Lirik Schwanenlied diambil dari puisi gubahan penyair Jerman Heinrich Heine.

Eksplorasi sepertinya menjadi salah satu kata kunci dalam pembelajaran bermusik Beatrice, yang juga memerhatikan aspek pengalaman rekaman, menyaksikan pentas dan resital musik, ikut seminar, master class dan workshop musik, ikut Konferensi Internasional Suzuki Musik (Indonesia sejak 2013, Taiwan 2014, Swiss 2015), ikut festival musik tingkat nasional dan internasional, serta berpentas secara solo dan berkolaborasi dalam paduan suara dan orkestra. Itu semua sebagai bagian dari momen belajarnya yang saling terhubung secara kolaboratif. Tentu, sangat menarik untuk menanti kelanjutan dari torehan-torehan rekam jejak proses belajar Beatrice Consolata!

Comment