Reaksi Mengejutkan Tiongkok Usai Menlu AS Pompeo Kunjungi Indonesia

KalbarOnline.com – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia. Hanya saja, kunjungan Pompeo, terutama ke Indonesia, berbuntut kurang mengenakkan bagi Tiongkok. Pernyataan-pernyataan Pompeo menyinggung Tiongkok termasuk soal konflik Laut China Selatan dan Laut Natuna. Tiongkok berang karena AS lewat Pompeo sudah memprovokasi hubungan Indonesia dan Tiongkok.

Kemarahan Tiongkok disampaikan oleh Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian. Dalam keterangan resmi Kedutaan Besar Tiongkok, Kamis (29/10) malam, Dubes Xiao Qian membuat daftar-daftar kesalahan AS yang sudah tak memancing kemarahan Tiongkok.

  • Baca juga: Di Indonesia Pompeo Bicara Laut China Selatan, Tiongkok: AS Provokator

Tiongkok menyebut AS sebagai provokator Perang Dingin Baru. Bagi Tiongkok, apa yang dilakukan saat ini merupakan pilihan historis sekaligus pilihan rakyat yang memungkinkan Partai Komunis Tiongkok menjadi pemandu rakyat Tiongkok dalam melangkah pada jalur perkembangan yang sesuai dengan kondisi nasional sendiri. Tiongkok berkomitmen untuk membangun kerja sama bersahabat dengan negara-negara lain atas dasar Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai.

Tiongkok juga berkomitmen untuk tidak mengekspor ideologinya ataupun mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Namun, AS justru meluncurkan apa yang disebut ‘Perang Dingin Baru’, memprovokasi pertentangan ideologi, dan membangkitkan ‘revolusi berwarna’ di berbagai belahan dunia. AS disebut Tiongkok juga secara brutal mengintervensi urusan dalam negeri negara lain, bahkan tidak segan menggunakan perang dan mendatangkan malapetaka bagi dunia.

Baca Juga :  CDC AS Buktikan Penularan Virus Korona Paling Cepat Lewat Aerosol

Selain sebagai provokator, Tiongkok menyebut AS sebagai penyebar super virus politik. Tiongkok berpegang pada prinsip ‘rakyat dan keselamatan jiwa adalah prioritas utama’ dalam melakukan upaya pengendalian dan pencegahan pandemi Covid-19 yang ilmiah dan efektif, dengan cara yang terbuka, transparan, dan bertanggung jawab. Tiongkok juga gencar menggalang kerja sama internasional untuk menangani pandemi, serta aktif membangun komunitas kesehatan umat manusia.

Sementara itu, para politisi AS menjalankan kebijakan kepentingan politik sendiri adalah prioritas utama telah meremehkan pandemi dan mengabaikan sains, sehingga mengakibatkan penyebaran wabah yang lepas kendali dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat tidak berdosa.

AS disebut Tiongkok sedang menyebarkan virus politik dan menimpakan kesalahan kepada pihak lain, menyerang WHO tanpa alasan yang rasional, dan bahkan keluar dari keanggotaan WHO. Tindakan AS tersebut dinilai Tiongkok telah mengganggu kerja sama global untuk menangani pandemi.

Selain itu, Tiongkok menilai AS sebagai penghambat bagi kerja sama dan keterbukaan dunia. AS disebut Tiongkok menjalankan prinsip ‘America First’, melakukan proteksionisme perdagangan dan perundungan perdagangan, serta membelokkan rantai industri global. AS juga dinilai menggunakan kebijakan perdagangan unilateral untuk menekan negara-negara tertentu. Aksi AS ini telah mengganggu sistem perdagangan multilateral dan tatanan ekonomi internasional, menghambat perkembangan normal negara-negara di dunia, serta telah menghalangi upaya menggalang kerja sama dan keterbukaan global.

Baca Juga :  Olimpiade Tokyo 2020: Tiga Wakil Merah-Putih Kompak Menang

AS juga disebut Tiongkok menjadi faktor paling berbahaya bagi perdamaian di Laut China Selatan. Itu tak lepas dari aksi AS yang melakukan intervensi dengan kapal perang dan pesawat tempurnya di kawasan Laut China Selatan. Padahal, Tiongkok telah bekerja sama dengan negara-negara di kawasan tersebut untuk memelihara perdamaian dan stabilitas, mendorong kerja sama dan perkembangan, serta menyelesaikan pertikaian dengan sebaik-baiknya melalui konsultasi dan negosiasi bersahabat.

Sementara itu, AS demi kepentingan hegemoni maritimnya justru tidak pernah meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), tetapi malah bertingkah sebagai pembela UNCLOS. Demi kepentingan geopolitiknya, AS juga terus-menerus memprovokasi konflik, memamerkan kekuatan militer, dan menciptakan ketegangan di Laut China Selatan. Ini adalah pendorong terbesar bagi militerisasi Laut China Selatan, dan merupakan faktor paling berbahaya yang menghancurkan perdamaian di kawasan tersebut.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment