Mengenal Hary Agung Tjahyadi, Hijrah Merintis Karir di Bumi Tanjungpura (1)

Untuk mengenal drg. Hary Agung Tjahyadi, putra kelahiran Palembang yang hijrah merintis karir di Bumi Tanjungpura – julukan Kalbar, dapat dilihat dari keramahannya. Sebelum berada di titik sekarang, sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Hary Agung telah melewati lika-liku perjalanan karir. Mari kita mengenal Hary Agung!

KalbarOnline, Pontianak Hary Agung Tjahyadi, pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 20 Mei 1969 silam, itu bisa dikenal sebagai pria yang pantang menyerah. Niat baik dan tulus adalah prinsip hidup yang dia genggam hingga kini bisa duduk sebagai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar).

Terlahir dari keluarga sederhana. Ayah sebagai karyawan swasta dan ibu sebagai guru. Namun tak menyurutkan mimpi Hary Agung kecil untuk suatu waktu bisa menjadi putra kebanggaan dari kedua orang tuanya, mendiang H. Moedji Hamid dan Hj. Sri Sudarmi.

“Alhamdulillah punya orang tua yang luar biasa mengajari hidup sederhana dan sebagainya. Bersosialisasi tidak memandang siapapun. Itu ajaran-ajaran orang tua saya,” kata Hary Agung kala berbagi cerita dengan KalbarOnline.com, Sabtu, 5 Maret 2022.

Orangtuanya memang luar biasa dalam mengajarkan kesederhaan. Misalnya sepatu baru boleh ganti kalau memang sudah rusak.

“Sepatu kalau belum menganga, belum diganti. Itulah hidup sederhana yang diajarkan orangtua saya,” kenang Hary.

Dibesarkan di Cilacap, Jawa Tengah, Hary Agung menempuh pendidikan hingga lulus di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada akhir 1993.

Hary Agung kemudian merantau ke Kalbar di tahun 1994. Alasannya hijrah ke Kalbar karena pada waktu itu ada program bagi lulusan dokter yakni wajib kerja sarjana. Sebetulnya, ada dua provinsi yang jadi pilihan Hary Agung, salah satunya Kalbar. Namun karena ada perbedaan soal lamanya program yang harus dijalani, ia pun memilih Kalbar.

“Yang bisa cepat hanya satu tahun itu Kalbar, sehingga saya ambil Kalbar. Kebetulan saat kuliah saya sempat membawa rombongan mahasiswa FKG UGM untuk bakti sosial di Kalbar, sehingga saya sudah cukup familiar dengan Kalbar,” kata Hary Agung Tjahyadi, Sabtu 5 Maret 2022.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menugaskan Hary sebagai dokter gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sandai, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalbar pada 1994 setelah menyelesaikan program wajib kerja sarjana. Hary Agung menjadi dokter gigi angkatan pertama yang ditugaskan sebagai PTT di Kalbar. Karena di masa itu hanya ada dokter umum.

Baca Juga :  Polisi Tangkap Pencuri Motor yang Modus Minta Antar ke ATM

Saat itu cerita tentang Kabupaten Ketapang sudah santer terdengar seantero negeri, misalnya kalau daerah tersebut masih kental dengan mistis dan lainnya.

Tetapi Hary menanamkan pada dirinya untuk tidak boleh ada ketakutan sedikit pun ketika ditugaskan menjadi dokter gigi PTT di Puskesmas Sandai, suatu daerah yang cukup terpencil di pedalaman Kalbar.

“Setelah mulai bertugas di sana, saya simpulkan masyarakatnya sangat welcome. Tentunya tergantung pada pembawaan diri kita. Jika kita berbuat baik, maka orang akan berbuat baik juga kita, di mana saja,” kata Hary.

Selama sekitar 3 tahun di Puskesmas Sandai, Hary berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan diterima masyarakat setempat.

“Alhamdulillah selama di sana, tidak ada apa-apa. Saya sangat diterima baik oleh masyarakat,” ucap Hary.

Ia rutin menjalin komunikasi yang baik dengan berbagai pihak. Mulai dari kader kesehatan, Kepala Dusun, Kepala Desa hingga masyarakat. “Intinya komunikasi dengan masyarakat,” kata Hary.

Kedekatan dengan masyarakat itu yang bisa menopang tugas Hary dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Tidak jarang ia terlibat dalam berbagai agenda di Sandai. Misalnya menjadi panitia 17-an. Bahkan ia pernah dicalonkan sebagai Komcad Politik. “Itu karena kedekatan kita dengan masyarakat,” kata Hary.

Selama bertugas, Hary bahkan pernah ujicoba sebagai Kepala Puskesmas. Saat itu belum ada PTT yang menjadi Kepala Puskesmas. “Saya dokter PTT pertama yang dijadikan Kepala Puskesmas,” ucap Hary.

Tahun 1997, atau 6 bulan sebelum menyelesaikan tugas sebagai PTT di Sandai, Hary Agung memutuskan menikah.

Hary menceritakan, drg. Trisnawati yang menjadi pendamping hidupnya saat ini merupakan adik kelasnya yang terpaut 4 tingkat.

“Sama-sama di FKG UGM. Tapi ibu ini asalnya Pontianak, kuliah di Jogja. Waktu itu saya senior, beliau masuk. Kebetulan saya waktu itu Panitia Ospek Abadi. Tiap tahun jadi Panitia Ospek, setiap angkatan,” kata Hary.

Saat pertemuan itu, Hary melihat wanita yang kini menjadi istrinya itu merupakan sosok yang begitu unik, lain dari pada yang lain.

Baca Juga :  Sutarmidji Soroti Petugas Vaksin di Daerah Keluhkan Honor Rp200 Ribu Sebulan

“Cocok dengan sifat-sifat dan pemikiran saya. Awalnya tidak tahu juga beliau orang Kalbar,” cerita Hary.

Di tahun-tahun terakhir kuliah, baru Hary menjalani hubungan dengan mahasiswi asal Kalbar yang dinilainya unik tersebut. “Ibu baru masuk waktu itu. Ibu itu mahasiswa tercepat selesai kuliah waktu itu,” katanya.

Kemudian Hary menikahi wanita tersebut pada 1997 di Kota Pontianak dan telah dikaruniai 3 orang anak. “Waktu itu saya sekitar 6 bulan sebelum menyelesaikan tugas sebagai PTT,” katanya.

“Ibu waktu itu sudah selesai kuliah, masih menunggu penempatan. Saya waktu itu PTT di Puskesmas Sandai,” lanjutnya.

Waktu awal menikah, Hary sempat membawa istrinya ke Sandai. Tetapi kemudian istrinya dapat penempatan di Sungai Kunyit.

“Sampai ibu selesai tugas di Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah, baru kami sama-sama tugas di Pontianak ketika saya sudah menjadi ASN,” kata Hary.

Hary bercerita, tatkala masih di bangku kuliah, dirinya pernah menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Seluruh Indonesia.

Hary juga pernah menjadi Ketua Pengwil Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Wakil Ketua PDGI Nasional.

Di kampung, Hary juga aktif sebagai Pengurus Masjid beberapa periode. Baginya, langkah ini merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan hidup.

“Sesibuk apapun, kita harus menjaga ibadah kepada Allah. Jadi memang harus seimbang. Harus kita paksakan memang untuk selalu dekat dengan Allah,” kata Hary.

Ia juga pernah aktif di Lembaga Pendidikan Tilawatil Quran (LPTQ), Badan Wakaf dan lainnya ketika menjadi Kabiro Kesra Setda Kalbar.

“Jadi organisasi bagi saya itu memang sudah dari kecil. Dari SD itu jadi Ketua Kelas, SMP Ketua OSIS, SMA juga Ketua Osis. Lalu mahasiswa jadi Sekjen Senat se-Indonesia waktu itu. Jadi itu melekat,” ungkap Hary.

Jadi kalau ditanya hobinya apa, maka Hary akan menjawab ‘berorganisasi’. “Meskipun begitu saya tidak meninggalkan tugas utama sebagai pelajar atau mahasiswa,” katanya.

Hary sempat menerima penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dari Rektor UGM. “Artinya akademik tetap baik, kegiatan luar akademik juga aktif. Jadi, senang juga berorganisasi. Ini semua berkat orangtua,” ucap Hary. (Bersambung)

Comment