Wagub Kalbar Gencarkan Penanganan Stunting Bersama Organisasi Wanita Mempawah

KalbarOnline, Mempawah – Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan menjadi pembicara terkait penanganan stunting pada kegiatan Silaturahmi dan Pengajian Bupati Mempawah bersama TP PKK Kabupaten, Kecamatan, Desa/kelurahan dan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Kabupaten Mempawah, di Aula Bupati Kabupaten Mempawah, Sabtu (05/08/2022).

Norsan yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Kalimantan Barat menyampaikan, bahwa stunting di Kalimantan Barat saat ini termasuk zona yang cukup tinggi yakni di angka 27,8 persen dan untuk Kabupaten Mempawah di angka 25,1 persen.

“Stunting ini merupakan beban, kalau anak sudah kena stunting kemudian tidak bisa diobati dan tidak bisa lagi disembuhkan secara maksimal pada saat umur 10 tahun masih stunting, maka ini akan menjadi beban keluarga karena tidak bisa apa-apa, tubuhnya lemah, daya pikir lemah sehingga kita harus merawatnya rutin sampai besar jadi beban keluarga dan beban pemerintah juga,” kata Norsan.

“Makanya sekarang pemerintah dari pusat sampai ke tingkat desa menggalakkan bagaimana stunting ini jangan sampai bertambah lagi,” terangnya.

Tak hanya itu, mantan Bupati Kabupaten Mempawah dua periode ini juga menjelaskan beberapa indikasi penyebab keberadaan stunting di Kalimantan Barat yang disebabkan oleh berbagai faktor.

“Sebenarnya penyebab stunting ini multifaktor. Jadi banyak penyebabnya. Salah satunya adalah faktor kesehatan misalnya gizi kurang, kemudian faktor lingkungan juga bisa, misalnya sanitasinya kurang baik kemudian juga MCK-nya tidak sempurna, kemudian di daerah juga terkadang masih ada jamban yang kurang baik,” jelasnya.

Baca Juga :  Kenapa Ngotot Mekarkan Kapuas Raya, Ini Jawaban Tegas Sutarmidji

“Karena memang, mohon maaf, beberapa daerah itu masih menggunakan lanting yang di atas sungai itu. Kemudian juga faktor pernikahan usia dini itu juga menjadi faktor stunting,” tambah Norsan 

Dirinya juga menjelaskan ciri-ciri daripada stunting itu sendiri. Sebagai contoh dijelaskannya saat anak baru lahir itu ukuran panjangnya tidak sampai 48 cm kemudian beratnya tidak mencapai 2,5 kg.

“Masalahnya kadang ini juga masyarakat masih ada yang tidak sudi anaknya dikatakan stunting dan stigma ini masih ada. Jadi mereka ini masih menggunakan itu bahasa mereka adalah lengkaok–yang kalau dalam kesehatan–itu sudah kategori sunting dan kita beri pengertian untuk kita tangani,” ungkapnya.

Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat bahwa untuk kebutuhan gizi anak-anak ini tidak perlu yang mahal-mahal seperti daging dan sebagainya. Tapi memberikan masukan seperti menanam di pekarangan dan memelihara ikan lele, bahkan mengkonsumsi telur yang juga dinilai sangat baik untuk pertumbuhan anak.

Sebagai informasi, Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.

Baca Juga :  Tanpa Mahar, NasDem Rekomendasikan Edi Kamtono – Bahasan Menuju Pilwako 2018

Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.

Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius.

Adapun umumnya seseorang menderita stunting yakni Kurang Gizi dalam Waktu Lama, Pola Asuh Kurang Efektif, Pola Makan, Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan, Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu, Sakit Infeksi yang Berulang hingga yang tak kalah penting adalah Faktor Sanitasi yang kurang memadai.

Kegiatan ini turut dihadiri Bupati Mempawah, Erlina, Wakil Bupati Mempawah, Muhammad Pagi yang juga selaku Ketua TPPS Kabupaten Mempawah, Ketua TP PKK kecamatan, lurah/desa dan guru PAUD se-Kabupaten Mempawah. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment