Arti dan Makna Pohon Hayat Nusantara yang Jadi Logo IKN

Logo Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (30/5).

Logo yang terpilih itu merupakan hasil seleksi dari para peserta yang telah mengikuti sayembara.

Menurut Jokowi, logo IKN yang terpilih itu akan menjadi identitas visual bagi IKN.

Sebagai informasi, logo terpilih bertema “Pohon Hayat Nusantara” yang didesain oleh Aulia Akbar.

Logo IKN Nusantara “Pohon Hayat Nusantara” tersebut terinspirasi oleh bentuk penghayatan simbolisme pohon dari barat sampai timur Indonesia.

Sumber kehidupan sekaligus kekayaan hayati yang melimpah di ekologi Nusantara.

Dilansir dari akun Instagram resmi IKN, Logo Nusantara Pohon Hayat itu tampak terdiri dari 5 akar pohon, 7 batang, dan 17 kembang mekar.

Baca Juga :  Tjhai Chui Mie Raih Anugerah Kebudayaan PWI di Peringatan HPN 2021

Masing-masing unsur dalam logo IKN “Pohon Hayat Nusantara” bermakna: 5 akarnya melambangkan Pancasila, 7 batangnya mewakili pulau besar, dan 17 kembang mekar menjadi simbol kemerdekaan yang abadi.

Presiden Jokowi sebelumnya mengungkapkan bahwa filosofi logo IKN Nusantara “Pohon Hayat” juga sejalan dengan pembangunan IKN.

Dia menilai, tema Pohon Hayat itu selaras dengan spirit menumbuhkan rasa bangga Indonesia.

“Logo Pohon Hayat juga memiliki filosofi yang sejalan dengan semangat pembangunan IKN, menumbuhkan rasa bangga dengan jati diri bangsa sebagai negara besar, sebagai bangsa yang besar, bangsa yang majemuk dan menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga alam dan juga lingkungan beserta ekosistemnya,” tutur Jokowi.

Baca Juga :  Kemendikbud Sebut Sekolah Belum Buka Karena Belum Diizinkan

Sementara itu, desainer Logo IKN, Aulia Akbar menerangkan bahwa pohon hayat juga menjadi penanda keberagaman Indonesia.

Contohnya, kata dia, warna bendera kebangsaan Indonesia sebagai satu kesatuan.

“Ini tuh bisa jadi suatu penanda bahwa di atas keberagamaan kita pasti kita bisa bersatu, seperti layaknya bendera Merah Putih kan ya, kita menyebutnya merah dan putih, dan bukan jingga,” papar Aulia. (*)

Comment