Terparah se-Kalbar, 63.519 Warga Sambas Jadi Korban Terdampak Banjir

KalbarOnline, Pontianak – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kalimantan Barat mengungkapkan terdapat 5 kabupaten di Kalbar yang mengalami musibah banjir besar sejak awal tahun 2023 kemarin. Dengan total korban terdampak sebanyak 86.570 jiwa.

Kabupaten-kabupaten tersebut antara lain Sambas, Landak, Bengkayang, Singkawang dan Kapuas Hulu.

Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalbar, Daniel menerangkan, dari 5 kabupaten yang mengalami musibah banjir itu, Sambas merupakan yang terparah se-Kalbar dengan jumlah korban terdampak sebanyak 63.519 jiwa.

“Wilayah yang terdampak di Sambas ada 51 desa, 13 kecamatan. Penduduk yang terdampak sebanyak 17.315 KK, 63.519 jiwa. Rumah yang terdampak sebanyak 17.740 unit,” terangnya, Rabu (15/03/2023).

Sementara terparah kedua ditempati oleh Kabupaten Landak, dengan wilayah terdampak sebanyak 13 desa, 5 kecamatan, dengan total penduduk terdampak sebanyak 4.655 KK atau 18.510 jiwa.

“Rumah terdampak di Kabupaten landak sebanyak 4.656 unit,” ujarnya.

Sementara kabupaten ketiga, yakni Bengkayang. Dengan wilayah terdampak sebanyak 14 desa, 5 kecamatan, dengan total penduduk terdampak sebanyak 1.133 KK atau 4.033 jiwa dan rumah warga yang terdampak sebanyak 770 unit.

Baca Juga :  Pesan Gubernur Sutarmidji di Hari Jadi Pontianak ke-249

“Kemudian (terparah keempat) Kota Singkawang. Wilayah Terdampak 1 kelurahan, 1 kecamatan. Penduduk yang terdampak sebanyak 52 KK dengan 317 jiwa. Rumah yang terdampak : 0 unit,” jelas daniel.

Selanjutnya yang terakhir, yakni Kabupaten Kapuas Hulu, dengan jumlah wilayah terdampak sebanyak 3 desa, 3 kecamatan. Adapun total penduduk terdampak yakni sebanyak 58 KK atau 191 jiwa. Sementara untuk rumah warga yang terdampak sebanyak 52 unit.

Daniel menjelaskan, bahwa Pemprov Kalbar sudah menyalurkan bantuan sosial (bansos) di tiga kabupaten, yakni Sambas, Bengkayang dan Kota Singkawang. Selain itu, BPBD Kalbar juga telah menurunkan beberapa personel di Kabupaten Landak dan Melawi untuk melaksanakan asesmen terkait warga dan wilayah yang terdampak.

“Dan data ini nanti menjadi salah satu dasar untuk menyalurkan bantuan di Landak dan Melawi. Landak sudah menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana batingsor,” kata Daniel.

Kepada masyarakat, pihaknya juga mengimbau agar harus tetap waspada, mengingat kondisi cuaca yang saat ini sedang sangat ekstrim. Dirinya juga minta kepala desa untuk segera berkoordinasi dengan pihak PLN apabila terdapat rumah warganya yang terendam banjir.

Baca Juga :  Pertina Kalbar Jegal Atlet Kubu Raya Tanding di Porprov, Sugianto: "Atlet Kecewa, Marah dan Menangis"

“Supaya aliran listrik diputus jika berpotensi mengancam keselamatan warga. Dan segera melapor kepada camat dan BPBD kabupaten/kota,” pesan Daniel.

Pengerukan Muara DAS Kapuas Sebagai Solusi

Sebelumnya, Gubernur Kalbar, Sutarmidji meminta kepada pemerintah pusat melalui kementerian atau badan terkait untuk melakukan langkah strategis dalam menangani persoalan banjir Kalbar, salah satunya dengan pengerukan muara Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas.

“Banjir di Kalbar ini tidak usah banyak cerita, masalahnya terjadi karena pengerukan Sungai Kapuas tidak dilakukan lagi, sudah lebih dari lima tahun,” katanya.

Sutarmidji menerangkan, ketiadaan aktivitas pengerukan yang dilakukan terhadap muara DAS, membuat DAS menjadi dangkal. Ia lalu mencontohkan, ketika rutin dilakukan pengerukan, kedalaman muara di saat air pasang tertinggi bisa mencapai sekitar 7 meter. Sementara saat ini hanya tinggal sekitar 4,6 meter saja.

“Artinya 2,5 meter sudah dangkal, nah air kan tempatnya di sungai, kalau sungai pendangkalan 2,5 meter, dia (air) main ke darat, begitu saja. Jangan (pikir) susah-susah,” jelasnya. (Jau)

Comment