Aktivis Ciputat: Pilkada Harusnya Diwarnai Perang Ide, Bukan Vandalisme

KalbarOnline.com — Praktik vandalisme mulai mewarnai jalannya kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tangerang Selatan (Tangsel). Aksi tak terpuji ini membuat pasangan Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan menjadi korban.

Musababnya, sejumlah spanduk dan baliho yang memuat gambar, visi-misi, juga sosialisasi pencalonan Benyamin-Pilar dirusak pihak tak bertanggung jawab. Insiden ini seperti terjadi di Kecamatan Ciputat Timur.

Yang semakin disayangkan, media sosialisasi pasangan Benyamin-Pilar terkait pencalonannya di Pilkada Tangsel itu merupakan inisiatif warga Ciputat Timur, yang mendukung pasangan tersebut menduduki kursi Walikota dan Wakil Walikota Tangsel.

“Sangat disayangkan jika aksi vandalisme ini merupakan inisiatif kandidat lain, akhirnya membuat pasangan Benyamin-Pilar menjadi korban. Warga yang berinisiatif memasang sejumlah atribut tersebut juga ikut dikorbankan,” kata aktivis dari Forum Kajian Ciputat, Saeful Yahya, saat dikonfimasi dari Ciputat, Minggu (13/9).

Baca Juga :  Ahmad Dhani Maju di Pilkada Pasuruan 2020 Ternyata Hoaks

Dalam kontestasi pesta demokrasi, menurut Saeful, seharusnya diramaikan dengan perang ide dan gagasan. Diskusi hingga perdebatan seputar program kerja, dilanjutkan Saeful, bisa membuat masyarakat semakin tertarik mengikuti politik.

Namun, jika praktik vandalisme dan kampanye negatif yang ditonjolkan kandidat termasuk tim pemenangan, menurut Saeful, justru membuat masyarakat semakin antipati dengan calon tersebut. Akhirnya, pihak yang dirugikan akan mendapat simpati dan dukungan.

Baca Juga :  Video Syur Mirip Anya Geraldine Heboh di Media Sosial, Anya Langsung Bereaksi

“Calon kepala daerah itu seharusnya mengisi kontestasi pilkada dengan perang ide dan gagasan, bukan malah mengarahkan tim pemenangannya untuk melakukan aksi tak terpuji seperti merusak media sosialisasi kandidat lain,” jelas Saeful.

Di sisi lain, Saeful berpendapat, penggunaan aksi vandalisme sebagai bagian dari strategi pencalonan menandakan kandidat tersebut tak memiliki rencana yang jelas mengikuti pesta demokrasi. Selain itu, sambungnya, kandidat yang menggunakan cara tak terpuji juga membuktika ketidakmampuannya untuk setidaknya mengimbangi ide, gagasan, juga program kerja yang diusung rivalnya. (ind)

Comment