Pakar Politik Afghanistan Dad Mohammad, Ragukan Perjanjian Damai AS – Taliban

KalbarOnline.com – Setelah hampir satu setengah tahun sesekali melakukan perundingan, akhirnya Amerika Serikat (AS) dan pasukan Taliban sepakat menandatangani perjanjian damai pada 29 Februari di ibu Kota Qatar, Doha, untuk mengakhiri perang terpanjang Washington dalam sejarahnya dan memfasilitasi warga Afghanistan untuk memulai dialog internal Afghanistan agar menemukan penyelesaian yang dinegosiasikan untuk krisis yang masih ada di negara mereka.

Berdasarkan perjanjian tersebut, AS akan mengurangi pasukannya menjadi 8.600 dalam 135 hari, serta semua pasukan koalisi yang dipimpin AS akan ditarik dalam waktu 14 bulan dari Afghanistan tergantung pada pertemuan kelompok Taliban terkait kondisi yang dipertimbangkan dalam perjanjian tersebut, termasuk memutuskan hubungan dengan pasukan teroris seperti ISIS dan jaringan al-Qaeda.

Baca Juga :  Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO

Penarikan pasukan AS, berdasarkan perjanjian, akan dimulai dalam 10 hari sejak penandatanganan perjanjian damai, yang ditandatangani, pada Sabtu (29/2), dalam upacara yang dihadiri oleh diplomat senior serta perwakilan lebih dari 30 negara, wilayah, dan organisasi.

Namun, pakar politik Afghanistan Dad Mohammad Anaby sangat skeptis terhadap hasil perjanjian damai AS-Taliban yang kontroversial, dan percaya bahwa perjanjian itu tidak akan mengarah pada penyelesaian perang di Afghanistan, setidaknya dalam waktu dekat.

“Pertama-tama, ada beberapa kelompok militan dan Taliban yang hanya satu di antara mereka. Kesepakatan damai dengan Taliban tidak akan membawa perdamaian di Afghanistan,” ujar Dad Mohammad Anaby mengutip Xinhua News, Sabtu (7/3/2020).

Baca Juga :  Jokowi Berikan Tanda Kehormatan Kepada Sejumlah Tokoh Termasuk Fahri dan Fadli, Ini Daftarnya

Menurut Dad Mohammad, kelompok-kelompok radikal seperti al-Qaeda, ISIS, dan sekutunya yang terkait tersebut akan terus berperang di negara yang dilanda konflik. Dad Mohammad menambahkan bahwa Mullah Rasoul pemimpin faksi Taliban yang memisahkan diri telah menolak perjanjian damai AS-Taliban sebagai perjanjian tidak sah dan tidak memiliki nilai hukum.

Menurut laporan media setempat, kepemimpinan Taliban telah memerintahkan dimulainya kembali serangan terhadap pasukan Afghanistan, tetapi juru bicara kelompok bersenjata itu belum membuat komentar. “Laporan-laporan konflik dari beberapa bagian negara Afghanistan selama beberapa hari terakhir dengan jelas membahas tentang kelanjutan dari pemberontakan oleh gerilyawan Taliban,” papar pakar yang dihormati itu.

Comment