5 Cara Rasulullah Menghadapi Perundungan dan Bullying

Dibawakan oleh: Ustadz Ubaidullah Murjani Yatim, S.Pd.I, M.Pd

  • Pembina Dakwah Centre Indonesia Nurul Musthofa
  • Pembina Ikatan Imam dan Khatib Kalimantan Barat
  • Founder Pusat Kaderisasi Da’i Indonesia

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…

Pada bulan Rabiu’ul Awwal ini sudah selayaknya kita banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT karena kita telah dianugerahi banyak nikmat terutama nikmat dijadikan sebagai umat baginda Rasulullah SAW.

Maka dalam rangkaian syukur tersebut sudah semestinya kita memperbanyak sholawat kepada Rasulullah SAW, dengan harapan mendapat syafa’at dan pertolongan beliau dari dunia hingga akhirat. Aamiin YRA…

Dalam momentum yang baik ini khatib berwasiat agar kita semua selalu berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kadar ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-perintahNya dan berupaya untuk meninggalkan seluruh larangan-laranganNya. Judul khutbah kali ini adalah “Lima cara Rasulullah menghadapi perundungan dan bullying”.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…

Akhir-akhir ini kita sering menyaksikan berita tentang maraknya kasus-kasus perundungan dan bullying terhadap anak di Indonesia dan tentu saja menjadi ancaman besar bagi masyarakat terutama di satuan pendidikan.

Dalam rentan waktu beberapa bulan terakhir setidaknya terdapat 16 kasus perundungan anak di satuan pendidikan. Bahkan Federasi Serikat Guru Indonesia mencatat sepanjang dua bulan pertama ditahun 2023 terdapat 6 kasus perundungan atau kekerasan fisik dan 14 kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan.

Pada periode Januari – Februari 2023 sudah ada satu kasus bullying anak di jenjang pendidikan SD, satu kasus di MTS, pondok pesantren satu kasus dan tiga kasus ada di jenjang SMK.

Dari beberapa kasus yang paling menyita perhatian adalah kasus santri berusia 13 tahun di bakar santri senior di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, dan kasus siswa SD berusia 11 tahun di Kabupaten Banyuwangi yang diduga bunuh diri karena di rundung.

Kasus bullying menjadi perhatian lagi setelah muncul video di media sosial, yang memperlihatkan beberapa siswa berseragam SMP di Cianjur, Jawa Barat, di haruskan mencium kaki beberapa orang.

Belum berhenti disitu justru sangat mengejutkan, miris dan merinding bahwa terjadi lagi kasus yang menimpa bocah SD di Tasikmalaya, bermula dari di bully lalu dipukuli, dipaksa menyetubuhi kucing sambil direkam, depresi berhari-hari karena rekamannya tersebar dan akhirnya bocah tersebut meninggal dunia.

Bahkan belum hilang dari ingatan kita beberapa waktu yang lalu viral video perundungan bahkan penganiayaan sesama siswa SMP yang terjadi di Cilacap, Jawa Tengah. Aparat mengungkap motifnya adalah korban mengaku anggota kelompok barisan siswa (basis) padahal dia bukan sebagai anggota kelompok ini.

Penganiayaan brutal yang dilakukan pelajar berusia 14 tahun tersebut mengakibatkan korban mengalami cedera cukup parah yakni patah tulang rusuknya. Akhirnya dari kasus ini ditetapkan dua orang sebagai tersangka.

Tentu saja kita masih ingat kasus seorang perempuan merundung dua perempuan di Pontianak, dari video viral di media sosisal tersebut terlihat perempuan berambut pirang merundung dua perempuan lainnya dengan satu korban lainnya dengan cara memukuli hingga mencaci maki.

Perempuan dengan emosinya memukuli salah satu korban di bagian kepalanya, menampar, memukul, hingga menendang satu korban lainnya secara bertubi-tubi. Perundungan dan bullying ini terjadi berulang kali seolah-olah sebagai alaram telah hilangnya kasih sayang diantara para anak-anak kita.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…

Mirisnya kasus-kasus perundungan dan bullying justru terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal saat Rasulullah SAW di lahirkan. Bulan yang seharusnya menjadi momentum agar kita semakin dekat dan mengenal akhlak Rasulullah SAW.

Bukankah pesan penting ini telah disebutkan dalam hadits Nabi: “innama bu’itstu liutammimma makaarimal akhlaaq” (HR. Bukhari). Artinya “Sesungguhnya aku di utus (dimuka bumi) untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Suatu ketika Saad bin Abi Waqash bertanya kepada Nabi, “Wahai Nabi, siapakah orang yang ujian hidupnya paling pedih?” Rasulullah pun menjawab, “Para Nabi, kemudian orang-orang yang tingkatannya mendekati Nabi, dan seterusnya.” (HR. Abu Daud dan Nasai).

Baca Juga :  Intrik Politik dan Terbunuhnya Sri Baginda Raja

Begitulah Allah SWT menggariskan kehidupan para Nabi. Mereka diuji dengan cobaan yang berkali lipat dari manusia biasa. Demikian pula Nabi Muhammad Saw, kisah hidup putra Abdullah ini juga dikenal memilukan.

Siapa sangka, insan mulia pilihan Allah SWT ini pernah mengalami bullying dan intimidasi dari para Musyrikin Mekah. Hal ini lantaran Nabi selalu menyampaikan dakwah dan pesan tauhid dengan gigih dan teguh.

Pernah sekali waktu Rasululllah SAW shalat di Masjidil Haram, lalu seseorang bernama Uqbah bin Abi Muit menghampirinya. Tatkala Nabi SAW sujud, Uqbah langsung meletakkan kotoran dan usus unta yang masih berlumuran darah di pundak beliau.

Nabi Muhammad tetap sujud dengan tenang. Sebelum akhirnya Siti Fatimah, putri kecil Rasul, mengambil kotoran tersebut dari punggung ayahnya.

Selain Uqbah, perempuan bernama Arwa binti Harb juga sering kali menyakiti Nabi SAW. Dalam Ath-Thabari disebutkan, ketika malam hari, istri Abu Lahab ini selalu meletakkan duri di sepanjang jalan yang biasa Rasulullah Muhammad lalui.

Tidak hanya mendapat siksaan, kaum Musyrikin Mekah juga berulang kali mencoba membunuh Rasulullah SAW. Mereka menduga bisa merendahkan dan menjatuhkan mental Nabi, kemudian membuatnya menyerah dan berhenti berdakwah. Namun kenyataannya tidak.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…

Meski kerap kali menerima bullying dan intimidasi, keimanan Rasulullah SAW tak pernah goyah. Nabi memiliki cara jitu untuk menghadapi perlakuan orang-orang yang memusuhinya, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut ;

Membela diri

Orang-orang kafir belum juga puas menghalangi dakwah Nabi. Allah SWT kemudian mengizinkan umat Muslim berperang.

Syekh Ramadhan Al-Buthi menyatakan, peperangan yang terjadi sebelum perang Khaibar dilandasi sebab yang defensif, yakni untuk mempertahankan keberadaannya dari serangan musuh-musuh.

Dengan membela diri, para musuh Islam menjadi sadar bahwa pengikut Nabi bukanlah kaum yang lemah. Meskipun demikian, orang-orang yang tidak pernah memerangi Muslim tetap harus dilindungi dan tidak boleh diperangi.

Jauh-jauh hari baginda Rasulullah pernah memerintahkan kita sebagai orangtua atau pendidik untuk mengajari anak-anak sejak kecil untuk belajar berkuda, berenang dan memanah dengan tujuan lahirlah anak-anak tangguh dan kuat untuk membentengi dan membela kehormatan diri, oranglain, bangsa, negara bahkan agamanya.

Rasulullah SAW bersabda : “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Memperbanyak Teman dan Dukungan

Makin hari, pendukung Nabi Muhammad SAW kian banyak. Orang kafir Mekah menjadi tambah segan kepada Nabi Muhammad dan umat Islam.

Terlebih ketika Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab dengan penuh keyakinan mengucap kalimat syahadat. Nyali para penentang Rasulullah SAW menjadi kian ciut.

Jangan pernah ajari anak-anak kita untuk suka menyendiri, murung dan enggan untuk bersosialisasi dengan oranglain, kecuali jika menginginkan anak-anak tersebut menjadi pengecut, mentalnya ciut, tidak percaya diri, minder dan tidak memiliki keyakinan akan dirinya sendiri.

Ajari anak-anak kita sejak kecil bahwa dia terlahir istimewa, tanamkan keyakinan bahwa tidak boleh ada orang yang dengan seenaknya merendahkan harkat dan martabat dirinya. Berani karena benar, tidak boleh mengganggu atau menyusahkan orang lain dengan alasan apapun tapi jika disakiti pantang untuk tinggal berlari.

Hijrah ke Madinah

Tatkala kekejaman kaum kafir Mekah semakin menjadi-jadi, Allah SWT kemudian memerintahkan umat Muslim untuk hijrah ke Madinah.

Di sana, banyak masyarakat Madinah menyambut Nabi dengan tangan terbuka. Di kota yang dahulu bernama Yatsrib inilah umat Islam mulai membangun peradaban, hingga selanjutnya berhasil menaklukkan Kota Mekah.

Anak-anak harus memiliki lingkungan yang baik dan sehat, artinya orangtua atau guru cepat tanggap dan tidak boleh membiarkan jika ada anak-anak atau siswa yang salah pergaulan dan terjerumus kedalam lingkungan yang salah.

Dengan mewaspadai pergaulan dan lingkungan tersebut akan menjadi jalan awal yang baik untuk kelangsungan tumbuh kembang mental, jiwa, intelektual dan emosional anak-anak yang kita cintai.

Baca Juga :  Penggiat Film Serumpun Sinema Gelar Nobar “Paradigma” di Event Keramean Market Ramadhan

Orangtua yang jeli akan tumbuh kembang anaknya akan peduli dengan nasib orang yang dicintainya tersebut. Hijrah atau pindah dari lingkungan yang tidak baik adalah merupakan salah satu solusinya.

Sebab orang-orang yang beriman sangat selektif akan pergaulannya, berhati-hati memilih lingkungannya, sebab Rasulullah yang mengingatkan bahwa agama seseorang dapat dilihat dari siapa teman-temannya.

Jika ada orangtua yang membiarkan anak-anaknya bergaul dan berteman dengan pengguna narkoba, pencuri, perampok, begal, tukang fitnah, adu domba dan sejenisnya, maka sama saja orangtua tersebut sedang mendorong anaknya untuk masuk kedalam neraka dunia dan akhirat. Orangtua punya tanggungjawab besar, bukan sekedar membuat dan melahirkannya saja.

Mendoakan Hidayah dan Kebaikan

Sekali waktu, orang-orang Mekah sedang berkumpul dalam sebuah pekan raya. Melihat kerumunan itu, Nabi segera naik ke bukit Aqabah dan menyeru dakwah. Namun para musyrikin Mekah, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak, semuanya melempari dengan tanah, batu, dan meludahi wajah Nabi SAW, sembari menuduh bahwa putra Aminah itu pendusta.

Kemudian seorang laki-laki menghampiri dan menentang Nabi, ia berkata “Wahai Muhammad, kalau kamu benar-benar utusan Allah, sekarang waktunya bagimu untuk mendoakan azab untuk kami, sebagaimana Nabi Nuh mendoakan kehancuran untuk kaumnya.”

Meski darah bercucuran di kening Nabi SAW, tetapi Rasulullah malah berdoa, “Ya Allah, berilah hidayah kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. Dan berilah aku pertolongan atas mereka, agar mereka menerima dakwahku menuju ketaatan kepada-Mu.”

Mendengar doa Nabi, para Musyrikin Mekah justru semakin jengkel karena Rasulullah tampak tak menyerah, bahkan tak juga marah. Apabila Nabi marah, tentu mereka menjadi senang karena berhasil melemahkan Nabi.

Tidak Membalas Keburukan dengan Keburukan

Usaha dakwah Nabi tak hanya berhenti di Mekah, beliau juga bertolak ke Thaif, suatu tempat yang jaraknya 60 mil dari tanah kelahirannya itu. Nabi menempuhnya dengan berjalan kaki bersama Zaid bin Haritsah.

Sepuluh hari dilalui Nabi Saw di Thaif, semua pembesar dan pemuka kampung telah dikunjunginya. Nabi berdakwah mengajak mereka memeluk Islam. Celakanya, tak seorang pun di Thaif yang menerima ajakan Nabi SAW. Mereka justru dengan kejam mengusir Rasulullah SAW dari negerinya.

Sewaktu hendak keluar dari sana, Rasulullah SAW dibuntuti orang-orang jahat dan budak-budak Thaif. Mereka meneriaki dan mencaci-maki Nabi, bahkan juga melempari Rasul dengan batu.

Lemparan mereka berhasil mengenai tumit Nabi SAW, hingga terompah yang dikenakannya berlumuran darah. Zaid dengan sekuat tenaga berusaha membentengi Nabi hingga kepalanya turut bocor terkena lemparan.

Setibanya di daerah Qarnul Manazil, Allah SAW mengutus Malaikat Jibril untuk menemui Nabi, ia pun mengabarkan bahwa Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung. Nabi SAW dapat memerintahkan apapun kepada mereka untuk membalas perlakuan orang Thaif.

“Wahai Muhammad, demikianlah aku diperintahkan, sekarang terserah apa maumu? Jika engkau menghendaki, akan kubalik dan kutimpakan dua gunung kepada mereka,” ucap malaikat penjaga gunung.

Bukannya meminta umat Thaif diberikan azab, Rasulullah SAW justru berkata “Aku berharap dari anak keturunan mereka akan muncul orang-orang yang hanya menyembah Allah SWT, yang tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.”

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…

Akhirnya mari ajarkan dan kenalkan anak-anak kita dengan pemilik akhlak paling mulia yaitu baginda Rasulullah SAW. Semoga Allah SWT selalu menjaga anak-anak kita, sehingga tidak ada lagi kita jumpai kasus-kasus perundungan dan bullying yang terjadi dimanapun juga. Aamiin YRA…

Sumber:

Disarikan dari keterangan dalam Bughyatul Bahits ‘An Zawaid Musnad Al-Harits karya Nuruddin Al-Haitsami, Jami Al-Bayan fii Ta’wiil Al-Qur’an (Tafsir Ath-Thobari) karya Imam Ath-Thabari, Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Al-Ahâdits Al-Mukhtarah karya Muhammad bin Abdul Wahid Al-Maqdisi, beberapa hadis dari Sunan Abu Daud dan Sunan An-Nasa’i, serta beberapa sumber yang terpercaya.

Comment