Hanya Manjur 50,4 Persen, Singapura Masih Tunda Pakai Vaksin Sinovac

KalbarOnline.com – Singapura memastikan belum akan langsung menggunakan vaksin Sinovac menyusul angka efikasi dari hasil uji klinis di Brasil secara data terbaru hanya 50,4 persen. Angka itu nyaris tak lolos ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) minimal 50 persen sebagai syarat efikasi.

“Vaksin virus Korona yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Tiongkok harus melalui pengawasan peraturan dan otorisasi oleh Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura (HSA) sebelum dapat diluncurkan ke publik,” kata Menteri Kesehatan Gan Kim Yong pada Rabu (13/1).

Menurut Gan, vaksin Sinovac belum disetujui. Hal itu dikatakannya saat Gan setelah menerima dosis pertama dari vaksin Pfizer-BioNTech, satu-satunya vaksin yang resmi digunakan di Singapura.

Baca Juga :  3.560 Pasien Covid-19 Sembuh dalam Sehari, Total Positif 155.412 Kasus

Baca juga: Selain Vaksin Pfizer-BioNTech, Singapura Juga Bakal Gunakan Sinovac

“Kami akan teliti datanya saat datang (Sinovac), daripada bergantung pada angka yang dilaporkan. Lebih baik mengandalkan data resmi yang kami terima dari Sinovac sendiri,” ujarnya seperti dilansir dari Straits Times, Rabu (13/1).

“HSA akan menilai datanya saat masuk, dan komite ahli Covid-19 negara juga akan mengevaluasi apakah cocok untuk vaksinasi di Singapura,” jelas Gan. “Kami akan membagikan lebih detail jika sudah tersedia,” tambahnya.

Kandidat vaksin lain yang dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat Moderna, juga telah menyerahkan datanya dan saat ini sedang ditinjau oleh HSA. Menteri Pendidikan Lawrence Wong mengatakan ketika vaksin Moderna diizinkan untuk digunakan, maka Singapura juga akan menggunakannya untuk program vaksinasi.

Baca Juga :  Imlek di Tengah Pandemi, Jika Tak Mudik Perantau Dapat Tambahan Angpao

Baik vaksin Moderna dan Pfizer menggunakan metode vaksin mRNA dan memiliki tingkat kemanjuran yang tinggi sekitar 95 persen. mRNA adalah materi genetik yang dibaca sel untuk membuat protein.

Sementara vaksin Sinovac adalah vaksin yang tidak aktif, sebuah platform yang telah digunakan dalam banyak suntikan lain, seperti vaksin polio. “Tapi kami masih perlu melihat datanya, kami masih perlu melihat apakah itu lebih manjur misalnya untuk sub-segmen tertentu, kami belum tahu,” tutup Wong.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment