Yuli Wulandari Berkali-kali Dihampiri Pertanyaan ’’Kok Bisa sih’’

IMPIAN besar bisa muncul dari suatu sandungan kecil. Yuli Wulandari mengalaminya pada suatu hari di 2005 saat diminta memimpin sebuah pertandingan uji coba basket antartim lokal di kampung halamannya di Kuala Tungkal, Jambi.

Yuli memang sudah paham teknis karena juga pemain. Namun, untuk menjadi wasit yang baik tentu dibutuhkan prasyarat-prasyarat lain yang belum ada pada dirinya saat itu.

Alhasil, kepemimpinannya ketika itu memicu protes dari para pelatih dan senior. Tapi, Yuli tak lantas terpuruk. Malah sebaliknya: motivasi perempuan kelahiran 7 Juli 1987 itu untuk menjadi wasit yang lebih baik kian menggelora.

“Saya bilang ke diri saya, lain waktu kamu akan belajar peraturan sama saya. Saya akan jadi wasit,” kenangnya.

Lima belas tahun berselang, apa yang dia impikan itu tak cuma tercapai, tapi bisa dibilang melampaui. Yuli kini menjadi satu-satunya wasit basket perempuan Indonesia yang berlisensi FIBA.

Sederet catatan bersejarah pun ditorehkannya. Di antaranya, menjadi wasit perempuan pertama yang memimpin liga basket profesional pria (dulu National Basketball League/NBL) pada 2013. Setahun sebelumnya, dia sempat menjadi wasit liga basket profesional perempuan (WNBL). Pada 2016, Yuli juga merupakan wasit perempuan pertama untuk Indonesian Basketball League.

Baca Juga :  Petenis Nomor 4 dan 8 Dunia, Bawa Negerinya Juara untuk Kali Pertama

Di kancah internasional, dia turut bertugas di ASEAN Basketball League di Hongkong pada Maret lalu. Perempuan berusia 33 tahun tersebut juga pernah menjadi wasit di Jr. NBA Global Championship di Orlando, Florida, Amerika Serikat, pada Agustus 2019. Yuli juga menimba ilmu selama dua pekan di Washington DC dan Philadelphia, Amerika Serikat, pada 2013.

’’Dia (Yuli) orang yang gigih dalam memperjuangkan profesinya. Mulai bawah sampai sekarang ke tingkat internasional,’’ puji Harja Jaladri, wasit basket senior.

Padahal, menjadi wasit perempuan di basket bisa dibilang adalah jalan yang sepi. Sampai sekarang hanya ada tiga wasit perempuan yang aktif.

Baca Juga :  Juara, Rebahkan Diri di Lapangan, dan Kepedulian pada Isu Kemanusiaan

Dibutuhkan waktu tidak sebentar bagi Yuli meniti jalan yang tak banyak dilewati orang itu. Seperti dibilang Harja, dia merangkak dari tangga paling bawah.

Sudah berkali-kali Yuli dihampiri pertanyaan yang intinya ’’kok bisa sih’’. ’’Lebih ke arah yang positif. Dan, itu yang bikin saya tambah bangga dengan profesi ini,’’ sambungnya.

Harja meminta koleganya tersebut untuk terus menjaga komitmennya. ’’Yang paling penting, dia selalu ingin belajar,’’ katanya.

Baca juga: Putuskan Pensiun dari Olahraga Kesayangan, Willy Beralih ke Triatlon

Dan, memang demikianlah Yuli. Lima belas tahun setelah melampaui apa yang pernah diimpikannya setelah menuai protes di laga lokal di Kuala Tungkal tadi, Yuli masih menyimpan sederet bara ambisi.

“Dulu ingin yang liga cewek, dapat. Lalu liga cowok, dapat juga. Wasitin di Amerika Serikat, sudah dapat. Ke depan, saya ingin lebih banyak bisa ikut dalam event dunia,’’ ujarnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment