Usai Tuntun Syahadat Sakratulmaut Istri, Kiai NU di Gowa Meninggal Sejam Kemudian

KalbarOnline.comInnalillahi Wainna Ilahirodjiun. Kiai H Muhammad Idrus Makkawaru (76), salah seorang Kiai NU di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, meninggal usai menuntun istrinya, Siti Saniah (64), mengucapkan kalimat syahadat menjelang sakratulmaut. Sang Kiai meninggal berselang 1 jam kemudian.

Anak tertua almarhum, Ahmad Mujahid (51) saat ditemui di rumah duka di wilayah Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Gowa menceritakan, ibunya meninggal setelah Magrib sekitar pukul 18.30 Wita, sementara ayahnya menyusul satu jam kemudian atau selepas waktu Isya, Minggu (16/8/2020).

“Ibu saya meninggal habis Magrib dituntun syahadat sama Bapak. Ndak lama setelah itu, habis Isya, Bapak juga ikut meninggal. Jadi hanya beda sekitar 1 jam,” kata Ahmad melansir detikcom, Selasa (18/8/2020).

Baca Juga :  Kemendikbud Terbitkan Edaran Larang Mahasiswa Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja

Dia mengatakan ayah dan ibunya selama ini memang sama-sama menderita penyakit jantung. Saat kejadian, tiba-tiba almarhumah yang duluan mengalami gejala sesak napas.

“Di situlah kemudian dipompa jantungnya dan seterusnya. Lalu akhirnya seperti itu (sakratulmaut), orang Makassar bilang diantar (dituntun), dibimbinglah syahadat oleh bapak saya,” katanya.

Menurut Ahmad, saat meninggal, ibunya awalnya hanya disemayamkan di sebuah kamar atas permintaan ayahnya. Akan tetapi, karena banyak pelayat, ayahnya setuju untuk dipindahkan ke ruang tamu.

“Setelah (istrinya) diangkat air matanya jatuh, kira-kira 15 menit kemudian dia mulai sesak napas juga (hingga meninggal),” ucap Ahmad.

Baca Juga :  Kapolri Mutasi Suami Jaksa Pinangki yang Terserer Kasus Djoko Tjandra

Ahmad mengatakan ayahnya saat itu sempat memeriksa keadaannya sendiri dengan cara mengecek tanda-tanda di bagian tubuhnya. Saat itu almarhum fokus berzikir. “Ketika dia menghadapi sakratulmaut, tasbih dia itu tak pernah berhenti, dia punya zikir itu ndak pernah berakhir,” katanya.

“Yang menarik juga saat saya bersama Bapak itu, biasanya kan orang gelisah, itu saya tenang, jawabnya mungkin karena orang tua pengamalan agamanya itu jauh dibanding diri saya sendiri,” sambung Ahmad.

Ahmad mengatakan, ayahnya itu merupakan anggota Nahdlatul Ulama (NU) sejak muda. Ayahnya bahkan pernah menjabat Ketua Tanfidziyah NU Kabupaten Bantaeng. [sam]

Comment