Inilah Penyebab Trauma Mata Tersering dan Cara Mengatasinya

Mata adalah organ penglihatan yang harus kita jaga agar tetap berfungsi baik. Sayangnya, organ ini rentan dengan cedera yang bisa menjadi fatal dan menyebabkan kebutaan. Saat berkendara, olahraga, bahkan bermain di area terbuka, cedera mata bisa saja terjadi. Mencegah dan menangani cedera mata secepatnya, adalah langkah yang harus dilakukan.

Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan kejadian trauma mata yang masih sering dijumpai. Penderita trauma mata yang ringan sering abai karena merasa tidak mengalami gangguan penglihatan pada awalnya. Lambat laun, kondisi yang awalnya ringan ternyata telah merusak jaringan dalam mata yang berdampak pada masalah penglihatan.

Untuk mengenalkan masalah cedera mata ke masyarakat, JEC Eye Hospitals and Clinics pada Sabtu (15/8) mengadakan webinar tentang ophthalmic trauma dengan tema “Overcoming the Challenges in Ophthalmic Trauma”. Webinar ini bekerja sama dengan Asia Pacific Ophthalmic Trauma Society (APOTS). Nah, apa yang dapat kita pelajari tentang cedera mata ini?

Baca juga: Mata Sering Gatal, Hati-hati Jangan Digaruk!

Apa itu Trauma Mata?

Ophthalmic trauma atau trauma pada mata berpotensi terjadi kapan saja dan tak bisa diantisipasi karena berlangsung tiba-tiba. Trauma mata merupakan kondisi yang dapat merusak semua bagian mata, mulai dari kelopak mata, tulang orbita atau dinding bola mata, bola mata, dan saraf mata.

Penyebab cedera mata antara lain akibat benturan keras benda tajam atau tumpul pada area sekitar mata, serta dapat disebabkan juga oleh trauma panas, radiasi dan trauma kimia. Dampak kerusakan dapat terlihat atau dirasakan seketika setelah kejadian, ataupun lambat.

Baca Juga :  Mata Sering Gatal, Hati-hati Jangan Digaruk!

“Pada individu yang mengalami trauma mata ringan, seperti kelilipan atau menggosok-gosok mata, acapkali tidak segera memeriksakan diri karena merasa penglihatannya tidak terganggu. Padahal, pengaruh pada penglihatan bisa jadi baru muncul beberapa hari setelah kejadian,”papar Dr. Yunia Irawati, SpM(K), Ketua Ophthalmic Trauma Service JEC.

Lebih dari itu, trauma pada mata atau ophthalmic trauma berisiko menurunkan tingkat penglihatan secara tajam, bahkan hingga kebutaan yang lebih lanjut berdampak pula pada berkurangnya kualitas hidup dan produktivitas penderita. Artinya, dampak trauma mata tidak hanya dirasakan penderita, tetapi juga keluarga. Penanganan sedini mungkin dan menyeluruh menjadi kunci.

Baca juga: Persalinan Normal pada Ibu Hamil Bermata Minus, Menyebabkan Kebutaan?

Jenis-jenis Trauma Mata

Secara umum, ophthalmic trauma terbagi ke dalam dua kategori.

1. Trauma tertutup (closed-globe injury)

Trauma mata tertutup adalah terjadinya kerusakan intraokuler meskipun dinding bola mata (sklera dan kornea) tidak mengalami luka; terdiri atas: contusio (kerusakan pada lokasi benturan), dan laserasi lamellar (luka yang tidak sepenuhnya menembus lapisan sklera dan kornea).

2. Kedua, trauma terbuka (open-globe injury)

Ini adalah jenis trauma atau terjadinya luka yang menembus seluruh lapisan dinding mata; terdiri atas:

  • ruptur (luka pada dinding bola mata akibat benda tumpul, disebabkan meningkatnya tekanan intraokuler secara tiba-tiba melalui mekanisme inside-out)
  • laserasi (luka pada dinding mata akibat benda tajam, disebabkan mekanisme luar ke dalam/outside-in.
  • Trauma juga dapat diakibatkan oleh panas, radiasi dan zat-zat kimia.
Baca Juga :  Wagub Kalbar Ikuti Gowes Sinergi Dalam Rangka Hari Anti Korupsi
Baca juga: Dampak Main Smartphone Sebelum Tidur Picu Risiko Kebutaan Sementara

Beberapa gejala yang perlu diwaspadai setelah area mata mengalami benturan, antara lain pandangan buram mendadak, perdarahan, nyeri pada area bola mata, mata terlihat merah, gerakan bola mata terhambat, dan mata terasa mengganjal.

Di Indonesia, selama ini belum ada data terkini jumlah kejadian trauma pada mata. Namun, jumlah kunjungan pasien trauma mata di JEC bisa memberikan gambaran. Sepanjang 2012 hingga 2019 di JEC @ Menteng dan JEC @ Kedoya terdata adanya 534 kasus trauma mata, yang terdiri dari 161 kasus trauma tertutup dan 167 kasus trauma terbuka. Beberapa di antaranya bahkan harus menjalani tindakan pembedahan lebih lanjut.

Memahami kegawatdaruratan ophthalmic trauma, JEC telah menghadirkan Ophthalmic Trauma Service yang menyediakan penatalaksanaan trauma mata nan andal dan menyeluruh dengan diperkuat tenaga medis dari berbagai subspesialis/multidisiplin serta teknologi pendukung terdepan.

“Kasus trauma mata tidak selalu berdampak pada bagian mata yang mengalami benturan, tetapi juga pada jaringan di sekitarnya. Penanganan trauma mata yang JEC tawarkan melalui Ophthalmic Trauma Service mengimplementasikan sistem yang komprehensif, mulai diagnosis hingga tatalaksana, serta tahap pemantauan dan rehabilitasi pasca tindakan, untuk mengantisipasi risiko dampak hingga penanganan pasien berlangsung tuntas,” tambah Dr. Yunia Irawati.

Untuk mencegah trauma mata, hendaknya selalu gunakan pelindung mata saat melakukan aktivitas yang berisiko. Misalnya menggunakan kacamata. Saat beraktivitas menggunakan cairan kimia, misalnya cairan pembersih, hati-hati untuk tidak sampai mengenai mata.

Baca juga: Inilah Pertolongan Pertama Cedera Mata

Comment