Gubernur Sutarmidji Buka Sosialisasi Imunisasi Japanese Encephalitis

KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji membuka advokasi dan sosialisasi introduksi imunisasi Japanese Encephalitis (JE) di Hotel Harris Pontianak, Selasa (29/08/2023).

Tujuan dari terselenggaranya kegiatan ini yaitu dalam rangka mendukung pelaksanaan pemberian imunisasi JE se Provinsi Kalbar yang akan dicanangkan pada tanggal 26 September mendatang.

“Kita harus terus mengantisipasi dengan melakukan imunisasi massal dan untuk sukses, ini sebetulnya dengan usia antara 10 bulan sampai 15 tahun, capaiannya harusnya cepat,” kata Sutarmidji.

“Yang harus dimulai dulu dari anak SMP, SD, TK, dan yang agak repot itu usia 10 bulan sampai 5 tahun dan itu yang harus melibatkan ibu-ibu PKK terutama kegiatan yang banyak dilakukan di posyandu kemudian klinik-klinik yang ada,” jelas Sutarmidji.

Gubernur menilai, kesadaran masyarakat tentang kesehatan terutama ibu-ibu sudah cukup tinggi di Kalbar. Hal itu terbukti dsri para ibu hamil yang rutin memeriksakan kandungannya ke bidan, dokter dan sebagainya.

“Kalau Pontianak sudah mencapai 99 persen, Singkawang sekitar 96 persen dan daerah-daerah lain juga sudah di atas 90 persen,” ungkapnya.

Tak hanya itu, orang nomor satu di Kalimantan Barat ini juga mengungkapkan, bahwa kesadaran pemeriksaan kesehatan untuk imunisasi JE ini tidak sulit asal alurnya benar.

Baca Juga :  Terus Bertambah, Kantah Serahkan 20 Sertifikat Aset ke Pemkot Pontianak 

“Kita juga punya banyak vaksinator karena kasus covid kemarin bisa, artinya sumber daya manusia kita ada. Capaian vaksin Covid-19 juga cukup tinggi, itu tenaganya bisa digunakan. Jadi bisa cepat, tadi itu saya bilang mulai dari SMP, SD, TK dan kalau ini terus dilakukan itu bisa mencapai 70 persen ke atas,” tuturnya.

“Yang paling penting sukses (vaksinasi JE) ini di Dinas Pendidikan karena dinas  kesehatan pelaksanaanya,” tambah Sutarmidji.

Ia juga berharap, agar sosialisasi yang diberikan bisa betul-betul sampai kepada masyarakat luas. Sosialisasi yang diberikan pun harus edukatif, jangan sampai memberikan kesan panik dan lain sebagainya.

“Kemudian dinas kesehatan harus melakukan hal-hal antisipasi, terutama kalau imunisasi belum mencapai 100 persen jangan sampai keterjangkitannya berkembang dan ini harus diantisipasi,” terangnya.

Sebagai informasi, Japanese Encephalitis merupakan virus dari gigitan nyamuk culex yang terinfeksi virus JE hingga menyebabkan penyakit radang otak.

Walaupun nama tersebut ada unsur Jepang-nya, faktanya virus ini tidak hanya menyerang negara Jepang saja. Berdasarkan data yang dilansir laman Central For Disease Control and Prevention (CDC), setidaknya ada 20 negara yang tertular, seperti India, Bangladesh, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, Korea Utara, Vietnam, Laos, Malaysia, Burma hingga Sri Lanka.

Baca Juga :  Tempuh Ribuan Kilometer Bertemu Saudara Sesama Biker

Untuk diketahui, nyamuk Culex sifatnya antropofilik, hewan yang tidak hanya menghisap darah binatang saja tetapi juga menghisap darah manusia, karena itu penularan JE dari hewan kepada manusia pun bisa terjadi. Oleh karenanya, telah ditetapkan bahwa manusia bukanlah sumber utama penyakit tersebut.

Gejala pada penyakit ini umumnya akan muncul 5 – 15 hari setelah terjadinya infeksi, gejala yang muncul seperti demam, menggigil, sakit kepala, lemas, mual, muntah bahkan hingga kejang yang sering dialami oleh anak kecil.

Vaksin JE adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit JE pada manusia. Vaksin ini terbukti efektif, aman dan sudah digunakan lebih dari 12 negara. Vaksin ini sebaiknya sudah harus diberikan kepada anak umur 9 bulan.

Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk menyembuhkan JE. Tapi setidaknya ada obat yang dapat mengurangi gejala untuk mencegah perburukan kasus. Karena itu, pencegahan seperti pemberian vaksin dan menghindari gigitan nyamuk amat penting untuk dilakukan. Pentingnya melakukan vaksinasi untuk mengurangi tingkat kematian pada penyakit tersebut. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment