Lucunya Pelabuhan Internasional di Mempawah, Pakai Crane Bekas dan Tak Punya Tangki Timbun CPO

Orang nomor satu di Kalbar itu pun mengkritik keras pihak Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang dinilainya hanya mampu berbicara tinggi, namun tak sesuai faktanya.

“Kalau orang Pelindo itukan ngomongnya hebat tuh, (tapi) orang tak lihat lapangan (fakta sebenarnya), saya sebenarnya waktu presiden (Jokowi) meresmikan mau saya bilang, masa pelabuhan tidak ada crane. Tapi gak enak juga. Tapi tidak adanya tangki timbun sudah saya sampaikan ke presiden,” bebernya.

Dengan nada satire, Sutarmidji pun mengaku tak habis pikir, kenapa pelabuhan yang dibangun dengan biaya triliunan rupiah itu tidak mampu membuat tangki timbun CPO.

“Masa buat pelabuhan triliunan bisa, buat tangki timbun tidak bisa? Kan lucu tuh. Padahal core (inti) bisnis kita itu CPO. Akhirnya, perusahaan di sebelah pelabuhan memanfaatkan kelemahan yang ada untuk memompakan CPO yang akan diekspor lewat perusahaan mereka melalui pipa. (Sebenarnya) tidak perlu lagi mobil tangki masuk,” katanya.

Selain itu, bagaimana bisa sebuah pelabuhan internasional yang notabene dapat menampung kapal-kapal besar dari berbagai negara hanya disuplai dari truk-truk tangki.

Baca Juga :  Positivity Rate Covid-19 Capai 18 Persen, Jangan Abai 3M Saat Liburan
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers di sela-sela melakukan peresmian Proyek Strategis Nasional (PSN) Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalbar. (Foto: Biro Setpres For KalbarOnline.com)
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers di sela-sela melakukan peresmian Proyek Strategis Nasional (PSN) Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalbar. (Foto: Biro Setpres For KalbarOnline.com)

“Masa kapal 350 ribu DWT (bobot kapal keseluruhan, red) itu harus diisi oleh mobil-mobil tangki CPO? Mau berapa ribu tangki baru penuh? Mau berapa lama kapal sandar? Berapa padat lalu lintas?” ucapnya retorik.

“Harusnya minyak CPO itu sudah ada dalam tangki-tangki timbun yang ada di pelabuhan. Kemudian kapal datang tinggal dipompakan, paling 24 jam atau 2 hari. sehingga cost (biaya) lebih murah, kapal tidak lama sandar,” tambahnya.

Alhasil, kata Sutarmidji, akibat ketiadaan sarana penting itu membuat kapal-kapal lama bersandar, tidak efisien dari segi waktu serta biaya dan seterusnya. Sehingga pada gilirannya juga, kapal-kapal itu akan malas bersandar di Kalbar lagi.

Cost jadi mahal. Orang akhirnya tidak mau lewat pelabuhan kita. Akhirnya apa? Kalbar sebagai penghasil CPO 7 juta ton pertahun tapi yang tercatat belum sampai sejuta gara-gara itu. Yang lainnya tidak tercatat di Kalbar. Kan merugikan Kalbar nanti dari bagi hasil pajak. Ini jangan dianggap sepele,” camnya menegaskan.

Baca Juga :  4 Daerah di Kalbar Masuk PPKM Level 1, Hary Agung: Tetap Jaga Prokes

Sutarmidji juga heran, kalau banyak yang menganggap sepele persoalan ini, padahal jelas-jelas Kalbar dirugikan lantaran pelayanan “pelabuhan internasional”-nya yang buruk.

“Karena bagi hasil pungutan CPO nanti kan tidak mencerminkan produksi real kita. Produksi kurang lebih 7 juta ton tapi tercatat belum sampai 1 juta,” katanya mengingatkan.

Sebagai gubernur, dirinya juga telah bolak-balik menekankan persoalan ini kepada pihak Pelindo. Namun lagi-lagi, Pelindo hanya membalasnya dengan retorika yang indah-indah.

“Kan sudah sering saya sampaikan. Saya nyampaikan saja, tapi kalau mereka (Pelindo) ngomong kan pandai. Janganlah BUMN itu ngomongnya saja indah-indah, faktanya tidak,” sindirnya.

“Kalau ngomong sih bagus, begini begitu. Coba wartawan lihat di sana, ada tidak crane? Ada tidak tangki timbun? Saya waktu itu tanya, mereka masih mau pengadaan atau memindahkan dari mana, kalau bekas ndak usah saya bilang. Pelabuhan belum tuntas,” timpal Sutarmidji lagi.

Comment