Picu Ketegangan, Brasil Sebut Izin Vaksin Tiongkok Tak Transparan

KalbarOnline.com – Badan pengawas kesehatan Brasil (Anvisa) pada Senin (14/12) waktu setempat mengatakan Tiongkok tidak dapat memberikan informasi yang transparan dalam pemberian izin penggunaan darurat beberapa kandidat vaksin Covid-19, termasuk di antaranya CoronaVac dari Sinovac Biotech Ltd. Komentar Anvisa itu kemungkinan dapat memperburuk ketegangan antara Tiongkok dan Brasil.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang konsisten mengkritik Tiongkok, berulang kali menyampaikan keraguannya terhadap vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech Ltd, CoronaVac. Bolsonaro mengatakan ragu karena vaksin itu dibuat di Tiongkok. Sinovac Biotech Ltd merupakan perusahaan biofarmasi yang berkedudukan di Beijing, Tiongkok.

Meski demikian, otoritas di Sao Paulo, negara bagian terpadat di Brasil, menaruh kepercayaan terhadap CoronaVac. Gubernur Sao Paulo Joao Doria, yang berseberangan dengan Bolsonaro, mengatakan vaksinasi untuk warga Sao Paulo dijadwalkan berlangsung pada Januari 2021.

Baca juga: Bertambah Lagi, Vaksin Covid-19 Buatan Tiongkok Tunjukkan Kemanjuran

Namun, Sao Paulo tidak dapat menggunakan vaksin buatan Sinovac jika Anvisa tidak mengeluarkan izin pakai. Dalam beberapa bulan terakhir, Bolsonaro menempatkan beberapa loyalisnya di lembaga pemerintah, termasuk di Anvisa.

Baca Juga :  Usai Vaksin Covid-19 Kedua, Dokter AS Rasakan Efek Samping Mirip Flu

Penempatan itu mengakhiri sikap Anvisa yang sebelumnya cenderung netral dan tidak dipengaruhi kepentingan politik kelompok tertentu. Oleh karena itu, banyak ahli kesehatan di Brasil khawatir kebijakan Anvisa nantinya akan dipengaruhi oleh tuntutan dan kepentingan politik.

“Brasil adalah negara yang memimpin evaluasi terhadap CoronaVac,” kata Anvisa sebagaimana dikutip dari laman resminya seperti dilansir Reuters.

“Vaksin itu telah mengantongi izin pakai di Tiongkok sejak Juni tahun ini. Kriteria yang dipakai Tiongkok untuk mengeluarkan izin pakai tidak transparan dan tidak ada informasi yang tersedia terkait kriteria apa yang saat ini digunakan otoritas di Tiongkok untuk membuat kebijakan semacam ini,” terang Anvisa.

Setidaknya, puluhan ribu orang di Tiongkok telah menerima CoronaVac lewat program penggunaan vaksin darurat. Program itu resmi diluncurkan pada Juli 2020 dan diberikan pertama kali ke kelompok yang rentan tertular Covid-19.

Dua calon vaksin Covid-19 yang dibuat Sinopharm juga digunakan dalam program darurat tersebut. Tiongkok sejauh ini belum menyiarkan informasi bagaimana pihaknya menentukan vaksin yang tepat untuk program vaksinasi darurat. Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok juga tidak menanggapi pertanyaan terkait masalah tersebut.

Baca Juga :  Hadiri Pesta Makan Malam Akhir Tahun, PM Jepang Panen Kritik

Perwakilan dari Sinovac juga menolak untuk menjawab pertanyaan. Namun, dia mengulang kembali pernyataan seorang pejabat saat jumpa pers Oktober 2020. Dia mengatakan vaksinasi diberikan ke warga setelah pemerintah mengevaluasi vaksin secara ketat sesuai dengan ketentuan undang-undang dan regulasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pejabat pemerintah itu mengatakan hasil uji klinis tahap I dan tahap II menunjukkan vaksin yang diberikan ke warga menunjukkan imunogenisitas dan tingkat keamanan yang baik. Imunogenisitas merupakan kemampuan vaksin membentuk atau memancing respons imun/kekebalan dalam tubuh. Uji klinis tahap akhir/tahap III untuk CoronaVac masih berlangsung di Sao Paulo, Brasil.

Doria pada Senin pagi mengatakan data mengenai kemanjuran vaksin akan diumumkan pada 23 Desember, mundur delapan hari dari tanggal yang dijadwalkan sebelumnya. Alasannya, otoritas di Sao Paulo menginginkan sampel data lebih besar dan analisis yang lebih lengkap.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment