Rontok Dihantam Covid-19, Bagaimana Performa Saham Perusahaan Transportasi?

KalbarOnline.com – Sektor transportasi terus mengalami tekanan di masa pandemi Covid-19. Merosotnya minat masyarakat untuk bepergian tentu memicu penurunan omzet usaha bidang transportasi yang berdampak pula pada rantai perekonomian.

Terbukti, dalam data pertumbuhan PDB yang dirilis oleh BPS menunjukan bahwa pada Triwulan II dan Triwulan III 2020 secara year on year (yoy), sektor Transportasi dan Pergudangan mengalami penurunan masing-masing sebesar -30,84% dan -16,70%. Lantas, seperti apa pengaruh pertumbuhan tersebut terhadap harga saham emiten-emiten transportasi di bursa saham?

Riset Lifepal.co.id menemukan, meskipun kebutuhan jasa transportasi menurun di kala pandemi, nyatanya ada emiten-emiten pada sub sektor transportasi yang pergerakan harga sahamnya di atas performa indeks Infrastructures, Utilities, and Transportation dan IHSG.

Sebaliknya, ada emiten yang performanya di bawah performa indeks tersebut. Tak hanya harga saham emiten transportasi, Lifepal juga membandingkan bagaimana penjualan dan keuntungan perusahaan-perusahaan transportasi tersebut.

Pergerakan masyarakat di pusat-pusat transportasi menurun hingga memicu penurunan PDB sektor Transportasi dan Perdagangan.

Grafik di atas memperlihatkan bahwa pergerakan masyarakat setelah bulan Maret terus mengalami penurunan sampai pada titik terendahnya di bulan Mei 2020. Setelah bulan Mei 2020, pergerakan masyarakat mulai meningkat, namun masih belum kembali normal dikarenakan berbagai pembatasan aktivitas sosial.

Baca Juga :  Jaringan Bumi Pelita Kencana Merapat, Dukungan untuk Benyamin-Pilar Semakin Kuat

Penurunan pergerakan masyarakat tersebut menyebabkan pertumbuhan PDB pada sektor transportasi dan perdagangan mengalami tekanan yang sangat dalam. Pada Triwulan II 2020, terjadi penurunan -30,84%, sedangkan pada Triwulan III 2020, tercatat penurunan -16,70%, walau sebenarnya mengalami peningkatan dari Triwulan sebelumnya.

Kontraksi pertumbuhan Triwulan III 2020 tidak sedalam pada Triwulan II 2020 disebabkan karena adaptasi kebiasaan baru atau pelonggaran PSBB yang meningkatkan kinerja lapangan usaha transportasi dan Pergudangan.

Kinerja dua emiten transportasi ini di atas IHSG dan Indeks Infrastructures, Utilities, and Transportation

Grafik kinerja di atas menunjukan ada dua emiten transportasi yang kinerjanya di atas IHSG dan Indeks Infrastructures, Utilities, and Transportation. Mereka adalah PT Air Asia Indonesia Tbk (CMPP) dan PT Steady Safe Tbk. (SAFE).

Indonesia AirAsia yang dioperasikan sebagai Indonesia AirAsia adalah sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Maskapai ini mengoperasikan penerbangan domestik. Sementara itu, PT. Steady Safe Tbk merupakan perusahaan publik yang bergerak di bidang transportasi dan berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1978. Perusahaan ini juga bergerak sebagai salah satu operator di Transjakarta.

Steady Safe Tbk merupakan salah satu perusahaan angkutan umum di DKI Jakarta yang bergerak di bidang usaha angkutan taksi dan angkutan bus umum. Sejak tahun  2004 mereka mengembangkan sayap usahanya dengan menjadi salah satu anggota perusahaan konsorsium PT Jakarta Express Trans yang didirikan guna mengelola proyek Pemerintah DKI Jakarta yakni Busway koridor 1 dengan  persentase  kepemilikan saham sebesar  14, 74%.

Baca Juga :  Aa Gym: Ada Bahaya Besar di Depan, Jangan Remehkan Seruan Tetap di Rumah

Pada  tahun 2005,  mereka kembali  ikut  menjadi salah satu anggota Perusahaan konsorsium dengan nama  PT Trans Batavia guna mengelola Busway koridor 2 & 3 dengan jumlah kepemilikan saham sebesar  23,8%.

Performa di atas IHSG dan Indeks Infrastructures, Utilities, and Transportation, CMPP justru catatkan penurunan penjualan.

Berdasarkan laporan keuangan CMPP, tercatat adanya tren penurunan penjualan saat pandemi Covid-19 ini, yakni sebesar -71,08% menjadi sebesar 1,39 Triliun Rupiah pada Triwulan III 2020 dari sebelumnya sebesar 4,82 Triliun Rupiah pada Triwulan III 2019.

Dari segi laba komprehensif, pada Triwulan III 2020, CMPP mencatat kerugian sebesar -1,87 triliun rupiah. Hal ini dikarenakan adanya penurunan penjualan yang diakibatkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar serta adanya penurunan pada pendapatan keuangan pada Triwulan III tahun 2020.

Pergerakan harga CMPP sendiri tercatat dari Desember 2014 sampai dengan Oktober  2020 sudah mencatat kenaikan sebesar 50,82%. [ind]

Comment