Cek Fakta Duel Pernyataan Donald Trump dan Joe Biden Jelang Pilpres AS

KalbarOnline.com – Setelah melakoni kampanye berbulan-bulan dengan saling menyudutkan, dua calon presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Joe Biden, akan menjadi pertarungan yang sesungguhnya pada Selasa (3/11). Selama ini, banyak distorsi fakta terkait Pilpres AS yang bergulir.

  • Baca juga: Trump Bakal Pecat Kepala Satgas Covid-19 AS karena Selalu Puji Biden

Donald Trump jauh lebih aktif di jalur kampanye selama beberapa hari terakhir, dengan jadwal rapat umum di negara-negara bagian utama. Masing-masing kandidat juga mengklaim berbagai isu. Sedangkan Biden jauh lebih jarang muncul di depan umum. Dilansir dari BBC, Senin (2/11), ada beberapa klaim dari masing-masing kubu. Bagaimana kebenarannya?

1. Pernyataan Trump

“Rakyat dapat mengubah suara sebagian besar negara bagian.”

Faktanya: Tidak benar. Hanya di beberapa negara bagian pemilih dapat mengubah suaranya setelah mengirimkan surat suara melalui pos. Hanya ada beberapa negara bagian yakni Michigan, Connecticut, Minnesota, New York, dan Wisconsin. Tempat suara pos dapat dibatalkan setelah dikirimkan.

Di negara bagian ini, pemilih dapat meminta surat suara baru melalui pos atau memberikan suara secara langsung. Sebagian besar negara bagian mengizinkan untuk memberikan suara secara langsung jika telah dikirimi suara melalui pos tetapi belum mengembalikannya. Beberapa dari surat suara ini harus dihitung terakhir untuk memastikan tidak ada yang memberikan suara dua kali.

Baca Juga :  Masalah Keamanan, Gladi Bersih Pelantikan Joe Biden Ditunda

2. Pernyataan Biden

“Donald Trump menghancurkan perekonomian yang Barack Obama dan saya tinggalkan. Seperti semua hal lain yang dia tinggalkan dan warisi, dia menyia-nyiakannya.”

Faktanya: Hanya awal pandemi pertumbuhan ekonomi turun drastis. Lalu kemudian mengalami pemulihan yang kuat. Angka-angka terbaru menunjukkan output ekonomi melonjak 33 persen tahunan pada kuartal ketiga tahun 2020, menyusul rekor penurunan sebagai konsekuensi dari pandemi virus Korona.

Namun, perekonomian belum pulih ke tingkat sebelum pandemi. Sebelum pandemi, selama tiga tahun pertama Presiden Trump menjabat, dia menjaga pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 2,5 persen. Dalam tiga tahun terakhir pemerintahan Obama tingkat pertumbuhan yang sama (2,3 persen).

3. Pernyataan Trump

“Pemulihan pertumbuhan baru-baru ini adalah yang terbesar dalam sejarah negara kita dengan hampir tiga kali lipat. Itu lebih besar dari negara manapun.”

Faktanya: Tidak benar. Selama periode kuartal ketiga (Juli-September) tahun ini, ekonomi AS tumbuh sebesar 7,4 persen (33,1 persen adalah angka tahunan). Pertumbuhan itu kurang dari Jerman, Italia, dan zona Eropa secara keseluruhan.

Jika melihat pertumbuhan ekonomi dari awal pandemi hingga saat ini, AS telah melakukan lebih baik daripada Eropa tetapi lebih buruk dari Tiongkok dan beberapa ekonomi Asia lainnya seperti Korea Selatan. Pernyataan itu diungkapkan oleh analis Neil Shearing, kepala ekonom di Capital Economics.

Baca Juga :  Trump jadi Target Pembunuhan, Dikirimi Surat Berisi Racun Mematikan

4. Pernyataan Biden

“Diperkirakan jika kita memakai masker dalam beberapa bulan ke depan, menurut CDC kita akan menyelamatkan 100 ribu nyawa.”

Faktanya: Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS tidak membuat proyeksi ini, begitu pula yang lainnya. Biden mungkin mengacu pada proyeksi, bukan oleh CDC, tetapi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington.

Namun, 100 ribu angka yang dikutip oleh Biden jauh di atas perkiraan terbaru IHME bahwa 62 ribu nyawa akan diselamatkan pada akhir Januari 2021, jika penggunaan masker secara universal. CDC merekomendasikan agar orang memakai masker di tempat umum, acara dan pertemuan, untuk membantu menghentikan penyebaran virus Korona.

5. Pernyataan Biden

“91 dari perusahaan korporat teratas di Amerika tidak membayar pajak penghasilan federal.”

Faktanya: Benar menurut sebuah penelitian. Konteks dari klaim ini adalah bahwa Biden mengkritik pemotongan pajak di bawah pemerintahan Trump yang menyebabkan perusahaan dan individu kaya membayar jauh lebih sedikit. Pada 2018, 91 dari 500 perusahaan teratas di AS secara efektif tidak membayar pajak, menurut laporan Institute on Taxation and Economic Policy. Meski menghasilkan hampir USD 80 miliar dalam pendapatan sebelum pajak, beberapa perusahaan tidak membayar pajak.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment