Pilpres Masih November, Donald Trump Gerah karena Isu Covid-19 Memanas

KalbarOnline.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali dibuat frustrasi pekan ini. Dia sudah melakukan segala cara untuk mengalihkan isu Covid-19 dari bahan debat politik. Namun, topik itu kembali panas sejak tiga hari belakangan.

”Saya tidak berbohong. Yang saya katakan adalah kita harus bersikap tenang dan tak boleh panik,” ujar Trump Kamis (10/9) lalu menurut The Guardian. Perkataan politikus Republik tersebut tak mencerminkan sikapnya. Pria berusia 74 tahun itu terlihat sedikit panik menjawab pertanyaan dari awak media.

  • Baca juga: Hubungan Memanas, 92 Persen Perusahaan AS Ogah Hengkang dari Tiongkok

Konferensi pers dadakan tersebut diadakan untuk mempromosikan acara kampanye di Freeland, Negara Bagian Michigan. Namun, alih-alih soal kampanye, awak media langsung menanyakan kabar tak sedap yang menerpa Trump sejak Rabu (9/9).

Hari itu, jurnalis Bob Woodward merilis intisari buku terbarunya Rage di Washington Post. Sekuel dari buku berjudul Fear itu membahas tentang rezim Trump. Yang berbeda, buku tersebut juga menyelipkan wawancara langsung dengan Trump.

Baca Juga :  Dari Tanah Suci, 7 Orang Jemaah Haji Kalbar "Berpulang ke Rahmatullah"

Jurnalis yang termahsyur karena meliput skandal Watergate di era Richard Nixon tersebut berkesempatan melakukan wawancara telepon. Wawancara selama 18 kali itu dimulai sejak akhir 2019 sampai awal musim panas 2020. Dari berbagai topik di buku itu, yang paling menarik perhatian adalah pernyataan Trump soal wabah virus korona.

Dalam percakapan yang terekam, Trump mengaku sudah mendapat penjelasan bahwa Covid-19 jauh berbahaya dari virus flu yang paling berbahaya sekali pun. Namun, Trump sengaja meremehkan virus tersebut agar kegiatan ekonomi tak runtuh. Saat ini, AS merupakan negara paling terdampak Covid-19, dengan 6,42 juta kasus dan 192 ribu korban jiwa.

”Kalau yang saya lakukan tak benar, harusnya Bob melaporkan saya segera. Tapi, dia diam karena dia menganggap apa yang saya lakukan ini benar,” dalih Trump seperti yang dilansir Agence France-Presse.

Baca Juga :  Negara Bagian Penentu Kemenangan di Pilpres Amerika Serikat

Kubu Partai Demokrat sejak lama sudah geram dengan sikap Trump dalam langkah penanganan pandemi. Capres Demokrat Joe Biden mengatakan bahwa tindakan Trump sama seperti penjahat ekonomi lainnya.

Dia mengutip laporan dari Columbia University Medical School yang mengatakan 31 ribu nyawa bisa selamat jika Trump bertindak seminggu lebih awal. ”Dia hanya ingin memastikan temannya di bursa saham tak kehilangan uang mereka. Soal nyawa yang hilang bukan urusannya,” ujar Biden kepada CNN.

Di sisi lain, strategi Trump yang berhasil pada pemilu 2016 dapat jegalan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Twitter. Perusahaan media sosial itu mengumumkan bahwa mereka bakal memperketat pengawasan konten mengenai informasi menyesatkan menjelang pemilu.

Mereka akan memberi label bahkan mencabut unggahan manipulatif. Misalnya, unggahan tentang klaim hasil pemilu yang palsu atau dini. Atau, provokasi untuk melakukan kegiatan ilegal yang menganggu pergantian pemerintah.

Comment