Harisson ke Kabupaten dan Kota: Alokasi APBD untuk Stunting Jangan Banyak Belanja Pegawainya

KalbarOnline, Pontianak – Pj Gubernur Kalbar, Harisson menyampaikan perlu adanya kerja keras bersama dalam menurunkan angka prevalensi stunting di provinsi ini. Pasalnya, jika berkaca pada target yang diberikan presiden, maka stunting harus turun di angka 14 persen di tahun 2024.

“Stunting di Kalbar itu menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 berada pada angka 29,8 persen, lalu pada 2022 turun menjadi 27,8 persen. Padahal sebenarnya target kita itu harusnya menurut presiden harus 14 persen pada 2024. Ini sebenarnya kerja keras,” kata Harisson, Selasa (12/09/2023).

Oleh karenanya, ia berharap kepada pemerintah kabupaten dan kota dapat benar-benar memperhatikan pengalokasian APBD dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting ini.

“Jadi anggaran stunting itu jangan sampai banyak di belanja pegawainya. Setiap rupiah belanja untuk stunting itu harus benar-benar menyentuh langsung kepada ibu hamil, remaja putri dan balita serta ibu menyusui, ini yang harus diperhatikan,” jelasnya.

Kembali Harisson menekankan, harus ada upaya serius bersama untuk melakukan intervensi agar prevalensi stunting dapat segera diturunkan.

Baca Juga :  Bedah RAPBD Pontianak 2019, Evaluasi Penghematan Anggaran

“Bersama turun ke posyandu-posyandu, ajarkan ibu ibu itu bagaimana memasak dan menyiapkan makanan yang menjadi asupan untuk bayi maupun makanan untuk ibu hamil, agar mereka tetap mempunyai gizi yang baik, nanti bayi yang dikandung sehat, melahirkan dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan anemia dan ibu hamil dapat menyusui balitanya dengan baik selama enam bulan asi eksklusif,” paparnya.

Selain itu, semua pihak diminta dapat terus memantau perkembangan pola asuh anak selama dua tahun, bagaimana para ibu dapat memberikan makanan yang bergizi bagi anaknya dan seterusnya, sehingga anak-anak Kalbar tidak menjadi stunting.

“Stop dulu kita menghabiskan anggaran untuk rapat-rapat, kadang-kadang rapat ini menghabiskan banyak dana, tapi setelah itu mereka malah lupa dengan apa yang harus dikerjakan. Jadi lebih baik langsung aksi turun ke posyandu-posyandu lalu ke sekolah-sekolah untuk memperhatikan remaja putri agar mereka tidak mengalami anemia,” tutur Harisson.

Perhatian terhadap remaja putri tersebut dinilai Harisson sangat penting untuk menyiapkan mereka saat hendak memasuki jenjang pernikahan nantinya. Karena bagaimanapun, para remaja putri itu harus sudah memiliki pemahaman yang baik tentang kesehatan ibu hamil, kesehatan reproduksi, bagaimana mereka nanti harus menjaga bayinya dan sebagainya.

Baca Juga :  Yanieta Minta Guru PAUD PKK Benahi Administrasi

“Kita juga harus turun kepada setiap ibu hamil, terutama petugas kesehatan didukung semua perangkat daerah lain untuk menyapa dan memperhatikan ibu hamil,” ujarnya.

Guna melakukan efisiensi anggaran, Harisson juga menyarankan agar rapat-rapat terkait stunting sebaiknya dapat dilakukan secara online atau zoom meeting. Sehingga porsi anggaran yang ada bisa dimaksimalkan dengan langsung menyambangi target penerima manfaat.

“Kita sudah dibiasakan selama pandemi untuk menggunakan zoom meeting, dan ini saya pikir lebih efisien, dan lebih baik aksi turun ke posyandu-posyandu dengan pola pentahelix, dengan melibatkan akademisi, perusahaan, media massa, masyarakat dan lainnya. Jadi kita benar-benar keroyokan,” ujarnya.

“Manfaatkan pendanaan dari pemerintah itu seefisien dan seefektif mungkin,” tutup Harisson. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment