Perdalam Risiko Hepatitis, Prodia Gelar Seminar Dokter di Pontianak

KalbarOnline, Pontianak – Demi mewujudkan visi sebagai centre of excellence, PT Prodia Widyahusada Tbk bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyelenggarakan seminar dokter pada 50 kota di Indonesia, salah satunya di Kota Pontianak.

Seminar nasional ini bertujuan sebagai sarana pembaruan informasi dalam industri kesehatan dan merupakan rangkaian kegiatan dari peringatan 50 tahun Prodia.

Mengusung tema “Personal and Precise Partner for Your Health”, Prodia berkomitmen untuk mendukung peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia, serta pelaku industri kesehatan dengan selalu menjadi mitra yang dapat diandalkan untuk mencapai tujuan kesehatan setiap individu.

Di tahun 2023 ini, Prodia juga berharap untuk dapat terus mengiringi para mitra dan dokter untuk dapat melangkah lebih jauh dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu layanan kesehatan dan pengobatan.

Menurut Muhammad Rizal, selaku Regional Head Area Kalimantan mengatakan, kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama dengan IDI Wilayah Kalimantan Barat dan menjadi salah satu kota pelaksana kegiatan seminar nasional HUT Prodia tahun ini.

Berlokasi di Ballroom Hotel Golden Tulip, kegiatan ini berlangsung tanggal 17 Juni 2023 bersama 180 peserta dokter secara offline oleh dokter umum, dokter internis, dan dokter patologi klinik.

Baca Juga :  Bukan Rp 900 Ribu, Ini Hitungan IDI Soal Harga Tes PCR yang Ideal

Dengan tema “Precise Hepatitis Management”, webinar ini memberikan informasi terkini mengenai risiko hepatitis, serta memperdalam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yang perlu diperhatikan baik sebelum, saat, dan setelah pengerjaan pemeriksaan penunjang diagnosa hepatitis.

Sebagai narasumber, Yustar Mulyadi, membahas mengenai update on Diagnosis and Management of Hepatitis C, Willy Brodus Uwan mengenai update Management of Chronic Hepatitis B dan Joni T Parinding, dokter Patologi Klinik dari Prodia akan memaparkan mengenai Laboratory Aspect of Hepatitis B&C.

“Hepatitis B adalah penyakit yang menimbulkan peradangan pada organ hati dan biasanya disebabkan oleh virus. Menurut World Health Organization (WHO), terdapat lebih dari 2 miliar orang di dunia yang telah terinfeksi hepatitis B,” ungkap Yustar, Sabtu (17/06/2023).

Disebutkan juga, sebab penularan terjadinya hepatitis B yaitu kontak dengan cairan tubuh pasien hepatitis B. Cairan tubuh itu seperti darah, air liur, cairan serebrospinal, cairan peritoneum, cairan pleura, cairan amnion, semen, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya.

“Pada kondisi tersebut tentunya selain melakukan terapi pada penyakit, diperlukan pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya replikasi virus yaitu dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan penunjang yang lain. Pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menunjang diagnosis hepatitis salah satunya adalah dengan HBsAg,” terangnya.

Baca Juga :  Satu WNA di Ketapang Jalani Perawatan di Ruang Isolasi RSUD Soedarso Pontianak

Sementara itu, Willy Brodus Uwan juga mengatakan, selain hepatitis B, hepatitis C juga berbahaya. Hepatitis C merupakan Infeksi virus yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan dengan kejadian lebih dari 150 ribu kasus per tahun di Indonesia.

“Virus ini dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis, mulai dari penyakit ringan hingga penyakit serius seumur hidup termasuk sirosis hati dan kanker. Namun dengan diagnosa serta penanganan yang baik pasien dapat diberikan Obat antivirus yang dapat menyembuhkan lebih dari 95% orang dengan infeksi hepatitis C,” jelasnya.

Joni T Parinding juga turut memaparkan Prodia memiliki pemeriksaan yang dapat membantu klinis untuk menegakkan diagnosa pada penderita hepatitis B dan C. 

“Pada pemeriksaan penunjang sendiri terdapat faktor preanalitik, analitik dan post analitik yang perlu diperhatikan dan dapat mempengaruhi hasil,” ujarnya.

Melalui seminar ini, diharapkan dokter yang hadir dapat memahami informasi peranan pemeriksaan hepatitis pada berbagai kondisi penyakit terutama untuk risiko kanker dan sirosis hati, serta penegakan diagnosis dan tata laksana yang lebih dini agar pencegahan dan penanganan dapat dilakukan lebih baik. (Indri)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment