Gegara Dukung Kartun Nabi Muhammad, Macron Dikecam Negara Arab

KalbarOnline.com – Presiden Perancis, Emmanuel Macron yang belakangan mengambil sikap melawan “separatisme Islam”, dan menggambarkan Islam sebagai agama yang mengalami krisis di seluruh dunia dikecam sejumlah negara Arab.

Dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Nayef al-Hajraf, menggambarkan pernyataan Macron terhadap Islam tersebut tidak bertanggung jawab dan telah menyebarkan budaya kebencian di antara masyarakat.

“(Pernyataan Prancis) seperti itu keluar pada saat upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan toleransi dan dialog antara budaya dan agama,” kata al-Hajraf dikutip dari laman resmi Anadolu Agency, Ahad (25/10/2020).

Baca Juga :  42 Tenaga Medis di Jakarta Terinfeksi Corona, Masyarakat Diminta Patuhi Imbauan Pemerintah

Sikap Macron ini dimulai sejak kasus pemenggalan seorang guru sejarah oleh seorang radikal Islam, yang ingin membalas penggunaan kartun Nabi Muhammad oleh guru tersebut di kelas untuk kebebasan berekspresi.

Sejumlah negara Arab mengutuk penghinaan Perancis terhadap agama Islam dan Nabi Muhammad SAW. Karena, penghinaan yang dilakukan secara terus menerus tersebut dapat memicu kebencian di masyarakat dunia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Dhaifallah Fayez, juga menyuarakan kecaman negaranya atas penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo atas klaim kebebasan berekspresi.

Baca Juga :  Bejat! Bapak Setubuhi Anak Kandung yang Masih Berusia 12 Tahun, Kejadian di Landak

“Praktik-praktik semacam itu melukai sentimen sekitar 2 miliar Muslim dan merupakan serangan terhadap simbol-simbol agama, kepercayaan, dan kesucian,” katanya, sambil memperingatkan bahwa praktik semacam itu memicu budaya ekstremisme dan kekerasan.

Selain Yordania, Kementerian Luar Negeri Kuwait juga menyatakan kekesalannya atas penerbitan ulang kartun anti-nabi di Perancis.

Dalam sebuah pernyataan, Kemenlu Kuwait memperingatkan bahwa penghinaan ini akan menyulut semangat kebencian, kekerasan dan permusuhan.

“Dan akan membahayakan upaya komunitas internasional untuk menyebarkan budaya toleransi dan perdamaian di antara masyarakat di dunia,” jelasnya. [rif]

Sumber: https://www.aa.com.tr

Comment