Cegah Penularan Covid-19, Belanja via Online

KalbarOnline.com – Belasan kuli panggul Pasar Keputran, Surabaya, sedang antre di belakang pikap yang memuat sayuran Sabtu (15/8). Semula mereka memakai masker menutupi hidung dan mulut. Namun, tiba giliran memanggul sayuran, masker itu pun dipelorot sampai dagu.

Kepala Satuan Tugas Pasar Tangguh Keputran Achmad Munib yang melihat kondisi tersebut tak bisa berbuat banyak. ”Kalau lagi angkat-angkat ngunu jarene ambegane angel. Ya wes gak papa. Tapi, kalau pas ndak lagi ngangkat ya ditegur kalau gak pakai,” kata Munib.

Sejauh pangamatan Jawa Pos pada Sabtu siang itu, memang mudah sekali ditemui orang yang tidak bermasker. Protokol jaga jarak juga tak benar-benar bisa dipatuhi karena kondisi pasar yang padat.

Jalan yang tak terlalu lebar membuat orang yang berpapasan harus berbagi ruang. Lorong-lorong antarstan juga diberi tulisan in dan out agar ada alur pengunjung hingga tak berpapasan. Namun, toh tulisan ya tinggal tulisan, tak dihiraukan.

Satgas Pasar Tangguh Keputran, menurut Munib, sedang berupaya mengembalikan kepercayaan publik pada pasar grosir sayur-mayur tersebut. Sebab, setelah pasar ditutup sepekan pada Juli lalu, banyak pelanggan yang pindah ke lain hati. Pembeli pindah ke pasar-pasar lain seperti di Jagir. Bahkan, ada yang ke Pasar Porong dan Krian, Sidoarjo. ”Sejak pasar ditutup sampai hari ini sepi yang belanja. Sekitar 40 sampai 50 persen sudah ke pasar-pasar di luar Surabaya,” kata Ashari, pedagang Keputran. Bisa jadi pelanggan itu takut menjalani rapid test atau swab test yang sewaktu-waktu dilakukan pemkot. Bisa jadi juga takut dengan klaster Pasar Keputran. ”Kami berharap pemerintah dan PD Pasar Surya bisa mengembalikan lagi kepercayaan pembeli ke sini,” harapnya.

Pasar Keputran memang menjadi salah satu perhatian utama dalam penanganan Covid-19 di Surabaya. Di pasar berisi sekitar 1.200 stan itu, sempat ditemukan pedagang yang positif Covid-19. Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Surabaya Irvan Widyanto menuturkan, untuk menyebut satu kawasan sebagai klaster penularan, diperlukan kajian terlebih dahulu. Daripada berdebat soal itu, Irvan menyebutkan, yang dilakukan dengan kebijakan penutupan pasar itu ditujukan untuk mencegah penularan. ”Bahwa ada yang positif memang iya di pasar,” ujar dia.

Baca Juga :  Libur Panjang, Gubernur Jabar Imbau Warga Menahan Diri ke Luar Kota

Selain Keputran, pasar lain yang pernah ditutup karena Covid-19 adalah Pasar Kapasan yang jadi pusat grosir pakaian. Pasar Gresik PPI terimbas dari warga kampung yang positif Covid-19. Juga, ada pasar di Kupang Gunung yang ditutup selama dua pekan. Pasar grosir lain yang menjadi perhatian adalah Pasar Jagir, Pasar Ikan Pabean, dan Pasar Induk Osowilangun Surabaya (PIOS).

Di PIOS, aktivitas tetap berjalan selama pandemi Covid-19. Di awal masa pandemi, para pedagang memang masih abai terhadap protokol kesehatan. Belum banyak yang menggunakan masker. Pihak pengelola pasar pun belum menyediakan fasilitas pendukung mitigasi pencegahan Covid-19.

Pada akhir Maret, manajemen PIOS mulai memasang wastafel portabel di beberapa titik. Total ada 14 wastafel yang dipasang. Di sisi timur ada 10 wastafel dan di tempat parkir sebelah barat ada 4 wastafel. Di dalam pasar, cairan hand sanitizer pun dipasang di tiang. Para pedagang yang masuk diwajibkan memakai masker. Termasuk yang mau kulakan. ”Karena kami melihat situasi pandemi semakin parah waktu itu. Jadi, protokol kesehatan mulai dijalankan,” ujar General Manager PIOS Rahayu Trisila kemarin (16/8).

Sosialisasi untuk para pengunjung pasar terus dilakukan. Baik kepada para pedagang maupun pembeli. Namun, pihak PIOS sempat kelolosan pada Selasa (4/8). Ternyata, ada beberapa pedagang yang diduga terjangkit virus mematikan tersebut. Hal itu diketahui dari rapid test masal yang dilakukan Pemkot Surabaya. Total ada 408 pedagang dan pengunjung pasar yang dites. Dari jumlah tersebut, ada 4 pedagang dan 9 pembeli yang dinyatakan reaktif.

Trisila mengaku sempat panik melihat hasil tersebut. Sebab, dia merasa selama ini pihak manajemen sudah menjalankan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Mulai pintu masuk, pengunjung selalu dicek suhu tubuhnya. Yang di atas 37 derajat Celsius dilarang masuk.

Baca Juga :  Risma Siapkan 6.000 Nasi Bungkus Per Hari Untuk Korban Gempa Sulbar

Sebelas orang yang dinyatakan reaktif itu pun dibawa ke salah satu hotel bintang tiga di kawasan Gubeng. Mereka dikarantina lima hari. Senin (10/8) hasil swab keluar. ”Alhamdulillah, hasil swab para pedagang dan pembeli semua negatif,” ungkapnya.

Baca juga:  Unair Temukan Obat Covid-19

Trisila menyadari bahwa pasar merupakan tempat yang cukup berisiko. Sebab, tempat tersebut termasuk salah satu pusat kerumunan. Risiko persebaran Covid-19 sangat besar jika tidak benar-benar diperhatikan.

Karena itu, kejadian yang sempat membuat heboh para pemilik stan maupun pelanggan itu menjadi pelajaran. Trisila memastikan protokol kesehatan di pasar yang dikelolanya makin ditingkatkan. Mulai pemeriksaan suhu tubuh hingga mewajibkan para pengunjung mencuci tangan sebelum belanja. Ada petugas yang akan mengawasi jalannya protokol kesehatan di PIOS.

Trisila mengakui bahwa tingkat kunjungan pasar memang sempat menurun. Para pedagang pun mengeluh lantaran ada penurunan omzet penjualan. Melihat hal itu, pihak manajemen membuat terobosan. Yakni, memfasilitasi para pedagang dengan menyediakan marketplace online.

Barang yang tersedia di PIOS dipasarkan melalui online. Meski belum tinggi tingkat permintaan melalui online, Trisila mengeklaim bahwa ada peningkatan omzet pedagang berkat aplikasi online tersebut. ”Ini akan terus dikembangkan tidak hanya selama pandemi. Tapi, untuk kondisi saat ini aplikasi belanja online memang sangat dibutuhkan.”

Baca juga: Lusa Tim Unair Presentasikan Obat Covid-19 di BPOM

Di Jakarta, penularan Covid-19 di kalangan pasar-pasar tradisional terus meningkat. Berdasar data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), hingga 9 Agustus ini kasus positif Covid-19 ditemukan di 51 pasar dengan total 321 kasus. ”Dari 51 pasar yang ditemukan kasus, ada beberapa yang kasusnya cukup tinggi. Di antaranya, Pasar Cempaka Putih sebanyak 70 kasus, Pasar Kramat Jati 49 kasus, dan Pasar Perumnas Klender 18 kasus,” terang Ketua Bidang Infokom DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan Reynaldi.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment