15 Bulan Vaksinasi 181,5 Juta Orang

KalbarOnline.com – Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 kian dekat. Kemarin (3/1) PT Bio Farma mulai mendistribusikan vaksin kepada dinas kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) di daerah.

Kementerian Kesehatan optimistis dalam waktu 15 bulan bisa memvaksinasi 181,5 juta orang.

Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi menyatakan, pihaknya yakin dengan rencana vaksinasi selama 15 bulan tersebut. Pertimbangannya, sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas yang ada terbilang memadai. ”Kami punya faskes yang cukup,” ujarnya kemarin.

Apalagi, upaya penyediaan vaksin terus digeber. Termasuk sudah ada penandatanganan penyediaan vaksin oleh AstraZeneca yang dilakukan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Nadia menguraikan, di daerah ada 13 ribu puskesmas, 2.500 rumah sakit, dan 49 kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang akan menjadi fasyankes untuk melayani vaksinasi. Juga, ada 30 ribu tenaga vaksinator yang siap memberikan vaksin.

Di setiap fasilitas kesehatan disiapkan tempat penyimpanan vaksin. Vaksin tidak bisa diletakkan di sembarang tempat. Sebab, suhunya harus berkisar pada 2 hingga 8 derajat Celsius.

Seluruh vaksin yang telah tersedia disimpan di tempat penyimpanan khusus di fasilitas penyimpanan Bio Farma dengan suhu yang tetap terjaga antara 2 hingga 8 derajat Celsius. Selain itu, serangkaian pengujian mutu dilakukan oleh Bio Farma dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Kendati persiapan terus berjalan, pemerintah masih menunggu izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) BPOM. Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan dari BPOM yang menyatakan perizinan EUA tersebut sudah rampung. Pemerintah mengikuti saran dari ITAGI, WHO, dan para ahli mengingat pentingnya proses vaksinasi.

Baca Juga :  Dikabarkan Jadi Tersangka KPK, Berikut Profil Menteri Syahrul Yasin Limpo

Pada tahap pertama, vaksin akan diberikan kepada tenaga kesehatan dan petugas publik. ’’Kita sangat berharap, dengan adanya vaksin, tenaga kesehatan khususnya dapat segera pulang dan bertemu dengan keluarga mereka,” tambahnya. Dilibatkannya tenaga kesehatan dan petugas publik pada gelombang pertama, kata dia, merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi selama ini.

Sebagai informasi, saat ini Indonesia memiliki 3 juta dosis vaksin Sinovac. Produk berbentuk kemasan vial dosis tunggal itu tiba dari Tiongkok dalam dua pengiriman. Masing-masing 1,2 juta dan 1,8 juta dosis pada awal dan akhir Desember 2020. Rabu (30/12) Indonesia menandatangani komitmen suplai dari Novavax dari Amerika Serikat sebanyak 50 juta dosis dan AstraZeneca dari Inggris sebanyak 50 juta dosis. Kemudian, terus ada pembicaraan pengadaan vaksin Pfizer yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman.

Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Vaksin Covid-19 PT Bio Farma Bambang Herianto menuturkan bahwa distribusi vaksin berjalan sejak kemarin. ”Ini (vaksinasi, Red) bukan program pertama dilaksanakan di Indonesia,” tuturnya. Dia menegaskan bahwa kualitas vaksin yang diterima masyarakat terjamin.

Belakangan muncul informasi label vaksin Covid-19. Bambang menegaskan bahwa kemasan itu dipergunakan untuk keperluan uji klinis. Yang diberikan kepada masyarakat berbeda.

Perbedaan yang dimaksud, uji klinis menggunakan kemasan pre-filled syringe (PFS). Artinya, kemasan dan jarum suntik berada dalam satu kemasan. Sedangkan vaksin yang akan digunakan untuk program vaksinasi pemerintah dikemas dalam bentuk vial single dose dan tidak akan ada penandaan only for clinical trial. Sebab, vaksin telah memperoleh izin penggunaan.

Baca Juga :  Dari Kunjungan Menparekraf Sandiaga ke Kampung Budaya BML, Kadisporapar Kalbar Harapkan Kian Banyak Desa yang Masuk ADWI

Baca juga: Bulan Ini Vaksin Sinovac Didistribusikan

Bambang juga mengklarifikasi hoaks terkait artikel vero cell yang beredar di masyarakat. Dia menegaskan bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac tidak mengandung vero cell atau sel vero. Sebab, sel vero hanya digunakan sebagai media kultur untuk media kembang dan tumbuh virus yang digunakan sebagai bahan baku vaksin. ”Jika tidak mempergunakan media kultur, virus akan mati sehingga tidak dapat digunakan untuk pembuatan vaksin,” ucapnya.

Setelah mendapatkan jumlah virus yang cukup, akan dipisahkan dari media pertumbuhan. Sel vero tidak akan ikut terbawa dalam proses akhir pembuatan vaksin. ’’Dengan demikian, pada produk akhir vaksin, sudah dapat dipastikan tidak akan lagi mengandung sel vero tersebut,’’ terangnya.

Baca juga: 195 Ribu Personel TNI-Polri Masuk Prioritas Pertama Vaksinasi Covid-19

Lebih lanjut, kata dia, vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang akan digunakan mengandung virus yang sudah dimatikan atau inactivated virus. Bambang menegaskan, dalam vaksin tersebut tidak ada virus hidup atau yang dilemahkan. ”Vaksin Covid-19 buatan Sinovac juga tidak mengandung bahan seperti boraks, formalin, merkuri, serta tidak mengandung pengawet,” ungkap Bambang.

Dia meyakinkan bahwa vaksin yang akan digunakan di masyarakat telah melalui tahapan pengembangan dan serangkaian uji yang ketat. BPOM pun mengawasi dengan pedoman standar internasional. Pengujian dilakukan dalam rangka menjaga kualitas dan keamanan produk vaksin agar terjamin mulai diproduksi sampai didistribusikan.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment