Abdul Mu’ti Minta Muhammadiyah Selalu Mengawal Kelompok ‘MUKIDI’

KalbarOnline.com – Menjelang bonus demografi Indonesia 2045, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti optimis dengan masa depan Islam di Indonesia melalui kelompok yang disebutnya sebagai Mukidi.

Abdul Mu’ti yang memang memiliki pembawaan jenaka itu berharap agar Muhammadiyah dapat mengawal kelompok Mukidi. Selain mengawal, Muhammadiyah juga berusaha melahirkan kelompok ini melalui berbagai program pemberdayaan dan pendampingan ekonomi yang telah digarap oleh berbagai majelis dan ortom.

Mukidi adalah akronim dari beberapa unsur seperti Muda, Kaya, Intelek, Dermawan dan Idealis. Selain itu Mukidi juga dikenal memiliki kedermawanan yang tinggi.

Baca Juga :  Tiga Kandidat Pilkada Tangsel Ditetapkan, Bawaslu Larang Paslon Sosialiasi Selama Tiga Hari

Menurut Abdul Mu’ti, kelompok Mukidi dengan pendapatan di atas 6 hingga 10 juta perbulan saat ini mulai banyak hadir di kota-kota besar dan daerah. Sebagian besar dari mereka adalah pemilik bisnis mandiri.

“Nah Indonesia itu punya kelompok Mukidi dalam jumlah yang cukup besar. Kita melihat peningkatan kelas menengah itu sangat signifikan dan kelas menengah itu sebagian besar adalah kelompok muslim ini,” jelas Abdul Mu’ti seperti dilansir dari laman muhammadiyah.or.id, Senin (4/1/2021).

“Mereka punya cita-cita yang tinggi dengan agamanya dan bagaimana umat ini bisa maju di masa depan. Karena itu potensi-potensi itu menjadi bagian bagaimana umat ini bisa bangkit,” imbuhnya.

Baca Juga :  Calon Petahana Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi Terpapar Covid-19

Mengenai kelompok menengah di Indonesia, berbagai studi mengeluarkan perbedaan pendapat tentang kategori tersebut. Asia Development Bank (2010) memperkirakan jumlah kelas menengah dengan standar pengeluaran 20 dollar US mencapai 102 juta jiwa.

Sementara itu, Global Wealth Report maupun Bank Dunia dengan standar yang lebih ketat memperkirakan jumlah kelas menengah di Indonesia kurang dari 10 persen. Jumlah tersebut diperkirakan semakin memburuk akibat pandemi yang berkepanjangan. [ind]

Comment