Madu Kelulut Jadi Primadona BUMDes Kebebu

Madu Kelulut Jadi Primadona BUMDes Kebebu

KalbarOnline, Melawi – Budidaya Kelulut kini menjadi primadona di sejumlah desa di Melawi. Khusus di Desa Kebebu, Kecamatan Nanga Pinoh, ada ratusan sarang Kelulut yang kini mulai menghasilkan madu secara rutin.

Pemerintah Desa Kebebu pun menangkap peluang usaha dari budidaya Kelulut dengan mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) bernama Lantank Nyadi Kansho. Bahkan penyertaan modal pun mulai dilakukan pada 2021 ini.

Direktur BUMDes Lantank Nyadi Kansho, M. Yusli mengungkapkan penyaluran penyertaan modal dari APBDes Kebebu direncanakan sebesar Rp 50 juta. Untuk tahap awal ini disalurkan sebesar Rp 15 juta dahulu.

“Ini diperuntukkan sebagai dana operasional pembelian madu Kelulut warga yang nantinya akan dikelola lagi oleh BUMDesa Lantank Nyadi Kansho,” ujar Yusli, Senin (9/8).

Baca Juga :  Polda Kalbar Salurkan Ratusan Paket Sembako untuk Korban Banjir Melawi

Dari dana yang ada, Yusli mengungkapkan, BUMDesa akan membeli madu Kelulut dari para warga Kebebu yang telah membudidayakan Kelulut. Selain itu, dana ini digunakan untuk menyiapkan kemasan botol madu agar lebih menarik dan juga dikemas dengan merek khusus.

Dipaparkan Yusli, saat ini berdasarkan data di lapangan jumlah sarang kelulut yang tersebar di tiga dusun mencapai 349 sarang. Sebaju menjadi dusun yang paling banyak terdapat peternak kelulut.

“Di Sebaju ada 72 KK yang mengelola sarang kelulut, sedangkan di Dusun Kebebu ada 21 KK dan di Lebak Tapang ada 4 KK,” jelasnya.

Dengan dikelola BUMDes, Yusli berharap kualitas madu Kelulut yang dihasilkan masyarakat Sebaju bisa terjaga, selain itu juga untuk memastikan ketersediaan pasar bagi madu Kelulut.

Baca Juga :  Kelola Keuangan dengan Baik, Pemkab Melawi Terima Penghargaan dari Kemenkeu

Kepala Desa Kebebu, Ari Susanto, mengatakan penyertaan modal ke BUMDesa menjadi bentuk komitmennya untuk membangun desa serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pilihan bisnis di bidang madu Kelulut juga karena melihat potensi yang tinggi saat ini dalam hal budidaya Kelulut di Desa Kebebu.

“Ini juga menjadi upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD). Kami menyalurkan anggaran sesuai dengan permintaan dari lembaga BUMDes Lantank Nyadi Kansho,” ujarnya.

Dengan adanya BUMDesa, kata Ari, diharapkan peternak madu Kelulut tak lagi kesulitan mencari pasar atau kebingungan menjual produknya. Mengingat selama ini penjualan madu kelulut lebih banyak dilakukan secara orang per orang saja. (SR)

Comment