Soekarno Punya Slogan Jas Merah, HNW Punya Jas Hijau

KalbarOnline.com – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid menjelaskan, para ulama termasuk habib ikut berperan memperjuangkan Indonesia Merdeka. Mereka juga ikut andil dalam merumuskan serta berkompromi, menyepakati dan menyelamatkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Karena itu, sudah semestinya jika Pancasila yang dibuat dengan kompromi dari tokoh-tokoh umat Islam bersama tokoh-tokoh bangsa lainnya tidak dibuat dalam rangka memusuhi umat Islam. Karenanya, menurut HNW, jika presiden pertama Ir. Soekarno memiliki slogan Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah alias Jas Merah, maka perlu ada slogan Jas Hijau, yakni Jangan Sekali-kali Melupakan Jasa Ulama.

Peran ulama dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara, kata HNW, terjadi saat Panitia Sembilan menyepakai lima sila sebagai Dasar Negara Indonesia yang Merdeka. Selain itu, ulama juga berjasa besar dalam menyelamatkan Pancasila dan proklamasi Indonesia Merdeka dengan mengakomodasi tuntutan masyarakat Indonesia Timur untuk mengubah sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Keterlibatan ulama dibuktikan dengan banyaknya istilah bahasa Arab yang merujuk ke Al Quran dan Hadits di dalam sila-sila Pancasila.

Baca Juga :  Kalapas Cipinang Benarkan Fredrich Yunadi ‘Main HP’ di Dalam Lapas

“Maka wajar saja bila ada beberapa kata kunci dalam Pancasila, seperti adil (sila kedua dan kelima); beradab, hikmat, permusyawaratan, perwakilan, dan rakyat (sila keempat dan kelima) berasal dari bahasa Arab yang ada di Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.

“Tidak wajar bila Pancasila dibuat untuk menjadi dalih memusuhi umat Islam (Islamophobia). Tapi juga tidak wajar bila umat Islam malah menolak Pancasila (Indonesiaphobia),” tegasnya.

Oleh karena, HNW mengimbau kepaada para pendekar dan guru silat di Tanah Abang untuk bersama-sama memahami dan mengamalkan dasar negara Pancasila itu dalam kehidupan sehari-hari.

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), itu mengingatkan peran ulama bukan hanya dilakukan pada saat pembahasan Pancasila, tetapi juga saat memperjuangkan dan mempertahankan Indonesia merdeka. Salah satunya adalah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang dikumandangkan oleh KH Hasyim Asyari.

Resolusi itu mampu memperkuat semangat para santri, kiyai, guru silat, dan pendekar untuk membentuk Laskar Kiai, Laskar Santri, Laskar Hizbullah, berjuang bersama Rakyat dan TRI, melawan kembalinya penjajah Belanda.

“Sejarah mencatat suksesnya perjuangan Resolusi Jihadnya KH Hasyim Asy’ari, dan kedekatan KH Subchi Parakan dengan Jendral Sudirman, Bapaknya TNI,” tegasnya.

Baca Juga :  Polri Buru Otak Kerusuhan Demo Omnibus Law

HNW menuturkan bahwa para Habaib juga memiliki peran yang besar bagi bangsa ini. Misalnya Habib Husein Al Mutahhar yang menciptakan lagu-lagu seperti ‘Hari Merdeka’ dan ‘Syukur Umat’, tulus ikhlas dan tetap bersemangat mencintai dan membela Indonesia. Ada pula Habib Ali Kwitang yang melalui jaringan jemaah dan majlis taklimnya mensosialisasikan dan mendukung proklamasi Indonesia Merdeka.

“Yang tak kalah penting adalah, peran ulama sekaligus pimpinan Partai Islam Masyumi, M Natsir yang melalui mosi Integral 3 April 1950 berjasa besar, mengembalikan Republik Indonesia menjadi NKRI, setelah sebelumnya diubah oleh penjajah Belanda menjadi RIS,” tuturnya.

Apabila ada kelompok Komunis atau pihak lain, yang ingin membegal atau membelokkan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, keluar dari dari kompromi dan cita-cita Indonesia Merdeka, yang disepakati para Bapak dan Ibu Bangsa seperti di atas, maka wajar bila warga Indonesia menolaknya, dengan tetap mempertahankan NKRI dan Pancasila. “Karena Indonesia dan Jakarta faktanya adalah warisan jihad/ijtihad/mujahadah/musyawarah/tadhiyyah dan hadiah para ulama dan habaib,” pungkasnya.

Comment