Hidup Sehat Buat Lawan Pandemi, Literasi Digital Perangi Infodemi

KalbarOnline.com – Juru Bicara Satgas Covid-19, Reisa Broto Asmoro menyatakan jumlah kasus sembuh dan selesai melakukan isolasi Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Atas pencapaian ini, Pemerintah berterimakasih kepada 29.000 dokter umum dan spesialis, 9.600 relawan tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan internship, juga 300 relawan ahli teknologi laboratorium medik, yang telah bekerjasama berjuang tanpa lelah selama pandemi Covid-19.

“Mereka semua menjadi garda terdepan yang telah bekerjasama berjuang tanpa lelah selama pandemi Covid-19. Prestasi ini sebaiknya kita pertahankan bersama bapak dan ibu sekalian. Tugas kita bersama adalah untuk kompak dan tidak menambahkan kasus baru,” ujarnya dalam Dialog Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru yang diselenggakan oleh Komite Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), dari Jakarta belum lama ini.

Dalam dialog tersebut, Reisa mengatakan bahwa Covid-19 bukan satu-satunya penyakit yang harus dilawan di Indonesia. Menurutnya, masih ada penyakit menular lainnya seperti, demam berdarah dengue, rabies, hepatitis, avian flu, malaria, yang juga butuh penanganan serius dari para kolega saya, dari dokter dan ahli tenaga kesehatan masyarakat lainnya.

“Risiko penyakit tidak menular seperti, jantung, kanker, diabetes, juga masih dihadapi masyarakat Indonesia, bukan hanya karena penyakit itu membutuhkan biaya pengobatan yang mahal, namun juga menghilangkan hari-hari produktif pasien dan keluarga yang merawat mereka,” tuturnya.

Reisa menyebut, catatan data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa risiko kematian Covid-19 lebih tinggi akibat adanya penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Hal ini menandakan penyakit tidak menular bukan masalah ringan. Penanganannya juga membutuhkan bantuan dokter spesialis yang andal.

Baca Juga :  Seri Anyar Realme 7i Resmi Meluncur, Hadirkan Sejumlah Peningkatan

Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 ini menambahkan, pada saat bekerja dari rumah, masyarakat disarankan untuk mengambil waktu 30 menit berdiri dan berjalan-jalan setelah duduk berjam-jam di depan layar komputer.

Dengan rutin berolahraga bersama dengan keluarga sambil tetap menjaga jarak aman di rumah, kata Reisa, dapat menciptakan kebersamaan yang berkualitas dan membantu menurunkan stres.

“Pandemi memang masih menghadang, mari kita menjaga kondisi tubuh kita sebaik-baiknya. Pastikan kita tetap produktif tetapi aman dari Covid-19. Tetap disiplin menerapkan 3M : Memakai masker, Menjaga jarak aman minimal 1 Meter, dan Mencuci tangan pakai sabun serta berhenti merokok. Praktikan sebagai satu kesatuan, karena 3M ini satu paket,” paparnya.

Hadapi Infodemi Juga

Selain pandemi Covid-19, Indonesia juga menghadapi banyaknya infodemi atau kesalahan informasi atau hoaks terkait pandemi di ranah digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika meningkatkan upaya literasi digital guna menghadapi penyebaran infodemi Covid-19 di kalangan masyarakat.

Hal tersebut dilakukan selain upaya pengendalian konten seusai dengan amanat Undang-Undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah memunculkan istilah infodemi yang menggambarkan persebaran hoaks berkaitan dengan pandemi Covid-19. Menurut Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, infodemi itu telah menjadi masalah baru bagi dunia internasional, selain pandemi Covid-19 itu sendiri.

Baca Juga :  Cegah Peredaran Hoaks Jelang Pilpres AS, Twitter Siapkan Langkah Ini

Upaya pengendalian yang dilakukan Kementerian Kominfo, menurut Dirjen Aptika bukan untuk membatasi kebebasan berekspresi masyarakat, namun ditujukan mencegah keresahan dan gangguan ketertiban umum.

“Kami perlu melakukan pengaturan dan pengendalian bukan untuk membatasi kebebasan berekspresi atau kebebasan berpendapat, tapi karena situasi pandemi ini kita perlu meluruskan informasi-informasi yang salah agar tidak membuat keonaran atau membuat keresahan dan atau mengganggu ketertiban umum,” tegas Dirjen Semuel dalam Konferensi Pers Virtual Strategi Kominfo Menangkal Hoaks Covid-19 dari Media Center KPCPEN Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta belum lama ini.

Dirjen Aptika menyatakan ada tiga bentuk infodemi yang beredar, yaitu: (1) misinformasi atau penyebaran informasi yang tidak tepat akibat adanya ketidaktahuan akan informasi yang tepat; (2) disinformasi atau penyebaran informasi yang tidak tepat dan bersifat destruktif secara sengaja; dan (3) malinformasi atau penyebaran informasi faktual untuk merugikan pihak-pihak tertentu.

“Di tengah pandemi, ketiga jenis gangguan informasi mengakibatkan pemahaman masyarakat yang tidak lengkap tentang situasi dan prosedur medis yang tepat terkait virus Covid-19. Hal ini kemudian menimbulkan stigmatisasi terhadap rumah sakit, tenaga medis dan penyintas COVID-19, hingga keengganan masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan yang telah disarankan,” jelasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment