ILO Prediksi Lebih Dari 25 Juta Penduduk Dunia Bakal Menganggur Akibat Corona

KalbarOnline.com – Ancaman pengangguran global ditengah wabah Corona Virus yang tidak berkesudahan sudah di depan mata. Begitu juga dengan ancaman resesi global.

Mengutip Reuters, Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO), seminggu lalu memperkirakan bahwa berdasarkan skenario berbeda untuk dampak pandemi pada pertumbuhan, peringkat pengangguran global akan meningkat antara 5,3 juta dan 24,7 juta.

Namun Direktur Departemen Kebijakan Ketenagakerjaan ILO, Sangheon Lee mengatakan kepada Reuters di Jenewa pada Kamis (26/3/2020) bahwa skala pengangguran sementara, PHK dan jumlah klaim tunjangan pengangguran jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Kami mencoba memasukkan faktor guncangan besar sementara ke dalam pemodelan estimasi kami. Besarnya fluktuasi jauh lebih besar dari yang diharapkan. Proyeksi akan jauh lebih besar, jauh lebih tinggi dari 25 juta yang kami perkirakan,” katanya.

Sebagai perbandingan, krisis keuangan global tahun 2008-2009 silam,  meningkatkan pengangguran global sebesar 22 juta. Di Amerika Serikat, seperti di banyak bagian dunia, langkah-langkah untuk mengatasi pandemi ini telah menghentikan negara itu secara tiba-tiba, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran naik menjadi lebih dari 3 juta minggu lalu. Klaim itu bahkan jauh lebih tinggi dari tahun 1982. Saat itu, hanya ada 695 ribu klaim yang ditetapkan.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan klaim akan meningkat menjadi 1 juta, meskipun perkiraannya bisa mencapai 4 juta.

Baca Juga :  Masuk Dalam Daftar 21 Pahlawan Transportasi Dunia, Anies Baswedan: Hasil Kolaborasi Seluruh Warga DKI Jakarta

Data ditambahkan ke skenario yang mengkhawatirkan yang dijabarkan oleh James Bullard, Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis. Menurut  Louis, ia memperkirakan bahwa hingga 46 juta orang di negara tersebut (AS) atau hampir sepertiga dari pekerja AS, bisa kehilangan pekerjaan dalam jangka pendek.

Lockdown India

Negara-negara di seluruh dunia merasakan kepedihan dan kehancuran ekonomi yang ditimbulkan oleh coronavirus, yang telah menginfeksi lebih dari 470.000 orang, menewaskan lebih dari 21.000, dan diperkirakan akan memicu resesi global.

Di India, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan 21 hari penutupan secara nasional minggu ini untuk membendung penyebaran penyakit. Kelompok industri memperingatkan kehilangan pekerjaan bisa mencapai puluhan juta.

Garish Oberoi, Bendahara Federasi Asosiasi di Pariwisata India & Perhotelan, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok perdagangan memperkirakan bahwa sekitar 38 juta pekerjaan bisa hilang di sektor pariwisata dan perhotelan saja.

Di antara mereka yang paling terpukul adalah, diperkirakan 120 juta pekerja migran di India, yang dikunci berarti upahnya hilang. Banyak yang tidak mampu membayar sewa atau makanan di kota-kota dan, dengan sistem transportasi ditutup, banyak sekarang sudah mulai berjalan ratusan mil untuk kembali ke desa mereka.

Ancaman Pengangguran di Eropa

Di Eropa, Prancis misalnya, negara tersebut membujuk perusahaan agar tidak memecat karyawan mereka, termasuk melalui skema yang memungkinkan bisnis untuk mengurangi jam kerja tanpa karyawan menerima gaji besar.

Baca Juga :  Miris, Insentif Tenaga Medis di Bekasi Belum Cair dari Bulan Maret, Terkendala Di Pemerintah Pusat

Kementerian Tenaga Kerja Perancis mengatakan hampir 100 ribu perusahaan Prancis telah meminta pemerintah untuk mengganti mereka karena menempatkan 1,2 juta pekerja pada jam yang lebih pendek atau nol sejak wabah, dengan lebih dari setengah permintaan datang pada hari Senin dan Selasa.

Di Inggris, pemerintah setempat mengatakan 477 ribu orang telah mengajukan permohonan selama sembilan hari terakhir untuk Universal Credit, pembayaran untuk membantu biaya hidup bagi mereka yang menganggur atau berpenghasilan rendah. Pemikir Yayasan Resolution mengatakan bahwa itu merupakan peningkatan lebih dari 500 persen dari periode yang sama tahun 2019.

Dikatakan lompatan itu menunjukkan bahwa negara itu sudah berada di tengah-tengah membangun krisis pengangguran yang jauh lebih cepat daripada selama krisis keuangan sebelum-sebelumnya.

Sementara itu, tingkat pengangguran di Irlandia bisa melonjak menjadi sekitar 18% pada musim panas dari 4,8% bulan lalu. Lembaga riset Ekonomi dan Sosial mengatakan pada hari Kamis, memproyeksikan resesi dengan output berkontraksi sebesar 7,1% pada tahun 2020.

“Pengangguran sangat sensitif dan fluktuatif dalam menanggapi aktivitas ekonomi, yang cukup mengkhawatirkan dalam pandangan kami,” kata Lee dari Organisasi Buruh Internasional.

“Sentimen di kalangan bisnis mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk kembali ke kegiatan normal. Mereka membuat keputusan cepat untuk menyesuaikan tenaga kerja mereka daripada mempertahankan pekerja,” tegasnya.[asa]

Comment