KalbarOnline, Pontianak – Owner Galeri Sintang yang juga penggiat ekonomi kreatif (ekraf) di Kabupaten Sintang, Sumjulia mengharapkan, agar ke depan semakin banyak pejabat-pejabat daerah di Kalbar yang menggunakan wastra-wastra karya para pengrajin daerah sendiri.
Hal itu selain meninggikan budaya yang ada, juga menggeliatkan perekonomian masyarakat, termasuk pengrajin. Ia pun berterima kasih atas apa yang dilakukan selama ini oleh Pj Ketua Dekranasda Kalbar, Windy Prihastari, yang tak sungkan turun langsung dan bahkan menjadi model demi mempromosikan wastra-wastra Kalbar.
“Kalau bagi saya dan penggiat ekraf dan perajin di Sintang, dengan karya kami dipakai oleh Bu Windy, itu sangat membantu sekali karena langsung di promosikan oleh beliau,” katanya kepada media ini, Kamis (06/06/2024).
Sumjulia mengaku, sejak wastra-wastra buatan pihaknya dipromosikan secara massif oleh Windy, termasuklah melalui berbagai event yang ada, kini semakin banyak pesanan-pesanan wastra yang datang.
“Kami sangat senang lewat beliau semakin banyak pesanan. Saya sudah kenal Ibu sejak 2022, jauh sebelum beliau menjadi Pj Ketua Dekranasda Kalbar. Dengan berbagai jenis tenun sudah dibeli Ibu dari kami, tapi Ibu lebih suka tenun dengan pewarnaan alami,” katanya.
Artinya, menurut Sumjulia, adapun wastra-wastra yang kerap dikenakan Windy dalam setiap acara atau event selama ini tidak didapat dengan gratis, melainkan Windy membelinya dari pengrajin secara langsung, di mana ia juga menanyakan makna atau filosofi dari wastra tersebut, setelah itu ia bantu mempromosikannya. Tak hanya melalui media sosial, dalam acara-acara yang dihadiri, Windy selalu menceritakan mengenai busana yang ia gunakan.
“Seperti tenun ikat sintang dengan pewarnaan alami, Ibu bahkan turun langsung berkunjung untuk bertemu dengan perajin di Sintang dan membeli langsung tenunan dari hasil perajin. Ibu juga tidak hanya mengangkat jenis (satu wastra) tenun saja, dan dampak (penjualan)-nya memang terasa sekali dari sejak beliau turun langsung membantu promosi,” terang Sumjulia.
“Terakhir karya kami dari Sintang sampai digunakan oleh Pak Jokowi dan Delegasi yang hadir di Gala Dinner KTT di Bali. Bu Windy juga kadang tidak hanya beli untuk pribadi tapi untuk kostum berbagai acara dan ini sangat membantu. Bahkan di event internasional BIMP EAGA kita juga dilibatkan untuk pembuatan bomber atau jaket,” paparnya lagi.
Namun memang, kata Sumjulia, saat ini wastra-wastra karya pengrajin masih terbilang mahal, hal itu lantaran pembuatannya yang masih ala tradisional dan cukup memakan waktu.
“Tenun ini kenapa mahal? Karena dibuat secara tradisional atau hand made, tidak hanya kita (di Kalbar), tenun di luar sana (daerah lain) juga mahal,” katanya.
Meski begitu, Sumjulia sangat berharap bahwa pemerintah terus memberikan dukungannya terhadap perkembangan wastra-wastra daerah. Karena belakangan ini, dampak dari promosi yang gencar dilakukan pemerintah, terutama Pemprov Kalbar, telah berdampak signifikan terhadap penjualan.
“Luar biasanya berdampak pada hampir 600 penenun di Sintang yang ada di Ensaid Panjang dan Umin Sintang. Kami punya tagline kain tenun sintang dibuat secara tradisional oleh ibu-ibu penenun sebagai penopang ekonomi keluarga. Kain tenun ini sangat membantu penenun untuk anak sekolah sampai ke bangku kuliah,” katanya.
Di masa lalu, kata Sumjulia, banyak orang berduit yang kadang merasa bingung, untuk apa membeli wastra batik atau kain tenun tradisional daerah, hal tersebut lantaran saat itu wastra belum menjadi mode fashion seperti yang diupayakan saat ini.
“Kadang orang datang beli bingung bentuk kain ini nanti jadi seperti apa, tapi ketika sudah dikreasikan seperti (model busana) yang Ibu (Windy) pakai, itu bisa menjadi contoh. Bahkan dulu tenun ini banyak digunakan hanya untuk taplak meja. Sekarang kami tak iklan kalau harus sekadar jadi taplak meja,” ujarnya.
“Jadi pada intinya, kami sangat terbantu Ibu (Windy) promosi lewat konten medsosnya dan dengan cara Ibu promosi yakni dengan mengenakannya secara langsung,” kata Sumjulia. (Jau)
Comment