Satgas Covid-19 Ungkap Pemicu Lonjakan Kasus Positif Baru sampai 8.369

KalbarOnline.com – Indonesia kembali memecahkan rekor tertinggi pertumbuhan kasus positif Covid-19. Kemarin (3/12) ada pertambahan 8.369 kasus positif baru. Pertumbuhan itu adalah yang tertinggi sejak kali pertama pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Dengan pertambahan tersebut, total kasus positif nasional adalah 557.877 dengan angka kumulatif kesembuhan 462.553.

Persentase kesembuhan yang terus melorot dalam seminggu terakhir kemarin kembali drop ke angka 82,9 persen setelah sempat mencapai persentase tertinggi 84 persen.

Sementara itu, persentase kasus aktif juga naik tajam ke angka 14 persen setelah sebelumnya stabil di angka 13 persen. Saat ini jumlah kasus aktif adalah 77.969. Pertambahan kasus tertinggi terjadi di Provinsi Papua dengan 1.755 kasus baru. Disusul Jawa Barat 1.648 kasus, DKI Jakarta 1.153 kasus, dan Jawa Tengah 767 kasus.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, lonjakan kasus terjadi karena ada daerah yang sistemnya belum optimal dalam pencatatan, pelaporan, serta validasi data provinsi secara real time. ’’Provinsi Papua hari ini melaporkan 1.755 kasus. Ini merupakan akumulasi dari pertambahan kasus positif sejak 19 November hingga hari ini,’’ kata Wiku kemarin (3/12). Dia mengimbau pemda yang masih memiliki perbedaan data untuk segera memaksimalkan konsolidasi dengan pemerintah pusat.

Wiku juga menyebutkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan terus menurun. Berdasar website Bersatu Lawan Covid-19, perubahan perilaku dan kedisiplinan protokol kesehatan yang dipantau sejak 18 November mengalami fluktuasi pada minggu keempat November. Kepatuhan memakai masker, menjaga jarak, serta menjauhi kerumunan menunjukkan tren menurun. Terutama pada periode libur panjang 28 Oktober hingga 1 November. ’’Tren penurunan terus berlanjut sampai 27 November. Persentase kepatuhan memakai masker hanya 59,32 persen. Sedangkan yang menjaga jarak 43,46 persen,’’ jelas Wiku.

Dia menyimpulkan bahwa libur panjang merupakan pemicu utama penurunan disiplin protokol kesehatan. Wiku mewanti-wanti penularan terus meningkat jika masyarakat semakin lengah menjalankan protokol kesehatan. Apabila dilakukan testing dan tracing, kasus positif akan terus naik. ’’Kalau terus seperti ini, sebanyak apa pun fasilitas kesehatan yang tersedia tidak akan mampu menampung lonjakan pasien,’’ katanya.

Baca Juga :  Wakapolri Pantau Kesiapan Pengamanan di Pelabuhan Merak

Menurut Wiku, studi menyebutkan bahwa 75 persen populasi harus patuh menggunakan masker untuk menurunkan angka positif dan kematian. ’’Namun, nyatanya Indonesia hanya mencapai 59,2 persen, bahkan 42,53 persen dalam kepatuhan menjaga jarak dan tidak berkerumun,’’ sesalnya.

Sementara itu, daftar pejabat yang terpapar Covid-19 kembali bertambah. Terbaru, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu diakui sendiri oleh Ida. ’’Ya, betul. Hasil PCR test saya positif Covid-19,’’ ujarnya kemarin (3/12). Ida tidak memerinci gejala awal yang dirasakan. Dia hanya menyatakan bahwa kondisi fisiknya secara keseluruhan baik. Saat ini Ida melakukan isolasi untuk menghindari penularan. ’’Mohon doanya semoga segera pulih,’’ kata kader PKB tersebut.

Kepala Biro Humas Kemenaker Soes Hindharno menuturkan, kondisi Menaker secara fisik sehat. Tidak ada keluhan. Menaker juga masih bekerja seperti biasa. Dia bahkan masih mengedit langsung siaran pers terkait dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional kemarin. ’’Jadi, beliau perlu istirahat dan isolasi sementara waktu. Mohon doanya agar segera sembuh,’’ ujarnya. Kabar itu sengaja disampaikan secara terbuka oleh Menaker. Dengan demikian, bisa dilakukan tracing kepada orang-orang yang pernah berdekatan dengan Menaker.

  • Baca juga: Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah Dinyatakan Tertular Covid-19

Vaksin Merah Putih

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/BRIN terus mendorong percepatan pengembangan vaksin Merah Putih. Kemarin (3/12) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas Indonesia (UI) mendapat surat keputusan (SK) terkait dengan pelaksana harian tim nasional percepatan pengembangan vaksin coronavirus disease 2019 (Covid-19). SK tersebut adalah mandat bahwa dua institusi itu akan bergabung dalam Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Merah Putih. Sebelumnya, SK Menristek/kepala BRIN tersebut diberikan kepada Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Universitas Airlangga (Unair).

Baca Juga :  Pemerintah Beri BLT Pegawai Gaji di Bawah Rp 5 Juta, PKS Beri Catatan

”Dengan demikian, LIPI dan UI telah secara resmi bergabung dengan Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Merah Putih,” ujar Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dalam temu media secara daring kemarin.

  • Baca juga: Peneliti Inggris Temukan Efektivitas Vaksin Flu untuk Lawan Covid-19

Bambang menyebutkan, dalam pengembangan vaksin Merah Putih, ada enam lembaga yang tengah melakukan penelitian dengan menggunakan virus yang bertransmisi di Indonesia. Yakni, Eijkman, LIPI, UI, Unair, ITB, dan UGM. Setiap lembaga memakai platform yang berbeda. Bibit vaksin yang dihasilkan bakal direalisasikan pabrik-pabrik dalam negeri. Harapannya, pengembangan vaksin Merah Putih dapat membantu tercapainya kekebalan komunitas untuk jangka menengah dan panjang. Untuk jangka pendek, akan ada kerja sama dengan pihak luar negeri.

Enam lembaga tersebut bakal di-support langsung oleh Kemenristek. Dukungan diberikan dalam bentuk anggaran. Baik untuk penelitian maupun uji klinis terhadap manusia. Tim juga memperoleh dukungan peralatan atau material yang dibutuhkan.

”Namun, tentu kami juga melibatkan perusahaan swasta. Tahun depan sudah kami siapkan sekitar Rp 300 miliar,” terangnya. Jumlah itu bisa saja ditambah bila nanti ada kekurangan. ”Setidaknya kami siapkan dulu untuk memastikan tahap uji klinis bisa berjalan lancar,” sambung mantan menteri keuangan (Menkeu) tersebut.

Mengenai progres pengembangan vaksin Merah Putih, Bambang menuturkan bahwa saat ini target seluruhnya masih on the track. Setiap instansi memiliki timeline masing-masing karena waktu penelitiannya berbeda.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment