Hilal Dinyatakan Terlihat, Pemerintah Tetapkan Idul Fitri 1439 Hijriyah Pada 15 Juni 2018

1 Syawal 1439 Hijriyah – 15 Juni 2018

KalbarOnline, Nasional – Melalui pengamatan di 97 titik di 34 provinsi, hilal dinyatakan terlihat, dan Sidang Isbat resmi menetapkan Idul Fitri 1439 Hijriyah jatuh pada Jumat 15 Juni 2018, yang juga disepakati ormas Islam NU dan Muhammadiyah.

Hal ini ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama, sesudah digelar Sidang Isbat yang dipimpin Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.

“Sidang Isbat diawali pemaparan dari Tim Falaqiyah, yang melihat posisi hilal dari berbagai wilayah tanah air, bahkan dari berbagai negara di dunia,” kata Lukman.

“Ruqyatul Hilal di 97 titip di seluruh wilayah tanah air. Di Jawa Timur terbanyak dengan 23 titik. Sebelum sidang Isbat, setidaknya kami telah menerima 12 kesaksian dari para pelaku ruqyatul hilal yang bertugas di bawah sumpah, menyatakan telah melihat hilal. Maka dengan demikian, eluruh peserta sidang Isbat, dan mendengarkan Ketua Umum MUI, menetapkan bahwa 1 Syawal 1439 Hijriyah, jatiuh pada Jumat 15 Juni 2017. Dengan demikian besok hari kita tak berpuasa, dan kita bersama-sama merayakan Idul Fitri,” imbuhnya.

Baca Juga :  Gubernur Kalbar Apresiasi CMI Berikan Bantuan Obat Penanganan Covid-19

Sidang Isbat melibatkan antara lain Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan pakar falak dari ormas-ormas Islam.

Dalam keterangan pers usai sidang, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, berdasarkan perhitungan hisab dan rukyat, semua peserta sidang sepakat menetapkan bahwa 1 Syawal 1439 H jatuh pada Jumat, 15 Juni 2018, dan Ramadan berakhir pada Kamis 14 Juni.

Menurut Lukman, kesepakatan sidang isbat dibuat berdasarkan dua hal, yaitu perhitungan hisab dan laporan petugas tersumpah di lapangan yang melihat hilal.

Penetapan awal Syawal dan akhir Ramadan kali ini kembali disepakati oleh dua ormas Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah.

Tidak jarang NU dan Muhammadyah menetapkan tanggal yang berbeda untuk awal Ramadan dan khususnya 1 Syawal, tanggal perayaan Hari Raya Idulfitri. Itu karena metoda penentuan yang berbeda.

Muhammadiyah memakai kriteria wujudul hilal atau penampakan hilal, sementara NU menggunakan kriteria dua derajat, yakni ketika posisi bulan di ketinggian antara nol dan dua derajat.

Baca Juga :  Belum Setahun Ruas Jalan Putussibau-Kalis Sudah Rusak

Namun kali ini, sebagaimana tahun lalu, keduanya menetapkan tanggal yang sama.

Betapa pun, ada kelompok Islam lain yang menetapkan tanggal berbeda. Misalnya kelompok tariqat Naqsabandyah, yang berlebaran pada Rabu (13/6).

Dilaporkan media, ratusan jemaah tariqat Naqsabandiyah melakukan salat Id di berbagai tempat, khususnya di Bogor, Padang, Rabu (13/6).

Di Masjid Baitul Makmur di Kecamatan Pauh, Padang, Sumatra Barat, dengan imam Syafri Malin Mudo, yang lalu memberikan khotbah dalam bahasa Arab.

Menurut Sjafri Malin Mudo mereka menetapkan awal bulan Syawal, atau jatuhnya Idul Fitri, dengan menggunakan metoda hisab munzit.

“Kami menggunakan sistem hisab munzit ini dengan menghitung satu Ramadan dengan perputaran bulan. Sehingga bila Rmadan (mulai) dilaksanakan 14 Mei 2018, maka hari ini genap 1 Syawal,” katanya, seperti dikutip Antara.

Sementara para Naqsabandi di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melakukan salat Id pada Kamis, (14/6), di masjid Riadul Khair di Kelurahan Pagutan, Kota Mataram. (KO9)

Comment