Soal Mundurnya Maman Abdurrahman dari Pencalonan Gubernur Kalbar, Pengamat Ingatkan Politik Itu Dinamis

KalbarOnline, Pontianak – Mundurnya Maman Abdurrahman, Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Kalbar, dalam bursa bakal calon Gubernur Kalbar dari Partai Golkar pada pilkada 2024 menuai sorotan publik. Kendati hal itu dinilai tetap masuk akal, lantaran Maman lebih dulu telah terpilih sebagai Anggota DPR RI pada pemilu legislatif (pileg) Februari lalu.

Pengamat politik dari Universitas Tanjungpura, Jumadi—yang juga merupakan sosok yang memprediksi langkah/keputusan Maman akan mundur itu, Baca: Setelah Habis-habisan di Pileg, Maman dan Lasarus Mau Maju Lagi di Pilgub Kalbar?, tetap mengingatkan, kalau politik itu selalunya berjalan dinamis.

“Tentu Maman tidak maju itu kan sudah punya pertimbangan. (Tapi) begini, partai itu punya mekanisme dari bawah, dalam konteks pilkada, semuanya sangat sentralistik, semua partai, keputusannya adalah di dewan pimpinan pusat,” ujarnya kepada KalbarOnline, Kamis (18/04/2024).

Maksud Jumadi, jika berkaca dari pengalaman yang sudah-sudah, partai-partai besar seperti Golkar, PDIP dan seterusnya, tetap mengacukan basis pertimbangannya pada hasil survei dari lembaga kredibel terlebih dahulu. Dengan kata lain, partai tentu tidak ingin memajukan orang yang akan kalah.

Kondisi tersebut, lanjut dia, tidak hanya berlaku untuk Maman seorang, namun juga bagi keempat kandidat dari Partai Golkar lainnya yang diklaim telah mendapat surat tugas dari DPP untuk maju dalam kontestasi Pilgub Kalbar, seperti Prabasa Anantatur, Ria Norsan, Adrianus Asia Sidot dan Martin Rantan.

Baca Juga :  Unboxing Bansos Covid-19 Jabodetabek, Apa Betul Nilainya Rp 300 Ribu?

“Sebelum mengambil keputusan, mereka (DPP) melihat seberapa besar sih tingkat elektabilitas dan popularitas calon itu. Di situlah kemudian baru muncul ada misi untuk memasangkan pasangan, ini pantas untuk jadi nomor 1, ini untuk nomor 2. Itu semua level, baik di pemilihan gubernur maupun di kabupaten kota,” katanya.

“Karena tidak mungkin partai memberikan dukungan kalau tidak punya referensi itu—di luar referensi lain seperti cost politic dan sebagainya—kecuali partai dalam tanda kutip terkesan sembrono, tidak mempertimbangkan akal sehat/rasionalitas dalam mempertimbangkan untuk mengusung calon,” tambahnya.

Karena fleksibilitas yang dimiliki, sangat terbuka peluang untuk DPP memajukan paslon, baik itu yang berasal dari kader internal partai sendiri, maupun dari kalangan eksternal yang memang memiliki potensi menang.

“(Jadi) tergantung, kan semua kewenangan partai,” katanya.

Namun demikian, Jumadi turut memuji langkah Golkar yang berencana melakukan survei ulang terhadap kelima nama kandidat yang berasal dari internal partai itu.

“Saya memberikan apresiasi, cerdas menurut saya, tentu surveinya tidak hanya mensurvei lima orang ini, karena pilkada ini pertarungan, ada kompetisi dengan calon lain, mesti disimulasikan juga,” kata Jumadi.

“Saya pikir Golkar sudah punya pengalaman yang cukup baik soal itu, melakukan langkah-langkah rasional, dan memang betul (survei dulu), langkah itu sudah betul,” jelasnya lagi.

Sebagai informasi, berdasarkan hasil survei sebelumnya yang dirilis oleh salah satu lembaga beberapa waktu lalu, telah menempatkan sejumlah nama dengan tingkat elektabilitas dan popularitas yang dianggap paling potensial untuk memenangkan Pilgub Kalbar 2024 mendatang.

Baca Juga :  Milenial Ciptakan ID Card untuk Pasien Covid-19 Saat Isolasi Mandiri

Nama-nama itu diantaranya yakni Sutarmidji di urutan pertama, disusul oleh Maman Abdurahman, Karolin Margret Natasa, kemudian Lasarus, selanjutnya Muda Mahendrawan, dan ada pula nama Syarif Abdullah dan Ria Norsan.

Namun yang juga menjadi pertanyaan, Ria Norsan yang berada di urutan buncit, justru terus menggembar-gemborkan keinginannya untuk maju menjadi calon orang nomor satu.

“Menurut saya inikan sebuah ikhtiar. Menurut saya silakan disurvei kembali untuk membuktikan, survei kan (juga) dinamis ya, tapi biasanya kalau survei itu dilakukan ulang, peningkatannya itu tidak signifikan,” kata Jumadi.

“Tapi saya apresiasi Partai Golkar untuk melakukan survei kembali untuk mengukur kekuatan orang-orang yang bakal mereka usung, tentu itu disimulasikan dengan calon-calon lain di luar Partai Golkar,” sambungnya.

Kembali soal kemungkinan, Jumadi lagi-lagi menegaskan, walaupun semuanya bersifat serba dinamis dan memungkinkan, namun partai menurut dia tetap akan menyandarkan keputusannya kepada hal-hal yang bersifat eksak/pasti. Salah satunya hasil survei.

“Jadi tidak bisa memaksakan orang yang memiliki tingkat elektabilitas rendah itu untuk maju, saya pastikan kalah. Kecuali ada faktor lain, faktor “X” yang sangat luar biasa lah,” jelasnya. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment