Paket Komplit Penyebab Banjir di Hulu Kalbar

Kata ahli

Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Henny Herawati mengatakan selain curah hujan yang tinggi, banjir di Kalimantan Barat juga disebabkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta maraknya konversi tutupan lahan.

“Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik,” kata Henny seperti dilansir dari Antara.

Dosen Fakultas Teknik Untan ini mengatakan, faktor lain yang menyebabkan banjir adalah terjadinya konversi tutupan lahan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Juga keinginan melakukan konversi lahan menjadi lahan budidaya.

“Sehingga lahan dibuka untuk permukiman, lahan awalnya merupakan lahan tertutup atau kawasan hutan dibuka untuk lahan pertanian atau perkebunan. Selain itu, curah hujan yang lebat terjadi di sejumlah daerah di Kalbar, menyebabkan banjir yang melanda di daerah hulu Sungai Kapuas,” tuturnya.

Baca Juga :  Martinus Sudarno Pertanyakan Keseriusan Pemprov Kalbar Tangani Banjir
Ribuan Rumah Warga di Sandai Ketapang Terendam Banjir
Ribuan Rumah Warga di Sandai Ketapang Terendam Banjir (Dok: BPBD Ketapang)

Sedangkan faktor lain penyebab banjir juga dipengaruhi jenis tanah, tutupan lahan, dan pengolahan lahan. Dia juga menjelaskan bahwa banjir adalah kondisi meluapnya muka air sungai akibat tingginya aliran sungai. Sehingga tidak mampu tertampung oleh penampang sungai yang ada.

“Banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari badan sungai akibat curah hujan yang relatif tinggi dan tidak mampu ditampung oleh penampang sungai atau dapat dikatakan kondisi muka air jauh di atas normal,” katanya.

Menurutnya, solusi yang harus dilakukan untuk mencegah banjir ini, harus adanya sinergi pemerintah, stakeholder serta masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini, peran pemerintah dan stakeholder yang sigap mengatasi banjir sangat diharapkan, terutama sektor-sektor yang berwenang menangani masalah banjir.

“Harus adanya sinergi antar institusi baik Dinas Pekerjaan Umum, Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Lingkungan Hidup dan institusi lainnya, selain itu masyarakat harus tangguh untuk beradaptasi terhadap lingkungan,” ujar Henny yang menyelesaikan gelar S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca Juga :  Pj Gubernur Kalbar Instruksikan Seluruh Stakeholder Turun ke Posyandu Berikan Edukasi Gizi

Berdasarkan data yang didapat, sampai saat ini terdapat lebih dari 50 ribu kepala keluarga atau sekitar 180 ribu jiwa yang terdampak banjir dan diprediksi akan bertambah.

Kondisinya banjir yang semula hanya melanda lima dari 14 kabupaten/kota se-Kalbar semakin meluas dan bertambah satu kabupaten di antaranya Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu, Melawi, Sekadau, Sanggau, dan Kabupaten Ketapang.

Awalnya, yang terdampak cukup parah adalah Kabupaten Melawi. Namun air sudah sedikit surut. Tapi menyebabkan banjir kiriman ke Sintang. Terhitung sudah 12 hari air tidak surut. Sehingga menyebabkan 12 kecamatan di Sintang tidak bisa diakses.

Comment