Kampung Warna-warni Malang yang Tak Sengaja Jadi Destinasi Wisata

Menarik wisatawan tak harus mengandalkan keindahan alam. Kreasi warna di rumah warga sudah bisa menarik perhatian.

SIAPA pun pasti tak asing lagi dengan Kampung Warna-warni di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Jika dilihat dari Jembatan Brantas, terlihat warna-warna cantik di tembok-tembok di kampung tersebut. Diketahui, Kampung Warna-warni Jodipan yang juga bersebelahan dengan Kampung Tridi sudah dibuka sejak 2016.

”Awalnya ya tidak sengaja kalau bisa jadi kampung wisata. Kan awalnya dimulai dari mahasiswa KKN (kuliah kerja nyata) dari Unmuh (Universitas Muhammadiyah, Red) Malang,” kata Ketua RW 02 Kelurahan Jodipan Soni Parin.

Setelah jadi Kampung Warna-warni, ungkap Parin, banyak masyarakat yang berbondong-bondong mengunjungi daerah itu. Sampai akhirnya segala fasilitas dan kebiasaan warga diperbaiki, misalnya jalan, pembuangan sampah, dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut Parin, sejak dibuka sampai sebelum wabah Covid-19, intensitas pengunjung rata-rata mencapai 500 hingga 1.000 orang per hari. Terutama saat weekend dan hari libur. Saat itu tarif masuk yang dikenakan mulai Rp 2 ribu, kemudian naik menjadi Rp 3 ribu. Jika ditotal, pendapatan yang didapatkan sekitar Rp 1,5 juta di hari biasa dan Rp 3 juta pada hari libur dan weekend.

Baca Juga :  Bawaslu: Para Cakada Lebih Pilih Kampanye Tatap Muka Ketimbang Daring

Semakin lama, akhirnya Kampung Warna-warni Jodipan berusaha memberdayakan warganya, salah satunya dengan mempekerjakan mereka. Ada 20 orang penjaga loket yang dibagi menjadi empat titik, 10 penjaga parkir, dan 2 petugas kebersihan. Mereka digaji juga berasal dari pendapatan Kampung Warna-warni. Rerata penghasilan mereka Rp 1,2 juta per bulan. Untuk sementara pengelolaan dana yang dipegang bendahara masih tergolong sederhana. ”Jadi, seminggu sekali dapat uang dari tiket itu langsung dimasukkan ke bank. Hanya disisakan untuk biaya operasional,” sambung Parin.

MENDUKUNG KEGIATAN: Peragaan busana yang dilakukan di Kampung Warna-warni di Kelurahan Jodipan. (DARMONO/JAWA POS RADAR MALANG)

Jika suatu ketika membutuhkan dana darurat, barulah uang diambil sesuai kebutuhan. Bahkan, dari pendapatan Kampung Warna-warni tersebut, pihaknya enam bulan sekali membagi-bagikan sembako kepada warga setempat. Merata dibagikan ke sembilan RT, sementara Kampung Warna-warni mencakup tiga RT. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan Kampung Warna-warni Jodipan membawa keuntungan bukan hanya bagi warga setempat, tapi juga sekitarnya.

Baca Juga :  Zudan : E-KTP Tercecer Tersebut Akan dimusnahkan Karena Tidak Dapat Digunakan

Di samping itu, beberapa rumah bergerak membuka usaha. Ada yang berjualan makanan ringan dan kerajinan atau menyediakan spot-spot foto menarik. Ada pula yang sebelumnya bekerja sebagai pekerja kasar seperti kuli bangunan ataupun driver online. Setelah ada kampung wisata tersebut, penghasilan mereka bertambah, di samping pekerjaan utama yang tetap dilakoni. Tapi, semua berubah saat virus dari Wuhan itu merebak. Jumlah pengunjung turun drastis hingga sekarang. ”Pas pandemi ini turun jadi (hanya) 50 sampai 100 orang per hari,” jelasnya.

Baca juga:

  • Geliat Kampung Warna-warni Pasca Terpuruk Akibat Pandemi
  • Kampung Warna Warni dan Kampung Tridi Dibuka Lagi 4 September

Karena kondisi seperti ini, terpaksa Parin menaikkan tarif masuk menjadi Rp 5 ribu agar bisa menutup biaya operasional. Beberapa lapak juga tampak sepi, bahkan ada yang tidak buka.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment