Uke Tugimin: Sudah Selayaknya Windy Jadi Trendsetter Karya-karya Wastra Kalbar

KalbarOnline, Pontianak – Desainer Provinsi Kalbar, Uke Tugimin menilai, bahwa sudah selayaknya Windy Prihastari menjadi orang yang menerapkan sebuah tren terbaru dalam dunia fashion atau gaya berbusana masyarakat Kalbar.

Karena selain ia merupakan Penjabat (Pj) Ketua TP PKK dan Pj Ketua Dekranasda Kalimantan Barat, Windy Prihastari juga merupakan Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Diporapar) Provinsi Kalbar.—Dan yang paling penting lagi, dia adalah istri dari Pj Gubernur Kalbar, Harisson.

IKLANBANKKALBARIDULADHA

“Menurut saya seorang istri pejabat orang nomor satu dalam hal ini gubernur, biasanya menjadi role model atau menjadi trendsetter dengan membantu apa yang dibuat oleh perajin dan karya desainer kalbar,” kata Uke kepada KalbarOnline, Selasa (04/06/2024).

Maksud Uke, dengan seabrek jabatan yang dipegang dan juga posisi Windy saat ini, maka sangat wajar jika sosok ibu tangguh kelahiran Pontianak 28 Oktober 1978 itu jadi role model bagi wastra-wastra Kalbar. Sehingga agak salah alamat jika upaya-upayanya dalam mempromosikan kebudayaan Kalbar justru berbalik menjadi kritik atau caci maki.

“Sebetulnya yang ingin ditonjolkan adalah pada nilai budaya yang dibaliknya ada perekonomian rakyat dalam hal ini perajin yang menghasilkan karya itu,” jelas Uke.

“Jadi selama ini Ibu (Windy) membantu sekali dengan mengenakan wastra Kalbar di berbagai event nasional bahkan di tingkat internasional. Bayangkan saja kalau kita promosi sendiri ke peragaan sampai tingkat internasional, berapa uang harus kita keluarkan?” kata dia.

Apa yang disampaikan Uke ini turut menjawab sejumlah tudingan maupun kritik bernada kecaman yang dialamatkan kepada Windy Prihastari oleh warganet di media sosial. Di mana sebelumnya, Windy dituding gemar melakukan “flexing” dengan memamerkan pakaian atau busana “modis” dan “mewah”, yang dinilai warganet hal itu tak pantas dilakukan oleh seorang istri pejabat. Walaupun pada kenyataannya, pakaian atau busana tersebut merupakan wastra khas daerah yang merupakan buah tangan dari para pengrajin di Kalbar.

Baca Juga :  Membaca Relasi Politik Midji-Norsan, Pengamat: Nomor 1 Bisa Jadi Nomor 2, Sudah Daftar Bisa Jadi Mundur

“Kalau Ibu (Windy) yang mengenakan ini, sangat membantu dalam promosi karya kita dan hasil perajin secara ekonomi juga berdampak pada perajin dan pelaku fashion daerah,” katanya.

Bahkan menurut Uke, Windy kerap bertanya dan berdiskusi terlebih dahulu kepada para pengrajin atau desainer, mengenai model-model busana yang akan diluncurkan dan dipromosikan. Ia pun siap menjadi model fashion itu secara gratis.

“Ibu juga selalu bertanya dan diskusi siapa referensi desainer lokal yang bagus, dan kita coba semua, tidak hanya satu saja. Jadi tidak hanya satu tenun tapi mewakili seluruh daerah. Tidak hanya penenun yang terbantukan promosi, tapi penjahit yang baru-baru pun diberikan kesempatan yang sama untuk mencoba,” kata Uke.

“Hal kayak gini yang tidak banyak tahu oleh orang. Dibalik baju-baju yang Ibu (Windy) pakai,” tambahnya.

Uke juga mengaku tak habis pikir, kenapa ada pejabat yang berniat membantu untuk membesarkan nama wastra Kalbar malah dikritik. Selain niatnya baik, secara tupoksi, yang bersangkutan tentunya juga sangat kompeten.

“Kalau menurut saya itulah seorang  pemimpin, harus mengenakan apa yang menjadi programnya, dalam hal ini Ibu Ketua Dekranasda yang membina pengrajin di Kalbar. Itu tadi saya bilang, kalau kita harus promosi wastra Kalbar dengan fashion show mau berapa uang kita habis kan untuk itu?” tukasnya.

“Saya sendiri kalau ikut show di Jakarta mau habis puluhan juta (rupiah). Tapi dengan dikenakan Ibu (Windy) bisa dikatakan sebagai brand ambassador wastra Kalbar, sangat membantu dari segi apapun,” tekan Uke.

Ia menjelaskan, tak hanya sebagai model busana, Windy menurut Uke, juga banyak memberikan saran inspiratif, bagaimana misalnya pakaian yang terlihat “murah” menjadi tampak “mahal” dan “glamor”, sehingga menarik mata dan minat orang-orang untuk membelinya.

Baca Juga :  Jadi Tahanan Polri, Petinggi KAMI Hingga Sugi Nur Positif Covid-19

“Karena pintar meng-create, jadi tampak mahal sekali. Wastra memang mahal, tapi dibalik itu ada perekonomian rakyat yang terus berputar,” katanya mengingatkan.

Hilirnya pun jelas, lanjut Uke, dengan seringnya kita memakai tenun ini, maka kita turut berupaya menjaga budaya. “Ini lah salah satu bentuk kita menjaga budaya dengan mengenakan karya hasil produksi perajin, dan Ibu (Windy) sebagai Ketua Dekranasda Kalbar memberikan contoh kepada orang banyak,” katanya.

Adapun desain-desain yang diluncurkan, menurut Uke lagi, tentu merupakan sebuah strategi yang itu sudah dipikir matang-matang.

“Glamor ini sebagai bentuk keberhasilan desainer Kalbar dalam berkarya. Kalau kita mau bilang flexing itu artinya memamerkan sesuatu yang mewah. Berarti kita berhasil mengangkat tenun menjadi karya yang mahal, mewah dan keren, tapi di luar itu, ada nilai budaya yang diangkat dan itu tak ternilai  harganya,” terangnya.

“Tenun ini bukan bicara tentang harga, tapi kepada proses pembuatannya dan pelestarian budaya,” tambah Uke menekankan.

Kembali, Uke berharap dan sekaligus mengajak kepada seluruh masyarakat Kalbar, khususnya pengguna sosial, dapat berlaku bijak dengan bersama-sama memajukan wastra Kalbar yang menjadi kebanggaan bersama ini. Dengan kata lain Uke ingin bilang ‘gunakanlah handphone Anda, gunakan media sosial Anda untuk membantu mengangkat wastra-wastra khas dari daerah Kalbar’.

“Umi (sapaan akrab Windy) selama ini tidak hanya sekedar memakai tenun, tapi beliau juga bertanya soal asal tenun, pewarnaan sampai ke makna-makna motifnya. Jadi kalau saya nilai, Umi (Windy) itu benar-benar memanfaatkan waktunya sebagai Pj Ketua Dekranasda untuk mengangkat produk-produk lokal Kalbar,” tutup Uke. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment