Categories: Kabar

Ini Penyebab Umat Islam Dunia Marah Kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron

KalbarOnline.com – Kemarahan umat Muslim terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron berasal dari pidato yang dia sampaikan awal bulan ini, di sebuah kota di barat laut Paris, Macron menjabarkan rencana mengatasi separatisme, dengan Islam sebagai fokusnya.

Kemudian, Macron kembali menjadi sorotan setelah menyatakan bahwa ia tak melarang media Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Ia juga mengatakan Islam adalah “agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia.”

Macron melontarkan pernyataan ini sebagai respons atas pemenggalan guru yang membahas karikatur Nabi di Charlie Hebdo, Samuel Paty (47), di Eragny, oleh pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18).

“Sekularisme adalah pengikat persatuan Prancis. Jangan biarkan kita masuk ke dalam perangkap yang disiapkan oleh kelompok ekstremis, yang bertujuan melakukan stigmatisasi terhadap seluruh Muslim,” ujar Macron ketika itu.

Macron menambahkan, “ada desakan akan Islam yang bebas dari pengaruh asing di Prancis”. Dalam rencana mengatasi separatismenya, Macron menjabarkan rencana untuk menghentikan Imam belajar di luar negeri, mengurangi sekolah di rumah, dan mengambil alih pendanaan keagamaan. Asosiasi juga harus menandatangani kontrak menghormati nilai-nilai Republik Prancis supaya bisa mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Di sisi lain, Pemerintah Prancis juga memperbaiki layanan pendidikan, kebudayaan dan olahraga. Semua ini tergabung dalam RUU soal sekularisme dan kebebasan yang direncanakan disahkan Desember.

“Ada desakan membangun Islam des Lumieres (Islam Pencerahan),” kata Presiden Macron.

Macron menegaskan bahwa prinsip sekularisme Prancis berarti kebebasan beribadah dijamin oleh negara. Tetapi ideologi “separatisme Islam” menciptakan “tatanan paralel” dalam Republik Prancis, di mana hukum Islam dianggap lebih superior.

Macron juga mengakui bahwa Pemerintahannya gagal menyejahterakan komunitas imigran dan justru menciptakan “separatisme” di mana komunitas imigran menjadi kelompok tersendiri yang hidup di lingkungan kumuh penuh kesulitan dan kesengsaraan. Dia mengatakan kegagalan pemerintah, terutama di distrik-distrik kumuh, menjadi tempat berkembangnya gerakan radikal. [rif]

Jauhari Fatria

Saya Penulis Pemula

Leave a Comment
Share
Published by
Jauhari Fatria

Recent Posts

Pilkada 2024, Ani Sofian Minta Panwaslu Jalankan Tugas dengan Profesional dan Adil

KalbarOnline.com – Sebanyak 29 anggota Panwaslu Kelurahan se-Kota Pontianak dilantik oleh Ketua Bawaslu Kota Pontianak…

12 mins ago

Sambut 637 JCH Pontianak Sebelum Bertolak ke Tanah Suci, Zulkarnain Ingatkan Jaga Semua Perlengkapan

KalbarOnline.com – Sebanyak 637 Jemaah Calon Haji (JCH) dari Kota Pontianak diberangkatkan menuju Bandara Hang…

17 mins ago

Ani Sofian Tekankan Pentingnya Menanamkan Nilai-nilai Luhur Pancasila di Kalangan Gen-Z

KalbarOnline.com – Tanggal 1 Juni setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Untuk memperingati hari…

28 mins ago

Polres Kapuas Hulu Gelar Pelatihan Profesionalisme Fungsi Intelkam Bagi Personel

KalbarOnline, Putussibau - Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Hendrawan membuka pelatihan profesionalisme personel Intelkam Polres Kapuas…

19 hours ago

Suami di Kubu Raya Pergoki Istrinya Diduga Selingkuh dengan Seorang Tokoh Agama

KalbarOnline.com – Beredar di media sosial sebuah video seorang suami di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten…

22 hours ago

HUT ke-41 BPKP, Romi Wijaya: Semakin Akseleratif dan Independen

KalbarOnline.com – Penjabat (Pj) Bupati Kayong Utara, Romi Wijaya menghadiri upacara peringatan Hari ulang tahun…

23 hours ago