Ratusan Petani Sawit Aksi Damai ke Kantor Gubernur Kalbar, Ini Daftar Tuntutannya..

KalbarOnline, Pontianak – Ratusan massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Masyarakat Sawit (FPMS) Wilayah Kalimantan Barat bersama berbagai komponen masyarakat dan petani/pekebun, menggelar aksi damai di halaman Kantor Gubernur, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Pontianak, Jumat (15/07/2022).

Dalam aksi yang digelar mulai pukul 13.30 WIB sampai 14.30 WIB tersebut, massa menuntut agar Pemerintah Provinsi Kalbar segera mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi, dimulai dari rendahnya harga TBS, turunkan dan stabilkan harga pupuk dan pestisida, memberikan fasilitasi ekspor sawit ke Malaysia sekaligus meminta agar pajak ekspor CPO diturunkan.

Selain itu, massa juga meminta agar pemerintah bertindak tegas untuk melakukan pencabutan izin terhadap perusahaan perkebunan dan PKS Nakal, serta mengurai kerumitan akses gas LPG dan BBM.

“Hingga saat ini masih sangat banyak PR yang belum tuntas seperti masih banyak perusahaan sawit nakal yang membeli harga di bawah standar, hak plasma yang belum dipenuhi, tumpang tindih lahan, penyerobotan tanah adat, dan lain-lain,” kata Ketua FPMS wilayah Kalbar yang juga merupakan koordinator aksi, Agus Setiadi.

Ia menilai, titik akumulasi kekecewaan para petani sawit ini dimulai pada saat pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan larangan ekspor CPO tanggal 28 April 2022 lalu, dengan alasan untuk menstabilkan harga minyak–yang secara otomatis berimbas pada turunnya harga TBS.

Kendati kemudian Presiden RI, Joko Widodo telah resmi mencabut larangan ekspor CPO itu per-tanggal 23 Mei 2022, namun harga TBS tetap tak mengalami kenaikan.

“Harga TBS bukannya kembali merangkak naik tetapi justru malah makin anjlok dan terjun bebas, sehingga di petani/pekebun mandiri cuma menerima harga ratusan perak saja perkilo TBS-nya. Sementara untuk harga pupuk tetap tinggi,” kata Agus.

Seiring dengan itu, lanjut Agus, BBM juga semakin sulit diperoleh, dan harga minyak goreng yang menjadi tujuan dari kebijakan pencabutan ekspor CPO itu juga terjual masih mahal di masyarakat. 

“Padahal harga CPO di pasar internasional tetap tinggi dan harga beli TBS di Negeri tetangga justru masih tinggi,” katanya.

Maka dari itulah, pihaknya sangat berharap agar pemerintah pusat melalui Pemerintah Provinsi Kalbar dapat dapat segera menuntaskan sejumlah masalah yang mereka hadapi tersebut.

“Lantas dimana peran dan keberpihakan pemerintah kepada 20 persen rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari komoditi kelapa sawit ini,” tandasnya. (Jau)

adminkalbaronline

Leave a Comment
Share
Published by
adminkalbaronline

Recent Posts

Pulang Beli Pulsa, Gadis Remaja di Pontianak Timur Dicabuli Pemilik Bengkel

KalbarOnline, Pontianak - Seorang pemilik bengkel berinisial A (46 tahun) di Jalan Tanjung Raya 2,…

2 hours ago

IKA Unhas Kalbar: Kolaborasi untuk Negeri

KalbarOnline, Pontianak - Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin  (IKA Unhas) Provinsi Kalimantan Barat bakal menggelar…

3 hours ago

Bupati Fransiskus Ungkap Baru 53 Desa di Kapuas Hulu yang Sudah Deklarasi Stop ODF

KalbarOnline, Kapuas Hulu - Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan menyampaikan, dari 278 desa dan 4…

19 hours ago

Tanah Longsor Landa Kabupaten Landak, Jalan Ngabang – Serimbu Sempat Terputus

KalbarOnline, Landak - Tingginya intensitas hujan di Kabupaten Landak dalam beberapa hari terakhir ini telah…

19 hours ago

PWI Kalbar Audiensi ke KONI, Perkuat Silaturahmi dan Kerja Sama Media

KalbarOnline, Pontianak - Jajaran pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kalimantan Barat melakukan kunjungan kehormatan…

20 hours ago

Diterjang Angin Kencang, Motor Air Milik Nelayan Karam di Perairan Muara Teluk Batang

KalbarOnline, Kayong Utara - Sebuah motor air milik seorang nelayan karam di perairan muara Teluk…

22 hours ago