Categories: Teknologi

Sastia Prama Putri dan Kopi Luwak tanpa Luwak

KOPI luwak datang kepada Sastia Prama Putri lewat kerinduan kepada kampung halaman saat menempuh pendidikan doktoral di Jepang. Dengan teknologi anyar, metabolomik, yang tengah dia pelajari, dia digerakkan pertanyaan: apa ya yang bisa dikembangkan dari produk khas Indonesia?

”Saya pikir, saya meneliti dan bekerja dengan teknologi yang sebenarnya bisa dimanfaatkan di Indonesia,” ujar dosen Universitas Osaka, Jepang, itu kepada Jawa Pos.

Metabolomik masih berupa ”jalan yang sepi” waktu itu. Belum banyak digeluti orang, otomatis masih sedikit yang paham. ”Lalu saya berpikir, kalau ingin mengaplikasikan teknologi metabolomik di tanah air, harus menggunakan komoditas penting di Indonesia, tapi bukan hanya untuk Indonesia,” jelasnya.

Baca juga: Serbuk Kopi Saset Mudah Terbakar Bikin Heboh Media Sosial

Sastia pun lantas mencari kopi apa yang pada 2011 sedang unggul. Ketemulah kopi luwak. Pada 2012 Sastia kembali ke Indonesia. Dia mengunjungi Institut Teknologi Bandung (ITB) serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Jember.

Sastia menanyakan apa masalah terbesar dalam industri kopi luwak. Ternyata waktu itu ada kesulitan dalam otentikasi kopi luwak. Ada yang dicampur, ada juga yang bukan kopi luwak.

Baca juga: Teh Kulit Biji Kopi, Diklaim Mampu Lindungi Lambung & Cegah Kanker

Mulailah Sastia meneliti kopi. Hingga hari ini sudah ada empat publikasi ilmiah terkait riset tersebut. Sayangnya, itu tak mudah diaplikasikan ke industri. Sebab, ahli di bidang metabolomik tak banyak di Indonesia.

Latar belakang itu yang menggerakkan Sastia dan tim di ITB mengembangkan kopi luwak tanpa luwak. Caranya dengan mengisolasi bakteri dalam kotoran luwak.

Baca juga: Viral Bubuk Kopi Luwak Bisa Terbakar, Begini Penjelasan BPOM

Kemudian dicari mana yang mengakibatkan perubahan pada biji kopi. Setelah ketemu jenis bakterinya, baru dikembangkan. ”Ini sudah didaftarkan patennya sejak 2018,” ucapnya.

Tentu Sastia juga sangat berharap hasil penelitiannya bisa meningkatkan rezeki siapa saja yang bergelut dengan kopi. Dia ingin penelitiannya bisa dirasakan manfaatnya sampai ke petani di seluruh pelosok negeri. ”Kalau cupping score-nya di atas 80, harganya sudah tinggi. Saya impiannya gitu,” ujarnya.

Saksikan video menarik berikut:

Redaksi KalbarOnline

Leave a Comment
Share
Published by
Redaksi KalbarOnline

Recent Posts

Peringatan Hardiknas 2024, Pj Bupati Romi: Mengenang Perjalanan Merdeka Belajar

KalbarOnline, Kayong Utara - Pemerintah Kabupaten Kayong Utara menggelar Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)…

5 hours ago

Tim Jatanras Polresta Pontianak Tangkap Komplotan Pencuri Kabel, Satu Orang Masih Buron

KalbarOnline, Pontianak - Tim Jatanras Sat Reskrim Polresta Pontianak berhasil menangkap komplotan pencurian kabel listrik…

5 hours ago

Warga MHS Ketapang Dihebohkan ODGJ Gorok Leher Sendiri Hingga Tewas

KalbarOnline, Ketapang - Warga Desa Sungai Jawi, Kecamatan Matan Hilir Selatan (MHS) dibuat heboh dengan…

5 hours ago

Kadiskop UKM Kalbar Turun Langsung Monitoring Tumbuh Kembang Anak Asuh Stunting

KalbarOnline, Pontianak - Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Kalbar, Junaidi bersama Anggota Korps Pegawai Republik…

5 hours ago

Pimpin Upacara Hardiknas, Harisson Serukan Keberlanjutan Program Merdeka Belajar

KalbarOnline, Pontianak - Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Harisson memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan…

5 hours ago

Lutfi Al Mutahar Optimis Jadi Calon yang Diusung PAN di Pilwako Pontianak

KalbarOnline, Pontianak - Lutfi Al Mutahar meyakini kalau dirinyalah yang akan diusung oleh Partai Amanat…

19 hours ago