Categories: Nasional

BNPB Ingatkan Protokol Kesehatan di Pengungsian

KalbarOnline.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) di kabupaten potensial terdampak letusan Gunung Merapi untuk bersiap. Meski, hingga saat ini belum ada perintah evakuasi.

Sebagaimana diketahui, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status Gunung Merapi dari waspada (level II) ke siaga (level III) per 5 November 2020.

Berdasar pantauan terakhir per 8 November 2020, BPPTKG melaporkan telah terjadi 11 kali gempa guguran, 6 gempa vulkanik dangkal (VTB), 26 embusan, dan 87 gempa hybrid/fase banyak. Sempat terjadi guguran material ke arah barat sejauh 3 kilometer.

Namun, menurut BPPTKG, kejadian guguran itu bukan awan panas dan termasuk hal biasa pada gunung berapi yang aktivitasnya sedang meningkat.

”Rekomendasi masih sama. Potensi lontaran material vulkanik sampai 5 kilometer,” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida kemarin.

Kepala BNPB Doni Monardo menuturkan, pihaknya sudah meminta pemerintah daerah terdampak menyiapkan tempat evakuasi yang layak bagi warga serta memungkinkan penerapan protokol kesehatan. ”Bila tempat pengungsian belum layak, koordinasikan dengan deputi bidang penanganan darurat BNPB dan BPBD sehingga protokol kesehatan bisa tetap terjaga,” ujar Doni.

Bila tempat pengungsian berisiko, kata dia, upaya yang dapat dilakukan adalah memisahkan kelompok rentan. Misalnya, warga lanjut usia, warga dengan komorbid, anak-anak, dan balita dengan orang dewasa.

Dari beberapa daerah terdampak, Kabupaten Sleman di Provinsi DIJ telah menetapkan status tanggap darurat yang berlaku sampai 30 November mendatang. Tiga wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah (Jateng), yakni Magelang, Boyolali, dan Klaten, saat ini menyiapkan surat keputusan penetapan status. Meski secara administratif status keadaan darurat sedang diajukan, pemerintah daerah telah melakukan kewaspadaan dalam mengantisipasi erupsi.

BPBD Kabupaten Magelang dilaporkan telah mengevakuasi sedikitnya 607 orang kategori rentan seperti balita, lansia, ibu hamil, ibu menyusui, dan penyandang disabilitas sehari setelah Gunung Merapi dinyatakan siaga atau pada Jumat (6/11). Warga yang dievakuasi tersebut berasal dari tiga desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III, yaitu Desa Krinjing, Paten, dan Ngargomulyo di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

Menurut laporan sementara, warga kelompok rentan yang berasal dari Desa Krinjing dievakuasi di Balai Desa Krinjing dengan menggunakan mobil bak terbuka dan kendaraan pendukung lainnya. Warga Desa Krinjing yang diungsikan terdiri atas 42 balita, 36 lansia, 3 ibu hamil, 41 ibu menyusui, dan 2 difabel. Total, ada 124 warga.

Kemudian, warga Desa Paten yang tinggal di Dusun Babadan I dan II telah diungsikan ke Desa Banyurejo dan Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, dengan total pengungsi sementara 356 orang kelompok rentan. Selanjutnya, ada 127 warga kelompok rentan dari Desa Ngargomulyo yang diungsikan ke empat titik pengungsian. Yakni, gedung NU Ketaron, gedung futsal Tejowarno, gedung PPP Prumpung, dan PAY Muhammadiyah.

Sementara itu, BPBD Kabupaten Magelang juga telah mendistribusikan logistik ke beberapa desa yang menjadi titik pengungsian seperti Desa Mertoyudan, Banyurojo, dan Deyangan di Kecamatan Mertoyudan.

Baca juga:

  • Ganjar Pantau Desa Tertinggi di Lereng Merapi
  • BNPB Pantau Kesiapsiagaan Daerah Hadapi Potensi Erupsi Merapi
  • Warga Kelompok Rentan di Lereng Gunung Merapi Telah Diungsikan

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengimbau warga agar mau berpindah ke tempat yang lebih aman. Dia juga mengajak warga tetap waspada, tidak perlu panik, serta selalu mengikuti arahan dari petugas. ”Masyarakat tidak perlu panik, tapi tetap waspada. Saya kira masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi semacam ini,” tuturnya.

Sementara itu, BPBD Boyolali dilaporkan telah mempersiapkan jalur evakuasi untuk warga, menetapkan titik kumpul evakuasi, serta melakukan geladi lapangan terkait dengan evakuasi, dapur umum, dan evakuasi ke desa penyangga. Beberapa wilayah di Kabupaten Boyolali termasuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi adalah Desa Jrakah, Klakah, dan Tlogolele di Kecamatan Selo. BPBD Kabupaten Boyolali juga telah menyosialisasikan implementasi sister village pada masa pandemi antara Desa Tlogolele di Kabupaten Boyolali dengan Desa Mertoyudan dan Bumirejo yang masuk wilayah administratif Kabupaten Magelang pada Rabu (4/11).

Saksikan video menarik berikut ini:

Redaksi KalbarOnline

Leave a Comment
Share
Published by
Redaksi KalbarOnline

Recent Posts

Remaja di Landak Bunuh Diri Karena Tak Diizinkan Pergi Memancing

KalbarOnline, Landak - Seorang remaja (16 tahun) di Kecamatan Kuala Behe, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat…

3 hours ago

Pj Gubernur Kalbar Dorong Pekan Gawai Dayak Bisa Masuk Kalender Event Nasional

KalbarOnline, Pontianak - Penjabat Gubernur Provinsi Kalimantan Barat, Harisson menyampaikan, bahwa sejak tahun 2016 lalu,…

3 hours ago

Kalbar Dukung Daud Yordan Rebut Titel Juara Dunia ke-4 pada September Mendatang

KalbarOnline, Pontianak - Pj Gubernur Kalbar, Harisson menerima kunjungan dari petinju dunia asal Kalimantan Barat,…

3 hours ago

Pj Gubernur Harisson Ajak Asosiasi Dosen Indonesia Bersama Membangun Daerah

KalbarOnline, Pontianak - Penjabat Gubernur Kalimantan Barat, Harisson memberikan sambutan pada acara Pelantikan Dewan Pengurus…

3 hours ago

Bukan Tidak Mungkin, Windy Sebut Anak Stunting Pun Bisa Jadi Presiden di Masa Depan

KalbarOnline, Kubu Raya - Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi…

3 hours ago

Maknai Kebangkitan Nasional dengan Membuka Ruang Imajinasi Peradaban

KalbarOnline, Pontianak - Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat, Harisson memimpin upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional…

3 hours ago