Categories: Nasional

Pelajar Juga Punya Hak untuk Menyuakan Pendapat, Jangan Diremehkan

KalbarOnline.com – Aksi para pelajar yang teribat dalam demonstasi menentang pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) mengundang perhatian masyarakat. Pasalnya, publik menilai bahwa mereka hanya ikut-ikutan dan tidak memiliki kompetensi.

Mengenai itu, Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru Satriwan Salim pun mengatakan bahwa aksi seperti itu bukan hal baru. Di dunia, terdapat dua tokoh simbol ‘perlawanan’ anak-anak atas kebijakan negara atau global, yaitu Emma Gonzalez asal Amerika Serikat (AS) dan Gretha Thunberg dari Swedia.

Emma pada 2018 berumur 18 tahun, mengemukakan pendapatnya terkait pembatasan kepemilikan senjata di AS. Dia sendiri adalah salah seorang survivor peristiwa penembakan brutal di sekolahnya, Stoneman Douglas Higs School di Parkland, Florida.

Sedangkan Gretha Thunberg yang kini berumur 17 tahun, sejak 2018 menyuarakan pendapatnya terkait pemanasan global dan perubahan iklim. Bahkan, dia juga memicu aksi mogok sekolah pertama di Swedia pada 2018 lalu.

“Mereka dijadikan simbol perlawanan. Bahwa anak punya hak, dan kita jangan meremehkan suara mereka,” ungkap dia dalam webinar Fenomena Demonstrasi Pelajar, Minggu (18/10).

Begitu juga dengan di Indonesia, aksi demonstrasi yang dilakukan pelajar bukan kali pertama terjadi. Awal mula ikutnya pelajar dalam demo terjadi pada 1965–1966 yang dilakukan oleh Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dibawah naungan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada saat menumbangkan orde lama.

“Figur Soekarno muda juga menjadi rujukan bahwa kesadaran kritis siswa itu berawal dari lingkungan belajar, baik dari sekolah maupun rumah, dalam konteks Soekarno adalah lebih kepada di rumah, karena guru ideologi beliau adalah H.O.S Tjokroaminoto,” ujarnya.

Berdasarkan hal itu, para pelajar tidak bisa disebut hanya sebagai pengekor. Sebab, mereka juga memiliki pemikiran kritis berdasarkan ideologi mereka masing-masing.

“Kita tidak bisa mengatakan bahwa anak-anak ini tidak bisa dibilang ngga ngerti apa-apa. Mereka juga sebagai anak-anak mohon didengarkan suaranya, kemampuan berpikir kritis itu kan dibentuk dari lingkungan belajar,” tegas dia. (*)

Saksikan video menarik berikut ini:

Redaksi KalbarOnline

Leave a Comment
Share
Published by
Redaksi KalbarOnline

Recent Posts

Nasdem Apresiasi dan Dukung Fachri Maju Calon Bupati Kubu Raya

KalbarOnline, Pontianak - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Kalimantan Barat (Kalbar),…

37 mins ago

Hardiknas Jadi Momentum Siapkan Generasi Emas

KalbarOnline, Pontianak - Berbagai kegiatan dihelat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat dalam rangka…

2 hours ago

PWI Jajaki Kerja Sama dengan Mendagri, Sosialisasikan Pilkada Damai

KalbarOnline, Jakarta - Pengurus PWI Pusat melakukan audiensi dengan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, di…

2 hours ago

Pemkab Ketapang Selenggarakan Upacara Peringatan Hardiknas 2024

KalbarOnline, Ketapang - Bupati Ketapang yang diwakili Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesra, Heryandi memimpin…

3 hours ago

Dukung Perubahan Status Supadio, Harisson Ungkap Beberapa Alasan

KalbarOnline, Pontianak - Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Harisson memastikan mendukung kebijakan Kementerian Perhubungan…

12 hours ago

Oknum Pegawai Bea Cukai Ketapang Selundupkan Ratusan Satwa Dilindungi

KalbarOnline, Ketapang - Oknum pegawai Bea Cukai Ketapang, Kalimantan Barat berinisial KW (46 tahun) menjadi…

15 hours ago