Categories: Kesehatan

Hate Speech dan Hoax, Salah Satu Dampak Minat Baca Rendah!

Mulai tanggal 8 September hingga Desember nanti, kita memperingati Hari Literasi Internasional. Apa itu literasi? Literasi jika diartikan secara bahasa adalah kemampuan membaca dan menulis. Namun, literasi sebenarnya bukan hanya kemampuan membaca saja tapi juga memahami bacaan.

Membaca adalah inti dari pendidikan. Sayangnya budaya membaca di Indonesia masih sangat rendah. Data The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan, budaya membaca di Indonesia termasuk yang paling rendah dari tahun ke tahun.

Apa dampak minat baca yang rendah, dan bagaimana kita mengajarkan anak agar lebih senang membaca sejak usia dini?

Baca juga: Langkah Mudah Mengajarkan Anak Membaca Tanpa Mengeja

Dampak Minat Baca Rendah, Hoax Hingga Buruh Imigran Tinggi

Satria Dharma, penggagas Gerakan Literasi Sekolah yang kini menjadi program nasional menjelaskan, “Reading is the heart of education. Anak yang tiap hari sekolah tapi tidak membaca, sebenarnya dia tidak mendapat pendidikan apa-apa,” jelasnya dalam media workshop yang diadakan Tanoto Foundation, Rabu, 30 September 2020.

Dampak dari budaya literasi yang rendah, menurut Satria Dharma, bisa dilihat dari status Indonesia sebagai pengirim buruh migran terbesar. TKI Indonesia sudah mencapai 9 juta. “Karena kemampuan literasi kita rendah, kita tidak mampu menggerakkan roda perekonomian negara kita sendiri,” jelas Dharma.

Literasi rendah juga mengakibatkan hoax dan hate speech merajalela. Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara lain.

“Bandingkan dengan di Thailand. Siswa SMA di sana wajib membaca 5 judul buku, di Amerika Serikat 32 judul buku. Di SMA Indonesia, 0 judul. Ini fakta yang sangat menyakitkan. Jadi anak-anak kita rabun membaca dan tidak menulis. Prestasinya rendah. Dari 41 negara, kita hanya peringakt 39 PISA,” ujar Dharma.

Menurut Dharma, sebenarnya anak-anak Indonesia memiliki minat baca yang sama besarnya dengan negara lain. Lalu apa masalahnya? Ternyata sejak kecil, dan selama sekolah, anak-anak Indonesia tidak diwajibkan membaca buku.

Baca juga: Alasan Mums Perlu Membacakan Dongeng untuk Anak

Mewajibkan Anak Membaca Sejak Usia Dini

Otak manusia berkembang sangat pesat di 1000 hari pertama kehidupan. Ini adalah masa-masa krusial dalam tumbuh kembang anak karena sinaps yang terbentuk pada usia ini sangat cepat. Stimulasi di usia ini adalah investasi yang sangat besar.

Seperti dijelaskan Eddy Hendry, Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation, membaca adalah salah satu stimulasi untuk memaksimalkan perkembangan otak anak.

“Di negara-negara maju, minat baca sudah dimulai jauh sebelum mereka bisa membaca. Hasilnya, anak-anak yang suka membaca tidak memiliki kesulitan ketika bersekolah. Sebaliknya, anak yang tidak suka membaca ternyata dikaitkan dengan tingkat kriminalitas yang cenderung lebih tinggi ketika mereka dewasa,” jelasnya.

Pendongeng Awam Prakoso memberikan tips, bagaimana membangkitkan membaca sejak usia dini. Dimulai dari lingkungan keluarga. Buku bisa menjadi satu alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk memberikan edukasi pada anak-anak. Orang tua harus menyisihkan waktu membacakan buku cerita, atau mendongeng.

Kegiatan ini bisa fun juga lho! Awam memberikan tips, bagaimana membacakan buku cerita dengan cara mendongeng. Diawali dengan membuat atau memilih cerita sesuai tema, usia anak, dan memahami ceritanya. Orang tua juga bisa menyiapkan media peraga bila diperlukan, dan berlatih secukupnya

“Saat mendongeng, jangan terburu-buru. Boleh menggunakan improvisasi, dan libatkan anak dalam bagian-bagian tertentu. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan tanya jawab tokoh, atau menggambar tokoh atau salah satu setting dalam cerita,” ujar Awam.

Sementara itu, untuk membangkitkan minat baca, Tanoto Foundation sudak melakukan pelatihan storytelling bagi pengajar PAUD di beberapa kota di Indonesia. “Membangun minta baca sejak dini sangat penting untuk tumbuh kembang anak dan memengaruhi masa depan anak saat dewasa. Membaca 15 menit ternyata memperkaya kosa kata anak hingga 1 juta kata setiap tahunnya. Anak yang rajin membaca ternyata 1 tahun lebih maju. Selain itu membantu meningkatkan IQ anak hingga 6 poin,” pungkas Eddy.

Baca juga: Bacaan yang Harus Disiapkan Orang Tua untuk Anak Sesuai Usia

Sumber:

Media workshop Tanoto Foundation, “Manfaat Storytelling untuk Membentuk Karakter Anak:, Rabu, 30 September 2020.

Jauhari Fatria

Saya Penulis Pemula

Leave a Comment
Share
Published by
Jauhari Fatria

Recent Posts

Wujudkan Kedaulatan Pangan, Pemkab Kubu Raya Percepat Gerakan Tanam Padi

KalbarOnline, Kubu Raya – Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menggelar kegiatan Gerakan Tanam Padi (Gertam) 2024…

9 hours ago

Wabup Ketapang Hadiri Anniversary dan Halal Bihalal Generasi Rock Ketapang

KalbarOnline, Ketapang - Wakil Bupati Ketapang, Farhan menghadiri Anniversary 3 tahun sekaligus halal bihalal Generasi…

12 hours ago

Wakili Bupati, Asisten Setda Ketapang Tutup Gebyar Talenta Pendidikan 2024

KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Ketapang,…

12 hours ago

Asisten I Setda Ketapang Jadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Pendidikan

KalbarOnline, Ketapang - Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemkab Ketapang, Heryandi menjadi inspektur upacara…

12 hours ago

Mantan Sekda Kalbar M Zeet Assovie Tutup Usia, Pj Gubernur Harisson Sampaikan Duka Mendalam

KalbarOnline, Pontianak - Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) periode 2010 - 2018,…

12 hours ago

Konsul Malaysia Kagumi Tradisi Halal Bihalal di Indonesia

KalbarOnline, Pontianak - Tradisi halal bihalal yang menjadi agenda rutin tahunan setiap bulan Syawal dalam…

12 hours ago