Categories: Pontianak

Memperingati HTN ke-57, FPR Gelar Orasi di Sejumlah Tempat

Tuntut Pemerintah Sahkan Raperda Masyarakat Adat Menjadi Perda

KalbarOnline, Pontianak – Front Perjuangan Rakyat (FPR) Kalimantan Barat yang terdiri dari beberapa organisasi melakukan aksi damai dalam memperingati Hari Tani Nasional (HTN) ke-57 tahun 2017, Senin (25/9) kemarin pagi.

Ketua Koordinator aksi damai, Wahyu Setiawan, mengatakan, pada momentum HTN ini menuntut Pemerintah mengesahkan Raperda Masyarakat Adat menjadi Perda Masyarakat Adat, yang hingga hari ini belum dilaksanakan.

“Perda masyarakat adat ini, secara yuridis tentang pengakuan perlindungan masyarakat adat yang dijamin konstitusi baik aturan secara internasional, konferensi ILO maupun Undang-undang 1945 yang tertuang dalam pasal 18 b ayat amandemen ke 2 tahun 2000, yang semestinya dilaksanakan oleh Pemerintah, dengan disahkannya Raperda menjadi Perda masyarakat adat,” katanya.

Dikatakan Wahyu FPR menentang adanya bentuk monopoli hasil input maupun output hasil pertanian, dan meminta kepada pemerintah agar benar-benar memperhatikan kondisi para petani.

“Misalnya dengan komoditi harga karet yang turun, tidak ada jaminan perlindungan dari pemerintah untuk menstandarisasi harga agar tidak anjlok, dan juga komoditi-komoditi lainnya yang ditanam petani. Kemudian sarana dan prasarana pertanian yang masih sangat minim sekali diperhatikan pemerintah,” tuturnya.

Menurut Wahyu, Pemerintah hanya memberikan akses kepada koperasi, komoditi-komoditi yang bisa dijual di pasaran eropa, misalnya sawit.

“Makanya intensitas perizinan sawit sangat diberikan karpet merah dari pemerintah, namun tidak bagi komoditi pertanian yang memang ditanam petani skala kecil,” katanya.

Dirinya berharap ada keseimbangan yang dilakukan pemerintah dan juga penjagaan soal penetapan harga juga mesti diawasi, agar petani dapat merasakan dampak atas terjaminnya harga yang dilindungi pemerintah.

Wahyu mengatakan Kalbar secara mayoritas terdapat 1,2 Juta petani karet, artinya masyarakat menggantungkan hidupnya dari menyadap pohon karet kalau harga dari komoditi karet turun, otomatis kehidupan dari petani untuk membiayai anak sekolah, untuk kehidupan sehari-hari juga merosot, sementara kebutuhan hidup semakin tinggi. (Ian)

Jauhari Fatria

Saya Penulis Pemula

Leave a Comment
Share
Published by
Jauhari Fatria

Recent Posts

Kilas Balik Sejarah Putussibau Tahun 1895, Pernah Dipimpin Controleur LC Westenenk

KalbarOnline, Putussibau - Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan HUT…

2 hours ago

Staf Ahli Bupati Ketapang Bacakan Pembukaan UUD 45 pada Peringatan Hari Lahir Pancasila 2024

KalbarOnline, Ketapang - Menggunakan pakaian adat nusantara, Staf Ahli Bupati bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik…

2 hours ago

Wakili Bupati Ketapang, Dharma Buka Penilaian dan Lomba Kelurahan se-Kalbar di Desa Istana

KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Dharma…

2 hours ago

Atlet PPLP Kalbar Katyea E Safitri Jadi Pembawa Bendera Merah Putih di Opening Ceremony ASG 2024

KalbarOnline, Vietnam - Berkekuatan 50 personel, kontingen Indonesia beratribut kemeja batik biru yang dikombinasikan dengan…

2 hours ago

Menelusuri Keindahan Air Terjun Saka Dua di Sanggau Kalimantan Barat

KalbarOnline, Sanggau - Kalimantan Barat terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau. Salah satu destinasi yang…

6 hours ago

Dapat Bisikan Gaib, Syarif Muhammad Nekat Terjun dari Jembatan Kapuas, Polisi: Ini Upaya Bunuh Diri

KalbarOnline, Pontianak - Mengaku mendapat bisikan gaib, Syarif Muhammad Ikhsan (39 tahun) nekat terjun ke…

9 hours ago