Categories: Sekadau

Sekilas Cerita Masjid Jami’ At Taqwa Sekadau

KalbarOnline, Sekadau – Ialah Masjid Jami’ At Taqwa, Masjid yang tak jauh dari lingkungan Keraton Kusuma Negara di Desa Mungguk itu tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Masjid yang terkenal dengan kubah tempayan terbalik itu juga kerap kali dijadikan sebagai tempat orang-orang setempat berhajat, mulai dari ingin dikaruniai anak, jodoh hingga kesehatan.

Menurut Ketua Majid Jami’ At Taqwa, H Ade Busri, tempayan terbalik tersebut memang memiliki makna. Ia menceritakan, tempayan terbalik tersebut yang membuat masjid tersebut unik dibandingkan dengan masjid lainnya.

“Itu pertanda bersamaan dengan masuknya Islam. Sebelum Sultan Anum menjadi Raja, masyarakat setiap hari minum tuak, ketika Sultan Anum menjadi Raja, dia mengajak pengikutnya bertaubat,” ujarnya, saat ditemui awak media di Masjid Jami’ At Taqwa, Senin (12/6).

“Tempayan terbalik itu melambangkan kalau masyarakat meninggalkan minuman tuak. Artinya sudah tidak ada lagi minuman tuak di dalam tempayan,” sambungnya.

Sehingga, kata dia, tempayan terbalik itu pada prinsipnya melambangkan pertaubatan masyarakat Kerajaan Sekadau pada zaman dahulu.

Sementara itu, di dalam Masjid tersebut terdapat empat tiang yang masing-masing memiliki nama, yaitu Hanan, Burhan, Manan dan Dayan. Tiang-tiang yang menjadi pilar utama tersebut biasanya dipeluk oleh warga yang memiliki hajat.

“Itu bisa mitos bisa juga fakta, misalnya ada orang yang memiliki hajat anaknya mau kuliah berharap dipermudah ketika penerimaannya. Meminta tetap kepada Allah, kebanyakan memang terkabul,” ceritanya.

Setelah permintaan itu terkabul, kata Ade Busri, mereka kembali lagi untuk mandi. Bahkan, kata dia, yang datang tidak hanya masyarakat Sekadau saja, melainkan dari Sanggau, Sintang bahkan Kapuas Hulu.

“Kadang minta jodoh, kesehatan dan lain sebagainya. Setelah terkabul, mereka mengembalikan hajat atau bahasa Sekadau itu dikenal dengan ‘mulang hajat’. Masyarakat yang bukan Muslim pun ada juga yang berhajat dan mandi disini,” ucapnya.

Tak hanya itu, kata dia, masjid yang berusia 200 tahun lebih itu juga memiliki mimbar berwarna kuning. Mimbar tersebut, kata dia, sudah ada sejak masjid tersebut berdiri.

“Masjid utama satu lantai. Ada lantai dua, cuma tidak digunakan karena papannya sudah lapuk, kami berencana untuk merehabnya,” pungkasnya. (Mus)

Jauhari Fatria

Saya Penulis Pemula

Leave a Comment
Share
Published by
Jauhari Fatria

Recent Posts

Polres Kapuas Hulu Gelar Pelatihan Profesionalisme Fungsi Intelkam Bagi Personel

KalbarOnline, Putussibau - Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Hendrawan membuka pelatihan profesionalisme personel Intelkam Polres Kapuas…

4 hours ago

Suami di Kubu Raya Pergoki Istrinya Diduga Selingkuh dengan Seorang Tokoh Agama

KalbarOnline.com – Beredar di media sosial sebuah video seorang suami di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten…

7 hours ago

HUT ke-41 BPKP, Romi Wijaya: Semakin Akseleratif dan Independen

KalbarOnline.com – Penjabat (Pj) Bupati Kayong Utara, Romi Wijaya menghadiri upacara peringatan Hari ulang tahun…

8 hours ago

Seorang Pemuda di Kubu Raya Nekat Curi Troli Basarnas untuk Modal Judi Slot

KalbarOnline – Seorang pemuda di Kubu Raya berinisial ED (29) diamankan polisi terkait kasus pencurian.…

9 hours ago

Bappeda Pontianak Ajak Stakeholders Identifikasi Potensi Risiko Pembangunan SPALD-T

KalbarOnline.com – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk…

9 hours ago

Ani Sofian Instruksikan Dishub Pontianak Tertibkan Truk Kontainer Tanpa Twist Lock

KalbarOnline.com – Insiden jatuhnya boks kontainer di jalan raya sudah beberapa kali terjadi di Pontianak.…

9 hours ago