Sejumlah Komoditas Sumbang Kenaikan Indeks Harga Bulan Agustus

KalbarOnline, Pontianak –  Sekda Provinsi Kalbar, Harisson mengikuti rakor pengendalian inflasi daerah tingkat nasional secara virtual dari data Data Analytic Room, Kantor Gubernur Kalbar, Senin (28/08/2023).

Rakor yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri RI, Muhammad Tito Karnavian itu diikuti seluruh perwakilan kepala daerah dan pihak terkait lainnya yang ada di seluruh Indonesia.

Mendagri menyampaikan, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) indeks perkembangan harga per Agustus 2023 secara nasional kabupaten dan kota mengalami kenaikan IPH sekitar 1% dari minggu sebelumnya.

“Sebagian besar kenaikan IPH terjadi di wilayah luar pulau Jawa. Komoditas penyumbang utama kenaikan IPH di sejumlah kabupaten kota sampai dengan minggu keempat Agustus 2023 adalah cabai rawit, cabai merah dan bawang merah,” ungkapnya.

“Sedangkan Komoditas penyumbang utama penurunan IPH di sejumlah kabupaten kota sampai dengan minggu keempat Agustus 2023 adalah daging ayam ras dan telur ayam ras,” sambung Tito.

Tito menyebut, kenaikan harga ini salah satunya terjadi sebagai dampak dari penurunan pasokan karena periode musim kemarau.

“Disparitas harga cabai rawit cukup lebar antara wilayah Indonesia bagian timur dan barat dimana rata-rata harga di wilayah Sumatera berada di kisaran 20 ribu rupiah sedangkan di wilayah Papua mencapai kisaran 80 ribu rupiah,” terangnya.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menekankan, bahwa ketercapaian tujuan menangani inflasi sangat tergantung pada koordinasi bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam konteks ini, bahwa BPS memiliki tanggung jawab mengawasi 12 komoditas pangan, termasuk beras, agar tetap aman dalam neraca pangan.

“Pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah konkret, seperti mengatasi masalah distribusi dan sistem logistik,” tuturnya.

Ia mengharapkan, setiap daerah dengan tingkat ketersediaan yang berbeda dapat melakukan upaya intervensi sesuai kebutuhan. Langkah lain yang disoroti adalah percepatan tanam 1.000 hektar lahan dalam menghadapi El Nino, dengan fokus pada provinsi-provinsi tertentu.

“Data menunjukkan bahwa jika El Nino terjadi dengan keras, produksi gabah dapat mengalami kerugian yang signifikan, dengan angka hingga 3 juta ton,” kata Limpo.

Pemerintah lanjutnya, berupaya untuk memitigasi hal ini dengan berbagai tindakan, termasuk koordinasi dengan gubernur dan bupati untuk mengumpulkan data yang akurat.

“Meskipun pemerintah memiliki total lahan pertanian sekitar 7,4 juta hektar, hanya sekitar 82.000 hektar yang saat ini digunakan untuk berbagai pertahanan dan budaya,” ujarnya. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

adminkalbaronline

Leave a Comment
Share
Published by
adminkalbaronline

Recent Posts

Kota Pontianak Siap Meriahkan Rakernas APEKSI XVII di Balikpapan

KalbarOnline, Pontianak – Kota Pontianak akan turut berpartisipasi memeriahkan acara tahunan Rapat Kerja Nasional (Rakernas)…

20 mins ago

Dua Kampung Wisata di Pontianak Masuk Nominasi ADWI 2024

KalbarOnline, Pontianak - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI telah mengumumkan sedikitnya 500 desa…

24 mins ago

Pulang Beli Pulsa, Gadis Remaja di Pontianak Timur Dicabuli Pemilik Bengkel

KalbarOnline, Pontianak - Seorang pemilik bengkel berinisial A (46 tahun) di Jalan Tanjung Raya 2,…

5 hours ago

IKA Unhas Kalbar: Kolaborasi untuk Negeri

KalbarOnline, Pontianak - Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin  (IKA Unhas) Provinsi Kalimantan Barat bakal menggelar…

6 hours ago

Bupati Fransiskus Ungkap Baru 53 Desa di Kapuas Hulu yang Sudah Deklarasi Stop ODF

KalbarOnline, Kapuas Hulu - Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan menyampaikan, dari 278 desa dan 4…

22 hours ago

Tanah Longsor Landa Kabupaten Landak, Jalan Ngabang – Serimbu Sempat Terputus

KalbarOnline, Landak - Tingginya intensitas hujan di Kabupaten Landak dalam beberapa hari terakhir ini telah…

22 hours ago