Sutarmidji Minta Dokter Muda Jadikan Rubini Inspirasi

KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Sutarmidji mengajak para dokter muda dan generasi muda Kalbar pada umumnya, meneladani kiprah pahlawan nasional dr. Raden Rubini Natawisastra. Itu karena di usia mudanya, dr. Rubini telah mengabdikan diri kepada masyarakat hingga rela jauh meninggalkan keluarga.

“Ini (dr. Rubini) pahlawan nasional kedua yang ada di Kalbar, setelah yang pertama Abdul Kadir dan ini dr. Rubini. Nah yang menarik dari dr. Rubini ini beliau asal Jawa Barat tapi mengabdi di Kalbar,” ungkapnya usai silaturahmi bersama ahli waris dr. Raden Rubini Natawisastra di Pendopo Gubernur, Kamis (10/11/2022) siang.

Untuk itu, Midji-sapaan karibnya mengajak dokter-dokter muda dan generasi muda Kalbar pada umumnya, untuk meneladani kiprah dr. Rubini. Bisa dibayangkan kata dia, kala itu di tahun 1930 – 1940-an seperti apa kondisi Kalbar. Tapi dr. Rubini di usia yang masih cukup muda mau mengabdi sebagai dokter untuk masyarakat Kalbar.

“Ini lah yang perlu menjadi inspirasi terutama dokter-dokter muda dan anak-anak muda. Jadi di manapun berada, pengabdian itu harus totalitas, tidak memandang kita asal dari mana, kita siapa, tapi apa yang bisa kita buat. Itu yang bisa kita ambil pelajaran dari dr. Rubini,” pesannya.

Dirinya mewakili pemerintah maupun masyarakat Kalbar, merasa sangat bangga atas gelar pahlawan yang disandang dr. Rubini. Semua itu kata dia, tak lepas dari perjuangan ahli waris, maupun seluruh masyarakat Kalbar, dan pihak lainnya.

“Saya terima kasih pada keluarga atau ahli waris dr. Rubini yang sangat getol memperjuangkan ini. Kami pemerintah bantu backup itu,” pungkasnya.

Salah satu ahli waris yang merupakan cucu dr. Rubini, Bambang Wiyogo menceritakan, eyangnya merupakan pejabat pemerintah yang diutus untuk membantu pelayanan kedokteran di Kalbar. Singkat cerita, pada saat itu banyak wanita yang menjadi korban pelecehan seksual.

Baca Juga :  Guru Ngaji, Petugas Fardhu Kifayah dan Posyandu Terima Bantuan Transportasi

Dari sana, dr. Rubini langsung memprakarsai tokoh setempat untuk membicarakan permasalahan tersebut. Karena banyak sekali korban pelecehan seksual yang datang mengadu kepada dr. Rubini.

“Maka diadakan pertemuan rapat yang dipimpin dr. Rubini, akan tetapi pertemuan tersebut ada yang membocorkan kepada pihak Jepang. Lantas pada suatu hari dr. Rubini diculik oleh Jepang dengan alasan akan disekolahkan ke Jepang. Maka tanpa disadari ternyata tokoh masyarakat yang lain juga ikut diculik,” ungkapnya.

Saat itu, dikatakan Bambang, ibunya yang merupakan anak pertama dr. Rubini masih berusia 12 tahun dan berada di Kalbar. Namun karena kedua orang tuanya diculik yakni dr. Rubini dan istri nyonya Amalia Rubini, ibunya langsung diungsikan oleh bibinya menggunakan kapal, pulang ke Bandung.

“Perjuangan eyang saya harus memang harus dihargai, kedua orang tua saya yang kebetulan menjabat sebagai panglima ABRI Jawa-Madura, lalu Gubernur DKI, membicarakan hal ini. Maka kami putra-putri (cucu) sepakat untuk menggali peristiwa tersebut,” ujarnya.

“Kami sudah dua, tiga kali ke Mandor, berusaha dan mengumpulkan informasi. Pihak keluarga merasa haru dan bangga, akhirnya eyang kami mendapatkan gelar pahlawan nasional, semoga suri teladan beliau bisa diikuti masyarakat,” tutupnya.

Dalam kesempatan yang sama, Pemerhati Sejarah Kalbar, Syafaruddin Usman menceritakan secara lebih terperinci mengenai kiprah dr. Rubini di Kalbar. Ia menjelaskan kalau dr. Raden Rubini Natawisastra pada 1934 ditugaskan sebagai dokter militer oleh Pemerintah Kolonial Belanda di De Residentie Westerafdeeling Van Borneo, Pontianak.

Lalu pada 1937, dr. Rubini berinisiatif mendirikan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) pertama di Kalbar yang sekarang dikenal sebagai RSJ Sungai Bangkong. Kemudian dalam perkembangannya pada 1941 hingga 1943–aat pendudukan militer Jepang Kalbar–dr. Rubini bersama istri aktif di dalam kegiatan Partai Indonesia Raya (Parindra).

Baca Juga :  Kalbar Jadi Provinsi Tercepat se-Indonesia Sampaikan LKPD 2022

“Istrinya selain bidan juga aktif dalam kegiatan palang merah (PMI). Dalam periode ini, perjuangan dr. Rubini nampak jelas sekali, saat tersebut Jepang sangat ganas-ganasnya untuk memberangus para tokoh pergerakan,” terangnya.

Di saat yang demikian, lanjut dia, dr. Rubini justru tampil sebagai pemimpin komisariat Parindra Kalbar. Pada masa yang sangat getir tersebut di tahun 1943 hingga 1944, dibentuk pula organisasi pemuda yang bersifat gerakan bawah tanah. dr. Rubini salah satu tokoh yang ikut membentuk organisasi pemuda tersebut. Sampai akhirnya organisasi itu dianggap oleh militer Jepang sebagai gerakan berbahaya yang harus segera diberangus.

“Maka dilakukan penangkapan pada periode pertama, kedua dan ketiga. dr. Rubini masuk dalam salah satu ditangkap pada periode kedua yakni Oktober 1943. Kita meyakini adanya pembantaian secara besar-besaran, dr. Rubini gugur sebagai syuhada, pahlawan kusuma bangsa,” ceritanya.

Syafaruddin Usman yang juga Ketua Umum Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Kalbar mengungkapkan, keteladan yang bisa dipetik dari sosok pahlawan nasional dr. Rubini adalah bagaimana almarhum menyerahkan segenap jiwa raga untuk perintisan pencapaian kemerdekaan Indonesia secara kolektif.

Lalu hingga di akhir hayatnya, dr. Rubini tidak pernah berkhianat pada perjuangan, maupun cita-cita untuk kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

“dr. Rubini memberikan keteladanan kebhinekaan tanpa membedakan suku, ras, dan agama. Apakah itu pasiennya orang Dayak, Melayu, Sunda, Tionghoa, Jawa sekalipun, pada saat memberikan rawatan medis kepada pasiennya, dr. Rubini juga memberikan semangat untuk mencapai kemerdekaan,” pungkasnya. (Jau)

Comment