Sutarmidji Soroti Kebijakan PTPN Beli Murah Sawit Masyarakat

KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, menyoroti kebijakan PTPN XIII yang membeli tandan buah segar (TBS) masyarakat dengan harga murah.

Menurutnya hal ini kurang adil bagi perekonomian masyarakat di tengah pandemi Covid-19 serta kebijakan ekspor yang saat ini telah dibuka kembali oleh Presiden Joko Widodo.

“PTPM ini tidak beres-beres, yang dikeluhkan masyarakat itu pembelian TBS oleh PTPN. Nah PTPN ini kata orang Pontianak ‘tukang ulukkan (kasi contoh) beli murah’. Nah kalau dia beli murah perusahaan lain ikut dia,” kata Sutarmidji, Selasa (07/06/2022).

Ia mengaku juga akan melaporkan hal ini kepada pemerintah pusat melalui kementerian terkait, agar PTPN diaudit.

Baca Juga :  Ekspos Kegiatan Festival Seni Budaya Melayu XII Kalimantan Barat

“Dari dulu-dulu tidak genah-genah, saya mau laporkan itu, kalau masih PTPN tidak berubah-berubah, saya minta PTPN diaudit,” jelasnya.

Terkait dengan keran ekspor yang kembali dibuka, Sutarmidji berharap agar hal itu juga dapat berdampak pada kenaikan harga beli TBS masyarakat oleh perusahaan-perusahaan sawit.

“Maka saya minta kepada para perusahaan perkebunan yang mengolah CPO jadi minyak goreng itu, jangan mempermainkan harga TBS lagi, kalau memainkan harga TBS lagi ya kita akan sampaikan ke pusat,” ancamnya.

“Sekarang kan pak Luhut (Menko Marves) dipercaya presiden untuk menangani minyak goreng, ini akan mengaudit perusahaan-perkebunan, saya setuju itu perlu. Sehingga kita betul-betul tahu bahwa seluruh produksi potensi perkebunan, dan itu tercatat dengan baik,” sambungnya.

Baca Juga :  Bebby Nailufa Semangati Perempuan Pontianak

Sutarmidji menambahkan, bahwa 40 persen lahan sawit yang ada di Provinsi Kalbar saat ini, merupakan lahan milik masyarakat atau dikelola oleh petani. Dengan kata lain, jika hal ini dapat dikelola dengan bijak, maka seharusnya masyarakat dapat hidup sejahtera.

“Kalbar itu, 40 persen sawitnya sawit rakyat. Nah kemudian kita penghasil CPO, kalau saya klaim sih terbesar di Indonesia, 5,3 juta ton per-tahun. Kemudian ada minyak goreng dan lain sebagainya,” katanya. (Jau)

Comment