Midji: Upaya Pemulihan Pasca Banjir Sudah Harus Terencana Sejak Dini

Midji: Upaya Pemulihan Pasca Banjir Sudah Harus Terencana Sejak Dini

Tujuan utama berkantor di daerah terdampak banjir

KalbarOnline, Pontianak – Daerah hulu di Provinsi Kalimantan Barat masih terendam banjir. Tak banyak yang dapat dilakukan pemerintah daerah setempat selain berupaya menjaga keselamatan dan kebutuhan pangan masyarakat. Namun demikian, pemulihan pasca banjir sudah harus direncanakan mulai dari sekarang.

Hal itu disampaikan Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji kepada wartawan, Rabu kemarin. Hal itu pula yang menjadi tujuan utamanya berkantor di daerah terdampak banjir. Selain membawa bantuan, Midji akan melakukan kontrol daerah-daerah terdampak banjir sekaligus melakukan survei apa saja yang harus dilakukan pasca banjir.

“Kita sudah harus pikirkan apa yang harus dikerjakan pasca banjir. Ini sudah harus dibicarakan, jangan nanti pasca banjir baru bicara. Pasca banjirnya sudah harus kita perkirakan dari sekarang, makanya harus diomongkan. Misalnya rumah yang terdampak itu berapa banyak,” katanya.

Namun saat ini yang harus diperhatikan, kata Midji, ialah keselamatan dan kebutuhan masyarakat di daerah banjir.

“Itu harus diupayakan. Seperti kebutuhan pangan masyarakat. Makanya nanti hari minggu saya ke sana, saya bawa kurang lebih kalau enam sampai 10 truk bantuan, untuk kita distribusikan ke semua daerah terdampak. Nanti saya dari Sanggau ke Sekadau, Melawi, Sintang, Kapuas Hulu. Semaksimal mungkin kita lakukan,” katanya.

Midji turut mengatakan bahwa Presiden akan memprogramkan perbaikan daerah tangkapan hujan di Kabupaten Sintang seperti penanaman skala besar, penataan kawasan, perbaikan lingkungan, dan sebagainya.

25 Santri Penghafal Quran dari Ashqaf Rescue Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Sekadau
25 Santri Penghafal Quran dari Ashqaf Rescue Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Sekadau (Foto: Mus)

“Apa yang disampaikan Presiden itu betul bahwa daerah tangkapan hujan itu rusak. Saya setuju 100 persen. Air hujan itu sebenarnya sudah diatur alam. Itu jatuhnya (air hujan) di daun dulu, baru ke tanah, kemudian terseraplah dia (air). Kalau sekarang kan, jatuh ke tanah tidak ada yang menyerap. Langsung ke sungai,” katanya.

Baca Juga :  Ada yang Janggal, Sutarmidji Minta Data Prevalensi Stunting Kalbar Dievaluasi

Meski demikian, kata Midji, hasil perbaikan daerah tangkapan hujan juga tidak bisa instan. Efeknya kemungkinan baru dirasakan pada 10 atau 50 tahun kemudian.

“Tidak bisa instan. Tidak bisa hari ini melakukan penanaman, lalu tidak banjir (lagi). Tapi setidaknya sudah dimulai,” katanya.

Upaya penanaman kembali juga harus diikuti dengan upaya mengembalikan habitat aslinya.

“Kalau misalnya suatu hutan itu habitatnya Pohon Tengkawang, maka harus ditanam Pohon Tengkawang juga. Kalau Pohon Durian ya ditanam Pohon Durian. Kalau Pohon Bengkirai, tanam Bengkirai. Jangan ketika habitat Bengkirai, kita tanam Sengon,” katanya.

Menurut Midji, banjir yang terjadi ini harus dijadikan pengalaman dan pembelajaran berarti bagi semua pihak.

“Tinggal bagaimana kita meresponnya. Kalau kita tidak merespon pembelajaran ini, mungkin alam akan berikan pelajaran yang lebih parah dari ini kepada kita,” katanya.

Presiden Jokowi Sebut Banjir Sintang Karena Kerusakan Daerah Tangkapan Hujan

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa bencana banjir yang melanda Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat disebabkan oleh kerusakan pada daerah tangkapan hujan atau catchment area.

Rusaknya daerah tangkapan hujan tersebut kemudian menyebabkan Sungai Kapuas meluber. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden dalam keterangannya selepas meresmikan Jalan Tol Serang-Panimbang seksi 1 ruas Serang-Rangkasbitung di Gerbang Tol Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Selasa (16/11/2021).

“Iya itu kan memang karena kerusakan catchment area, daerah tangkapan hujan yang sudah berpuluh-puluh tahun dan itu harus kita hentikan karena memang masalah utamanya ada di situ sehingga Kapuas itu meluber karena daerah tangkapan hujannya rusak, itu yang lagi ingin kita perbaiki,” ujar Presiden.

Baca Juga :  Bertambah 12.156 Kasus, Total Positif Covid-19 Jadi 1.147.010 Orang

Untuk memperbaiki daerah tangkapan hujan tersebut, Presiden melanjutkan, pemerintah akan membangun persemaian atau nursery yang diiringi dengan penghijauan baik di daerah-daerah hulu maupun di daerah-daerah tangkapan hujan itu sendiri.

Presiden Jokowi Sebut Banjir Sintang Karena Kerusakan Daerah Tangkapan Hujan
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan usai meresmikan Jalan Tol Serang-Panimbang seksi 1 ruas Serang-Rangkasbitung di Gerbang Tol Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Foto: Setkab)

“Di catchment area itu memang harus diperbaiki karena kerusakannya memang ada di situ. Kedua, memang ada hujan yang lebih ekstrem dari biasanya,” imbuhnya.

Sejak awal terjadinya bencana banjir di Kabupaten Sintang, Presiden telah memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk mempelajari penyebab dan mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi banjir di Sintang.

Dihubungi setelah peresmian Jalan Tol Serang-Panimbang seksi 1 ruas Serang-Rangkasbitung, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pihaknya akan segera menindaklanjuti hal yang disampaikan Presiden.

“Tentang rehabilitasi lahan seperti yang disampaikan Presiden, ke depan kita perlu betul-betul melaksanakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), serta melaksanakan penegakan hukum yang tegas untuk berbagai kemungkinan pelanggaran atas tata ruang, termasuk ruang-ruang terbuka untuk air,” ucap Basuki.

Sementara Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menyebutkan sejumlah faktor penyebab banjir Sintang, antara lain curah hujan lebat sejak akhir Oktober sampai awal November 2021 yang secara kumulatif sebesar 294 milimeter menghasilkan debit banjir sebesar 15.877,12 meter kubik perdetik.

Jumlah tersebut melebihi kapasitas tampung sungai-sungai sebesar 12.279,80 meter kubik per detik, sehingga terjadi luapan dengan debit yang sangat besar, yaitu 3.597,32 meter kubik per detik.

“Untuk ke depan, kita perlu merencanakan pola permukiman yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan kearifan lokal yang lebih aman dari banjir, seperti rumah panggung,” kata Siti.

Comment