Gubernur Ungkap Sudah Empat Kasus Meninggal Dari Klaster Pernikahan di Sekadau

Gubernur Ungkap Sudah Empat Kasus Meninggal Dari Klaster Pernikahan di Sekadau

KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengungkapkan kemunculan klaster-klaster Covid-19 yang membahayakan di daerah tersebut. Salah satunya muncul klaster pernikahan di Kabupaten Sekadau. Kata Midji, tak menutup kemungkinan sudah masuk jenis atau varian baru Covid-19 di Kalbar yang jauh lebih berbahaya dari sebelumnya.

“Sekadau kemarin, karena pernikahan di basecamp sawit, itu korban meninggal sudah empat. Pemerintah daerah setempat harus hati-hati. Bisa jadi ini jenis yang memang membahayakan. Jadi Pemerintah daerahnya harus lakukan tracing dan testing, baik dengan antigen maupun PCR,” ujarnya kepada wartawan, Senin (3/5/2021).

Bahkan dari klaster pernikahan ini, terdapat 50 yang dinyatakan positif dan empat kasus yang dinyatakan meninggal dunia. Hal ini pun dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson.

“Dalam seminggu terakhir di Sekadau itu ada empat orang yang meninggal karena covid-19. Satu kasus itu meninggal meninggal di RSUD Soedarso dirujuk dari RSUD Sekadau. Satu minggu kemudian, istrinya meninggal juga. Setelah dilakukan tracing oleh Dinas Kesehatan Sekadau ternyata ini adalah klaster pesta pernikahan di salah satu basecamp perusahaan sawit di Desa Tapang Semadak,” kata Harisson.

Baca Juga :  Midji Targetkan 70 Persen Jalan Kondisi Mantap Akhir 2021

Dinas Kesehatan Sekadau, kata harisson masih terus melakukan tracing terhadap klaster tersebut. Diakuinya, terdapat banyak sekali warga yang positif berdasarkan sampel swab yang dikirimkan Dinas Kesehatan Sekadau kepada Pemerintah Provinsi Kalbar.

“Yang meninggal itu rata-rata usia 60 tahun ke atas, ada yang punya komorbid, hipertensi. Kemarin itu yang di RSUD Soedarso punya prostat.

“Kasusnya (Sekadau) sekarang melonjak, ternyata masyarakat di beberapa desa di Sekadau ini sudah banyak sekali yang positif, saya rasa ini juga terjadi di kecamatan-kecamatan lain di Sekadau. Jangan sampai nanti kita tidak bisa mendeteksi sedini mungkin, tiba-tiba pasien atau orang yang terserang ini sesak nafas, kalau sudah sesak nafas terserang covid itu biasanya kasusnya fatal. Kecuali kita tahu dari awal, kita testing dan tracing, kita tahu dia positif, langsung kita berikan obat-obatan. Dinas Kesehatan Provinsi itu sudah mendrop obat-obatan yang akan diberikan secara gratis kepada pasien konfirmasi di Kabupaten Sekadau,” kata dia.

Baca Juga :  Pontianak dan Singkawang Masuk PPKM Level Empat

Pihaknya pun menduga, peningkatan keterjangkitan dan angka kematian yang terjadi ini disebabkan oleh varian baru mutasi dari virus corona.

“Seperti kita ketahui, awal Februari 2021, Untan sudah mendeteksi adanya varian baru mutasi dari corona dan hasil Whole genome sequencing di Jakarta dan diurai lagi di Untan, itu ternyata virus ini adalah virus yang tingkat penyebarannya sangat cepat. Walaupun dalam literatur itu disebutkan tingkat keganasannya sama dengan virus corona yang ada di Kalbar, tapi kita patut curiga dengan terjadinya peningkatan kasus kematian seperti di Sekadau dalam seminggu sudah empat kematian, kemudian kasus di Sintang itu ada 11 orang yang meninggal,” jelasnya.

Diakui Harisson, Kabupaten Sekadau memang lengah dalam melakukan testing dan tracing. Bahkan Sekadau merupakan daerah yang paling sedikit mengirimkan sampel swab untuk diperiksa oleh Pemerintah Provinsi Kalbar.

“Sementara Sekadau sendiri tidak ada laboratorium pemeriksaan PCR,” tandasnya.

Comment